Mengenal Kiai Ibrahim, Wali dari Tanah Perdikan

MAMIRA.ID – Batuampar adalah sebuah desa di ujung barat Kabupaten Sumenep ,sebuah desa yang dulunya adalah tanah perdikan karena di sana bersemayam ayahanda dari Bindara Saot penguasa Sumenep yang bernama Kiai Abdullah alias Entol Bungso. Saat ini Batuampar menjadi bagian dari Kecamatan Guluk-guluk.

Kiai Abdullah alias Entol Bungso berputra Bindara Saot dari pernikahannya dengan Nyai Nurima binti Khotib Bangil, juga mempunyai putra bernama Kiai Ibrahim hasil dari pernikahannya dengan Nyai Kursi binti Kiai Banyukalong cucu Kiai Agung Waru.

Kiai Ibrahim adalah sosok yang tawadlu’ dan sederhana walaupun ayah beliau adalah seorang ulama besar yang ditokohkan oleh masyarakat. Di samping juga dikenal sebagai saudara dari Bindara Saot yang menjabat sebagai Adipati Sumenep setelah menikah dengan Ratu Rasmana, penguasa Sumenep pada paruh kedua abad 18 Masehi. Status tersebut tidak membuat beliau sombong dan tinggi hati serta bermalas-malasan. Kehidupan sehari-hari, beliau jalani dengan sederhana dengan tetap bertani dan pergi ke sawah seperti masyarakat pada umumnya. Beliau juga mengajari masyarakat bagaimana cara bertani dengan baik agar hasil hasil panennya melimpah, sehingga sebab itulah beliau dijuluki Kiai Saba (saba merupakan Bahasa Madura yang berarti sawah).

Baca Juga:  Tajin Sora dan Tradisi Ter-Ater pada Bulan Suro di Madura
Mengenal Kiai Ibrahim, Wali dari Tanah Perdikan
Makam Kiai Ibrahim di Asta Batuampar. (Foto: Mamira.id)

Selain sederhana, beliau juga dikenal gemar bersedekah. Salah satunya dengan memberikan lahan pertanian kepada masyarakat yang membutuhkan untuk diolah ataupun dijadikan tempat tinggal. Beliau tetap melanjutkan apa yang ayahandanya lakukan yaitu membantu masyarakat sekitar yang kesusahan baik secara moral maupun materil, sehingga sampai saat ini nama beliau tetap harum dan diyakini sebagai waliyullah.

Kiai Ibrahim menikah dengan Nyai Arum, yaitu saudara Nyai Izza istri pertama Bindara Saot. Keduanya merupakan putri Kyai Jalaluddin dan Nyai Galuh, yang berasal dari keturunan Pangeran Katandur dan Kiai Ali Talang Parongpong. Dari pernikahan itu beliau dikaruniai beberapa putra-putri, yaitu

  1. Kiai Nugrahan (pengganti Kiai Ibrahim di Batuampar, yang juga menjabat sebagai Penghulu Mardikan pertama)
  2. Kiai Zakariya (Kiai Tumenggung Mangsupati, Patih Sumenep di masa Panembahan Natakusuma I)
  3. Nyai Bara’ Songay (menikah dengan putra Kiai Asemanis, Pamekasan)
  4. Nyai Nuruddin (menikah dengan Kiai Nuruddin Nongtenggi, Pamekasan)
  5. Ramana Molasir
  6. Kiai Parisin
  7. Nyai Tamba’
  8. Nyai Lao’ Songay
Baca Juga:  Rap Orap: Makanan Tradisional Madura yang Tak Lekang oleh Zaman
Mengenal Kiai Ibrahim, Wali dari Tanah Perdikan
Bekas kediaman Kiai Ibrahim di Batuampar. (Foto: Mamira.ID)

Peninggalan beliau sampai sekarang masih terawat dengan baik, seperti rumah, langgar tiban dan lainnya. Lokasi tempat tinggal beliau oleh masyarakat sekitar disebut Dalem Batuampar yang kini menjadi tempat tinggal bagi anak keturunannya.

Selain di Batuampar, anak keturunan beliau juga menyebar di daerah lain di Pulau Madura, bahkan juga sampai ke Jawa, khususnya daerah Tapal Kuda, yang kebanyakan menjadi pemuka pondok pesantren besar.