Situs Parongpong: Tiga Waliyullah Leluhur Ulama dan Umara Sumenep

Mamira.ID Nama Parongpong memang sudah terkenal sejak dulu kala. Banyak catatan kuna, Babad Songenep, maupun sejarah lain ujung timur nusa garam yang mengutip nama sebuah dusun ini.  Kampung Parongpong secara admistratif masuk kawasan Desa Kecer, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep.

Para tokoh-tokoh  pembabat Parongpong hingga kini masih melegenda dalam lembaran sejarah Sumenep. Kiai Astamana dan Kiai Andasmana menjadi tokoh sepuh pembabat tanah Parangpong, yang asal muasal katanya dari kata rampong (bahasa Madura), atau rampung dalam arti bahasa Indonesianya.

Waktu pun berputar, lembaran sejarah peradaban Parongpong era selanjutnya masih didominasi oleh kalangan kiai atau ulama. Ulama merupakan salah satu tonggak keberlangsungan Islam pada masanya. Sebut saja Kiai Ali Talang, Kiai Khatib Bangil, dan Kiai Jalaluddin. Ketiga tokoh tersebut memiliki peran besar dalam rangka proses islamisasi di bumi Parongpong.

Seperti yang telah disebut di awal, Kiai Astamana dan Kiai Andasmana merupakan salah satu pembuka tabir keilmuan sekaligus pembabat tanah Parongpong. Keduanya menurunkan ulama penting yang tiada duanya dengan beliau. Kiai Ali Talang, sebutan tokoh generasi pasca keduanya, beliau tercatat masih keturunan dari Kiai Astamana.

Baca Juga:  Kewalian Bindara Abdul Zaman, Penerus Estafet Keilmuan Kiai Agung Nepa

“Kiai Ali Talang merupakan keturunan laki-laki dari Kiai Astamana. Beliau meneruskan misi perjuangan leluhurnya dalam rangka membumikan ajaran agama Islam di Kampung Parongpong dan Sumenep pada umumnya. Beliau juga tercatat sebagai leluhur para ulama sekaligus umara yang melegenda di paruh kedua abad ke-18 Masehi,” terang R.B. Jakfar Shadik, salah satu pemerhati sejarah Sumenep.

Tiga Tokoh Leluhur Para Ulama Sekaligus Umara di Sumenep

Dalam sebuah catatan keluarga besar Sumenep disebutkan bahwasanya Kiai Ali Talang memiliki beberapa putra, di antaranya : Kiai Khatib Bangil, Kiai Abdul Qidam, Kiai Kalong, dan Kiai Khalid Takong.

Jika ditarik secara nasab, sosok Kiai Khatib Bangil merupakan putra dari Kiai Ali Talang Parongpong.  Kedua tokoh tersebut berpangkat wali Allah agung. Sehingga tak berlebihan jika Kampung Parongpong disebut sebagai buminya para wali di Sumenep.

Baca Juga:  Loteng, Potret Miniatur Keraton dalam Keraton di Sumenep (2)

Kiai Khatib Bangil menikah dengan Nyai Salama, putri Kiai Modin Teja Pamekasan. Keduanya dikaruniai beberapa orang putra dan putri, di antaranya : Kiai Faqih Lembung, Nyai Nurima Batuampar, Nyai Galu Parongpong, Nyai Lima, dan Kiai Bungso.

“Kiai Jalaluluddin itu menantu dari Kiai Khatib Bangil. Beliau berasal dari Lembung, Kecamatan Lenteng, Sumenep. Dan merupakan putra dari pasangan Nyai Ceddir dengan Kiai Abdullah Ngenbungen. Kiai Jalaluddin menikah dengan Nyai Galu, dan dikarunia dua orang putri, yakni Nyai Izzah dan Nyai Arum,” terang Jakfar Shadik.

Nyai Izzah merupakan istri pertama dari Kangjeng Tumenggung Tirtanegara alias Bindara Saot. Sedangkan Nyai Arum adalah istri dari Bindara Ibrahim atau saudara seayah dengan Bindara Saot. Keduanya merupakan putra dari Kiai Abdullah Batuampar yang menikah dengan dua putri Kiai Jalaluddin.

Ket.Foto: Asta Parongpong tampak dari udara. (Mamira.ID)

Pasarean Tiga Tokoh Pembabat Parongpong

Kampung Parongpong menjadi tempat berdakwah sekaligus peristirahatan terakhir tokoh-tokoh agung pembabat tanah sakral yang penuh dengan keberkahan. Kiai Ali Talang, Kiai Khatib Bangil, dan Kiai Jalaluddin tetap mendiami kampung ini hingga ujung usia. Bahkan, ketiganya dikebumikan di Kampung Parongpong, Desa Kecer, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep.

Baca Juga:  Raden Saleh: Patih Berintelektual Tinggi Keraton Sumenep dari Semarang

Asta ketiganya masih terjaga dengan baik kesitusannya. Mulai dari nisan dan jirat makam masih sangat terawat. Nisannya tampak masih terbungkus kain sebagai bentuk kepedulian dari anak keturunannya, serta yang merawat asta sang Wali. Asta Kiai Khatib Bangil berada satu kompleks dengan asta Kiai Jalaluddin. Sedangkan asta Kiai Ali Talang berada di tempat yang berbeda, hanya saja masih di Kampung Parongpong.

“Situs Asta Parongpong masih terjaga kesitusannya, mulai nisan, jirat hingga pagarnya masih tampak terlihat asli dan penuh aura kemistikan. Di area kompleks tersebut masih banyak pula makam-makam yang asli dan tak ada perubahan satu pun,” pungkas Jakfar Shadik.

Tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID