Peralatan Mengukir
Salah satu pengukir, karyawan Imam, tampak sedang sibuk memukul pahat penyilat yang ia gunakan ditangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang palu dari kayu sebagai pemukul. Senyuman tampak di bibir karyawan Imam bernama Tsabit (33) itu, dengan detail ia menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk mengukir. Setidaknya ada tujuh macam alat ukir yang ia tunjukkan pada tim Mamira.
“Ini peralatan-peralatan yang saya gunakan mengukir mas, ini pahat Lengkung/Penguku mas, alat ini bentuk ujung atau matanya lengkung, ini untuk memahat garis lengkung, lingkaran, membentuk cekung dan cembung, lingkaran, setengah lingkaran, atau bentuk cekung dan cembung serta benangan.” Katanya.
Tangannya kembali meraih ala-alat lainnya, “dan yang ini Pahat Lurus/Penyilat, alat ini berfungsi untuk memahat garis lurus, segi tiga, segi empat, dan segi-segi lainnya yang berbentuk geometris terbentuk dengan garis lurus, atau membentuk dasaran, gitu. Pahat ini untuk memahat gambar ukiran/ornamen yang lurus/zig-zag/segi tiga, segi empat, membuat dasaran.” Sluurrppp, bunyi seruputan kopi Tsabit yang tinggal setengah di cangkir beningnya itu, kemudian melanjutkan penjelesannya kembali.
“Kalau yang ini Pahat Col, fungsi pahat ini buat saat membentuk cekungan apabila dipahat dengan pahat penguku sudah tidak mampu/tercapai ya pakai alat ini, pahat ini juga bisa digunakan untuk membuat tekstur. Oh iyaa, kalau yang ini Pahat Coret/Sisir. Ini ujungnya berbentuk huruf V berfungsi untuk memahat kalau ingin membuat garis lengkung, lingkaran, lurus, membuat benangan.” Ujarnya.
“Yang itu Pahat pengot namanya mas, sembari menunjuk kearah alat yang sedang dipakai temannya, alat itu berfungsi untuk memahat sudut-sudut ukiran apabila sudah tidak terjangkau lagi menggunakan pahat Lengkung/Penguku dan pahat lurus/penyilat. Pahat ini berbentuk miring seperti mata pisau berfungsi untuk membersihkan bagian-bagian sudut ukiran yang tidak tejangkau dengan pahat penguku (pahat lengkung) atau penyilat (pahat lurus)”. Katanya.
Tak mau ketinggalan, teman Tsabit yang lainnya ikut juga menjelaskan, “naah kalau ini Palu Kayu/Ganden. Alat ini fungsinya sebagai alat bantu untuk memukul pahat ukir pada saat memahat/mengukir ornamen ukiran. Ini dipakai untuk memukul pahat ukir pada saat mengerjakan ukiran. Kalau ini Sikat Ijuk Namanya, mas. Ini buat ngebersihin sampah atau sisa-sisa pahatan di sela-sela ukiran ornamen yang kita bikin, mas”, sergahnya.
Siang itu tampak mendung, seakan-akan awan sebentar lagi menumpahkan rindunya. Namun aktivitas mengukir tetap berjalan sebagaimana mestinya. Suasana mendung justru mempertajam insting Tsabit dan dua kawannya dalam membentuk motif ukiran disebidang kayu jati. Tsabit sudah sejak SMP menekuni seni ukir ini, mengikuti jejak keluarganya yang memang bekerja memahat kayu sebagai penghasilan utama.
Potongan kayu tampak berserakan, serbuk gergaji tampak beterbangan ditiup angin, ditempat berantakan inilah justru banyak maha karya yang sudah diciptakan. Tstabit, mengahabiskan waktu kesehariannya di sampig rumah, terkadang pula di teras. Berimajinasi, pikirannya berisi motif-motif ukiran, dengan penuh penjiwaan, palu dipukul, lengan gemulainya tampak berotot menorehkan luka indah pada kayu berbentuk bunga campa.
Nyanyian burung terdengar menghibur Tsabit dan kawan-kawan. Maklum, disekeliling tempat ia menumpahkan segala imajinya banyak pohon rindang, berbagai macam jenis burung terkadang hinggap untuk sekedar singgah. “ Ini sebentar lagi selesai, mas.” Katanya, sambil menunjukkan papan kayu yang sudah diukir motif daun dan bunga matahari pada tim mamira.
Huufftt..huuffftt..Tsabit meniup-niup kayu yang sudah ia pahat, kemudian mengusap-ngusapnya agar ukiran tampak semakin jelas. Tangannya terlihat sangat lihai memainkan pahat, sudah banyak karya yang ia ciptakan dari berbagai motif dan bentuk ukiran yang indah di pandang mata, tentu juga penuh makna.
Saat ini sudah banyak pesanan datang pada Tsabit dan kawan-kawannya, tentu pada karyawan Imam yang lain juga, dari berbagai macam bentuk dan ukuran, baik berupa furniture, souvenir dan ukiran-ukiran lainnya. Mayoritas ukiran yang di kerjakan saat ini memang pesanan dari pelanggan.
“ini pesanan semua mas, masih banyak yang belum dikerjakan. Ini lagi bikin ranjang, ada orang mau nikahan,” jelasnya.
Sudah menjadi tradisi dibanyak daerah di Madura, pihak laki-laki memang diharuskan membawa peralatan rumah tangga disaat menikah. Seperti halnya ranjang, lemari, kursi bahkan hingga peralatan rumah tangga.