Nyai Talaga, Saudara Kandung Bindara Saot

Mamira.ID – Talaga, sebuah Desa yang cukup asri dan permai. Secara administratif desa ini berada di Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep. Orang mungkin tak banyak tahu tentang desa tersebut, bahwasanya di desa ini terpahat nama sang wali dalam lembaran sejarah Sumenep dan perkembangannya.

Penamaan Desa Talaga tentu mengadopsi cerita lama tentang sebuah sumber mata air yang berada di kawasan tersebut. Kawasan dataran tinggi dengan keindahan lembah yang menghijau begitu memanjakan mata. Pesona alam yang permai menjadi tempat kehidupan yang nyaman bagi masyarakatnya. Warga desa memberi nama sumber mata air tersebut dengan Sumber Talaga.

Namun kini sumber tersebut hanyalah tinggal bekasnya saja, mata airnya tak lagi mengalir. Termasuk sebuah cungkup atau orang madura menyebutnya dengan ‘Bakap’ yang lapuk karena termakan usia.

Baca Juga:  Kiai Barungbung, Masjid Tertua dan Sumur Bertuah di Timur Daya Sumenep

“Ini bekas sumber telaga, sumber ini dulunya sangat besar airnya, cukup untuk kebutuhan orang satu desa, tapi sekarang sudah mati, karena banyak orang yang ngebor air. Utamanya warga yang tinggal di hulu sana yang banyak ngebor, makanya jadi mati sumber telaga ini,” ujar salah satu warga yang tak mau disebutkan namanya.

Ket.Foto: Bekas sumber telaga, sumber yang dulunya merupakan sumber yang memberi kehidupan masyarakat desa Talaga. Terdapat pula cungkup atau ‘bakap’ tempat warga menunaikan shalat yang kini sudah lapuk termakan usia. (Mamira.ID)

Nyai Talaga sebuah nama laqab yang disematkan pada salah satu wali perempuan yang menempati atau bermukim di kawasan Sumber Talaga. Beliau memiliki nama asli Nyai Dewi Hamilah. Orang mungkin bertanya-tanya atau bahkan banyak yang tidak tahu siapa Nyai Hamilah tersebut. Beliau merupakan adik kandung dari penguasa Sumenep, Kangjeng Tumenggung Tirtanegara Bindara Saot yang memerintah mulai tahun 1750 – 1762 Masehi.

Baca Juga:  Agung Sayyid Tembing, Penyambung Silsilah yang Terputus (1)

“Sebelum bermukim di sini, Nyai Dewi Hamilah itu menempati kawasan Kampung Jangku’, Desa Billapora Barat, Kecataman Lenteng. Dekat dengan Sumber Taman, karena daerah itu selalu becek atau ‘endhut’ kata orang Madura, lalu kemudian beliau pindah ke Desa Talaga bersama Suaminya,” ujar Bapak Jumla, salah satu sesepuh Desa Talaga dan masih keturunan Nyai Talaga waktu ditemui Tim Mamira.ID beberapa waktu lalu.

Jadi, secara nasab tokoh perempuan terbuat merupakan putri dari  pasangan Kiai Abdullah Batuampar dengan Nyai Nurima. Pasangan  suami istri yang melahirkan ulama dan Umara yang melegenda sepanjang sejarah pemerintahan Sumenep, keduanya menetap di belahan barat bumi Sumekar ini, yakni di Desa Batuampar, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep.

Baca Juga:  Mitos dan Mistis Di Balik Keindahan Kucing Busok (Satwa Endemik Pulau Madura Bagian II)

“Nyai Talaga  adalah saudara seayah-seibu dengan Bindara Saot, selain Nyai Kadungdung yang menempati Kawasan Pamekasan. Nyai Talaga alias Nyai  Dewi Hamilah menikah dengan Kiai Agung Hafiya dari Desa Rombiya, Kecamatan Ganding, yang menurunkan Kiai Agung Ibrahim,” ujar Bapak Jumla sembari bercerita dengan penuh serius.

Dalam versi lain disebutkan bahwasanya Nyai Talaga menikah dengan Kiai Shaleh yang tak lain  adalah putra Kiai Bungso.  Kiai Bungso itu sendiri  merupakan saudara Kiai Faqih dari Lembung Barat, Kecamatan Lanteng . Menurut beberapa keterangan, Kiai Bungso merupakan putra dari Kiai Khatib Bangil, Parongpong dan ibundanya bernama Nyai Salama putri Kiai Modin Teja dari kota gerbang salam, Pamekasan. Klik halaman selanjutnya