Legenda Jokotole II: Cerita Kuda Terbang ‘Megaremmeng’ dan Tandu yang Patah

Mamira. ID Jika pada tulisan sebelumnya mengulas tentang kisah lahir dan dibuangnya Jokotole, sampai ia diambil menantu oleh raja Majapahit, karena jasanya dalam membangun gerbang keraton bersama sang ayah angkatnya bernama Empu Kelleng. Maka, pada bagian ini akan diulas tentang si kuda terbang bernama Megaremmeng hingga wafatnya sang legenda.

Kuda terbang, begitulah lughat orang Sumenep menyebutnya. Cerita yang cukup melegenda dalam sejarah perjalanan masa hidup sosok raja yang tampan rupawan titisan para ningrat di zamannya. Cerita Jokotole dan kuda terbang tunggangannya seolah bagai dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan.

Kuda terbang sang raja itu, hingga kini dianggap sebuah mitos atau legenda semata. Namun, meski demikian, mitos kuda terbang ternyata hingga kini menjadi sebuah lambang kebanggaan kabupaten di ujung timur pulau garam ini.

Baca Juga:  Kiai Baroya: Penerus Estafet Perjuangan Kiai Faqih

“Pada masa pemerintahan keraton Sumenep, kuda terbang juga menjadi lambang negara Songennep, hingga era sekarang ini masih tetap menggunakan lambang tersebut,” ujar R.B. Jakfar Shadiq, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep.

Kuda terbang Jokotole merupakan pemberian sang paman, yakni Adirasa, seorang pertapa sakti dari tanah Sepuh Dewe atau Kepulauan Sepudi, Kabupaten Sumenep. Adirasa adalah saudara dari ayahanda Jokotole, yakni Adipoday.

Kuda terbang itu bernama “Megaremmeng”. Kuda tersebut bukanlah sembarang kuda. Wujudnya hanya yang berbentuk kuda. Namun, ajaibnya, kuda ini bisa terbang, bisa menghilang, bahkan bisa berfungsi sebagai prajurit perang yang bisa mengamuk sendiri. Selain kuda Megaremmeng, sang paman juga memberikan ilmu samar, serta sebuah cemeti yang juga tak kalah hebatnya dengan kuda tersebut.

Baca Juga:  Jejak Tiga Khatib Sumenep Cicit Wali Sanga

“Cemeti Jokotole bila dipukulkan pada sebuah gunung, maka akan hancur lebur gunung itu. Bila dipukulkan pada angin, anginnya akan berhenti. Serta, bila dipukulkan pada musuh, musuhnya akan hancur lebur dan mati. Cerita ini meski berjenis folklore, namun tetap melegenda di belahan bumi Sumekar ini,” terang Jakfar.

Halaman selanjutnya⇒

Jokotole alias Aria Kudapanole dikisahkan wafat dalam perjalanan….