Karduluk, Sentra Seni Pahat Madura

Bahan dan Ciri Khas Ukiran Karduluk

Pada dasarnya semua kayu bisa dijadikan bahan ukiran. Namun, mayoritas para pengukir Karduluk menggunakan tiga bahan jenis kayu.

Tadha’ Tokang Mile Kajuh (tidak ada tukang ukir pilih-pilih kayu), mas. Sebenarnya hampir semua kayu bisa dijadikan bahan dasar ukir, tapi warga Karduluk rata-rata menggunakan kayu jati, itu pilihan utama. Kayu mahoni, kayu akasia. Bahkan terkadang menggunakan kayu dari pohon Soekarno orang Madura menyebutnya “Kan Mimbha”, tapi itu agak jarang. Orang kebanyakan pakai pohon jati dan akasia juga mahoni,” kata Imam.

Tak mau kalah ke sang bos, Tsabit juga menimpali penjelasan Imam. Sakabbina kajuh bisa e oker, mas. Tape se lebbi benyak epesen ben e penta oreng kaju jeteh, (semua kayu bisa diukir, mas. Tapi yang banyak dipesan dan diminta orang itu kayu jati.)” tutur Tsabit.

Ketiga kayu bahan ukiran tersebut berpengaruh besar terhadap kualitas dan harga sebuah karya ukir. Mayoritas pembeli kebanyakan hanya memesan ukiran dari tiga jenis kayu tersebut, namun yang paling laris adalah ukiran dari pohon jati.

Soal motif, seni ukir karduluk memiliki banyak motif ukiran atau ornamen. Motif yang mendominasi ukiran Madura, diantaranya; Motif Nyior ondung, Jeng Olengan,  Burung Hong, Sihoan, Kembang Tabur, Burneh, Kerapan Sapi, Vas, Kuda Terbang, dan Ular Bermahkota. “ Yang paling lumrah motif ukiran daun, sulur, bunga, dan buah,” jelas Tsabit.

Baca Juga:  Mengenal Gelar Kebangsawanan di Sumenep, Asal Usul dan Ragamnya

“Sementara motif yang membedakan ukiran karduluk dengan ukiran-ukiran daerah lain adalah kehalusan ukiran dan yang paling khas yakni motif “nyior ondung” (gambaran pohon kelapa merambat, biasanya berbentuk oval bahkan lingkaran),” kata Imam menambahkan keterangan Tsabit.

Sentra ukir karduluk lebih banyak memproduksi peralatan rumah tangga atau furniture seperti lemari, tulet, ranjang, kursi dan meja. Ada juga suvenir-suvenir unik lainnya. seperti hiasan dinding, tempat tisu, dan tempat air gelas, hingga patung-patung kecil penghias ruangan lainnya.

Seiring pesatnya pesanan dan permintaan banyak ornament ukiran, pengrajin seni pahat kayu Karduluk juga membuat ukiran-ukiran yang bermotif binatang. Bahkan, pengrajin membuat motif binatang berdasarkan imajinasi saja, gambar yang dibuat tidak sesuai persis dengan yang ada di dunia nyata, semisal ukiran ular bermahkota.

Keunikan lainnya dari ukiran Karduluk terlihat dari ukiran yang lebih halus dan kelembutan alur lengkungannya. Kekhasan dan keunikan lainnya adalah warna ukiran yang memiliki corak warna-warni mencolok, seperti kuning, biru, merah dan hijau.

“Terkait ciri khas dan keunikan dari ukiran karduluk yakni teksturnya lebih halus ketimbang ukira-ukiran yang lian. Biasanya, ukiran Karduluk di cat atau corak warnanya cerah.” Jelas Imam.

Pemilihan warna mencolok pada ukiran Karduluk melambangkan watak orang Madura sendiri yang berani, tegas dan berani. Watak yang ada pada diri para pengrajin itu kemudian dimunculkan pula dalam karya ukirnya

Baca Juga:  Perjuangannya Nyaris Tak Disebut Dalam Sejarah Sumenep, Siapa Tumenggung Mangsupati?

Menurut Imam, seni ukir yang dimiliki Karduluk tidak jauh berbeda dengan ukiran-ukiran di luar Madura, akan tetapi ada kekhasan tersendiri dari masing-masing daerah antara Karduluk dengan Jepara misalnya, ataupun daerah-daerah lainnya. Jadi tidak heran jika ada pecinta seni ukir akan langsung punya chemistry serta bisa menebak bahwa karya ukir tersebut hasil tangan-tangan kreatif orang Madura.

Selain memproduksi furniture, pengukir Karduluk juga membuat karya ukir kaligrafi.” Ukiran kaligrafi itu jauh berbeda dengan ukiran-ukiran biasa, karena memang lebih rumit di kaligrafi. Tidak semua tukang ukir itu bisa mengukir kaligrafi, harus punya skill lain untuk ukiran ini,” tandas Imam.

Soal harga, pastinya karya ukiran yang satu ini harganya lumayan fantastis, bisa saja dua kali lipat atau bahkan lebih dari harga karya ukir lainnya. karena selain lebih rumit, mengukir kaligrafi juga butuh ketelitian, ketelatenan, serta kesabaran. Tak semua pengrajin bisa membuat ukiran kaligrafi, hanya orang-orang tertentu. Maka tidak heran lagi jika harganya melangit.

Sementara harga ukiran-ukiran yang lain, tergantung bahan kayu dan kerumitan motif ukiran yang dibuat. Dari seharga ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Imam, sebagai pemilik UD. Barokah Meubel ini pernah menjual satu set kursi ukiran seharga 19 juta hingga 30 juta rupiah.

“Terkait kemahalan itu sebenarnya tergantung pada kerumitan ukiran, semakin rumit ukiran itu semakin menentukan harga sebuah ukiran. Selain dari kerumitan bahan dasar juga menentukan. Kalau pakai kayu jati pasti beda dengan kayu-kayu lainnya.” Terang Imam.

Baca Juga:  Samman Madura, Semoga Tidak Tinggal Kenangan

Terjual Hingga ke Manca Negara

Dengan potensi masyarakatnya yang mayoritas menggeluti seni ukir sejak puluhan tahun silam, maka tidak heran jika hasil produk ukir karya tangan-tangan kreatif warga Karduluk ini sudah melanglang buana keberbagai daerah luar Madura, seperti daerah Jawa, Bandung, Jepara, dan lain sebagainya. Bahkan hingga ke negeri jiran.

Sejauh ini, negara yang menjadi peminat karya ukir Karduluk adalah Malaysia dan Brunai Darussalam. Kemasyhuran ukiran Karduluk ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang Madura secara umum dan orang Karduluk khususnya.

Sebagai generasi penerus, Imam masih dan terus berharap banyak kepada para pemuda Karduluk untuk terus mengembangkan potensi yang ada dan sudah berlangsung lama ini.

“ Yaa pesan saya kepada generasi muda itu, bagaimana budaya ukir mengukir dan meubel yang sudah turun temurun ini ada terus kita lestarikan dan kita kembangkan, karena sudah banyak pemuda Karduluk yang tidak mau dengan produk ukiran ini, mereka lebih memilih pekerjaan lain. Padahal ini adalah progress jika terus kita lestarikan, ukiran ini luar biasa. Bahkan pemasarannya pun kita sudah keluar negeri.” Tutup Imam.

Tonton Video ini:

Penulis : M. Zainuri

Editor: Mamira.ID