Kiai Daud:  Penerus Perjuangan Keilmuan Barangbang Generasi Ke-3

Mamira.ID Kampung Barangbang, Desa Kalimo’ok, Kecamatan Kalianget, laksana mentari keilmuan yang selalu bersinar nan tak pernah redup pada masanya. Sosok Kiai Ali menjadi peletak pertama pondasi ajaran tasawuf di bumi Sumenep, Madura.

Ajaran keilmuannya tersebar ke berbagai pelosok Negeri Sumekar. Raja atau penguasanya senantiasa takzim dan mengakui kewalian serta karomah sang Wali, yang namanya melegenda di Kampung Barangbang. Perjuangan Kiai Ali dalam misi dakwah serta ajaran keilmuan berjalan secara regenerasi. Selepas kembalinya Kiai Ali ke rahmatullah, kemudian dilanjutkan oleh menantunya serta cucu-cucunya secara periodik.

Tim Mamira sebelumnya telah mengulas sosok penerus estafet Kiai Ali Barangbang, yakni Kiai Abdul Alim. Kali ini melangkah pada generasi ketiga, yakni cucunya yang bernama Kiai Daud alias Kiai Barangbang II.

Baca Juga:  Kuasai 40 Bahasa, Hafal Al-Qur'an dan Sederet Kelebihan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat

Sekitar akhir abad 17 dan setelahnya, Barangbang dikenal sebagai salah satu jujukan utama para penimba ilmu agama. Hal tersebut tak lepas dari sosok Kiai Ali alias Kiai Barangbang Sepuh.

Sepeninggalan Kiai Ali Barangbang masih tetap menjadi lentera ilmu yang tetap bersinar di Negeri Sumenep. Perjuangan beliau dilanjutkan Kiai Abdul Alim ibn Kiai Abbas, sosok menantu dari Pantura, Ambunten, Sumenep. Ia menikah dengan putri Kiai Ali yang bernama Nyai Mutmainnah alias Nyai Tengginah.

“Pernikahan Nyai Tengginah dengan Kiai Abdul Alim dikaruniai putra yang bernama Bindara Daud. Setelah cukup dewasa, Bindara Duad alias Kiai Daud melanjukan perjuangan ayah dan kakeknya dalam misi dakwah, serta menebar sayap keilmuan di tanah Barangbang,” terang R.B. Jakfar Shadik, salah satu pemerhati sejarah Sumenep.

Baca Juga:  Jelajah Asta Pangeran Baragung, Makamnya Nyaris Sama dengan Asta Sang Ayah

Kiai Daud terkenal sebagai sosok ulama yang alim dan al-‘arif billah. Pangkat kewaliannya menyerupai sang kakek. Sehingga, banyak orang menyebutnya dengan Kiai Barangbang II.

Kiai Daud menikah dengan Nyai Aisyah, perempuan berdarah Pamekasan, Madura. Ia merupakan salah satu keturunan Raden Azhar, Seda Bulangan. Dari pernikahan keduanya, beliau dikaruniai beberapa putra dan putri, di antaranya yaitu : Nyai Mariyatul Qibtiyah, Kiai Abd. Shafi, Kiai Fahrur Rozi, dan Kiai Muharrar.

“Salah satu putra Kiai Daud yang diambil mantu oleh Pangeran Letnan adalah Kiai Muharrar. Beliau menikah dengan Raden Ajeng Zuwaidah. Dari perkawinannya, beliau melahirkan sosok pendiri Pondok Pesantren Loteng, Sar Sore, Sumenep. Beliau adalah Raden Bagus Moh. Hasan alias Gus Hasan,” terang Jakfar Shadik.

Baca Juga:  Kota Tua Kalianget, Saksi Bisu Kejayaan Madura Timur Zaman Kolonial

Pasarean atau Asta Kiai Daud berada di kompleks Asta Gumuk, Dusun Barangbang, Desa Kalimo’ok, Kecamatan Kalianget, Sumenep. Asta beliau berada tepat di samping kanan Asta Kiai Ali Barangbang. Nisannya terbuat dari batu gunung dengan corak dan nuansa Sumenep tempo dulu. Saat ini, kondisi jiratnya telah dibalut dengan keramik berwarna merah. Hanya tinggal nisan saja yang masih terjaga orisinalitasnya.

“Pasarean Kiai Daud berada di area utama Asta Gumuk, tepat di samping sang Wali yang terkenal alim dari tanah Barangbang itu. Hal ini menandakan sebuah pangkat kealiman dan kewalian Kiai Daud yang menyerupai kakeknya, terbukti beliau dianugerahi gelar Kiai Barangbang II,” pungkas Jakfar Shadik.

Tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID