Gua Payudan: Tempat Para Raja Sumenep Bersemadi, Siapa Saja Mereka?

Mamira.ID – Gua Payudan bukanlah sekedar tempat biasa, jauh ratusan tahun silam sebelum menjadi destinasi wisata seperti saat ini, gua ini merupakan tempat para raja Sumenep bersemadi. Siapa saja raja yang pernah merasakan dingin, gelap, dan pengapnya puncak pegunungan yang terletak di Desa Payudan Daleman, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep ini?

Keberadaan Gua Payudan memang begitu penting dalam lembaran sejarah Sumenep, karena memiliki keterkaitan dengan beberapa penguasa atau raja Kota Keris yang terletak di ujung timur Nusa Garam ini. Adapun raja-raja atau penguasa Sumenep yang pernah bersemadi, di antaranya adalah:

Potre Koneng

Potre Koneng merupakan putri dari pasangan Raden Ayu Retna Sarini dengan Wagung Rukyat alias Pangeran Secadiningrat II. Mengalir darah ningrat pada sosok Potre Koneng ini. Ia masih cucu dari Pangeran Natapraja atau Pangeran Bukabu. Sebab, ibunda Potre Koneng merupakan putri dari raja yang berkuasa di kawasan Desa Bukabu, Ambunten.

Dalam Babad Songenep, karya Raden Musa’ied Werdisastra, dikisahkan bahwasanya Potre Koneng adalah putri keraton yang sering melakukan tirakat atau semadi, terutama yang masyhur pernah melakukan tirakat di Gua Payudan, di Desa Payudan Daleman, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep. Ada sebuah legenda tentang kisah asmara sang putri dengan sosok penguasa di Pulau Sepudi, yakni Adi Poday.

Jokotole

Jokotole merupakan putra dari Potre Koneng dengan Adi Poday. Menurut legenda, perkawinan antara Adi Poday dengan Potre Koneng itu lewat mimpi atau kawin batin. Saat sang putri sedang bertirakat, tiba-tiba dikejutkan dengan secercah sinar yang membuat perutnya hamil. Pada akhirnya, lahirlah tokoh yang melegenda, dan namanya harum di negeri Majapahit tersebut.

Baca Juga:  Benteng Kalimo’ok: Jejak Kejayaan VOC di Sumenep

Setelah cukup dewasa, berkat perjuangan dan keberhasilannya di tanah Majapahit, Jokotole dinikahkan dengan putri Raja Prabu Kertabumi Brawijaya V yang bernama Raden Ayu Dewi Ratnadi. Selain itu, Jokotole pun diberi gelar Raden Aria Kuda Panole, dan berkuasa di Sumenep antara tahun 1415-1460 Masehi dengan gelarnya Secadiningrat III.

 Pangeran Jimat

Pangeran Jimat merupakan raja atau penguasa Sumenep yang memerintah pada tahun 1721-1744 Masehi. Ia memiliki nama asli Raden Ahmad. Pusat keratonnya terletak di Karang Toroi, Sumenep. Beliau merupakan penguasa Sumenep ke-27.

Pangeran Jimat adalah putra dari Pangeran Rama dari hasil perkawinannya dengan Raden Ayu Gumbrek, putri dari Pangeran Panji Pulang Jiwa. Pangeran Jimat menggantikan sang mertua yang telah berpulang ke rahmatullah.

Ke’ Lesap

Ke’ Lesap, disebut-sebut sebagai salah satu pemuda sakti dari Madura Barat di abad 18 Masehi, yang membuat sejarah berbalut legenda, atau bisa saja sebaliknya. Legenda berbau sejarah dan terus terukir hingga detik ini.

Ia meninggalkan Kota Bangkalan pada tengah malam dan menuju ke arah timur. Hingga akhirnya, ia sampai di Gua Gunung Payudan di Sumenep. Di gua itulah ia bertapa untuk beberapa bulan lamanya.

Baca Juga:  Asal usul Kiai Adhimah Mangaran, dan Jejak-jejak Keluarga Katandur di Situbondo

 Ke’ Lesap memerintah Sumenep antara tahun 1749-1750 M. Pada saat itu, keraton masih berada di Karang Toroi. Kemudian oleh Raden Tirtanegara, keraton Sumenep diserang kembali, sehingga terjadi perang tanding antara Raden Tirtanegara dengan Raden Buka di halaman keraton.

Pada perang tersebut, Raden Buka terkena tombak di bagian lambungnya, sehingga menghembuskan nafas terakhir. Sementara itu, sisa prajurit Raden Buka yang masih hidup, melarikan diri ke Pamekasan untuk memberi tahu kepada Ke’ Lesap bahwa Sumenep telah direbut kembali oleh Raden Tirtanegara.

Bindara Saot

Bindara Saot memerintah Sumenep antara tahun 1750-1762 M. Keberadaan keraton yang awalnya berada di Karang Toroi kemudian dipindah ke Pajagalan. Beliau bergelar Kangjeng Tumenggung Tirtanegara. Bindara Saot merupakan penguasa Sumenep dinasti terakhir.

Setelah Bindara Saot wafat, tampuk kepemimpinan keraton Sumenep diganti oleh putranya, Raden Asiruddin yang bergelar Penembahan Natakusuma alias Panembahan Sumolo. Beliau merupakan salah satu putra dari istri pertama Bindara Saot yang bernama Nyai Izzah.

Saat ini, Gua Payudan sudah menjadi destinasi wisata yang selalu ramai akan pengunjung, baik hanya sekedar untuk liburan, dan juga persemadian untuk beberapa hari, bahkan berbulan-bulan.

Baca Juga:  Kiai Baroya: Penerus Estafet Perjuangan Kiai Faqih

Akses menuju Gua Payudan sudah bisa dilalui menggunakan kendaraan, karena jalannya yang sudah lebar dan beraspal. Hal itu untuk memudahkan para pengunjung ke tempat pertapaan tersebut.

Gua Payudan berada di ujung barat Kota Sumenep. Kurang lebih 31 kilometer dari pusat Kota Sumenep untuk sampai ke tempat tersebut. Bagi yang ingin berkunjung, bisa mencarinya lewat Google Maps.

Lagu atau Syair Madura tentang Gua Payudan

Da’ bara’ dari Ganding, Bara’ dajana Lukguluk, Bada Settong gua raja, Pajudan se asma epon.

 Potre Koneng atapa, Dalem gua keni’ petteng, E bakto pornama raja, Mempe saren so AdiPoday.

 Jokotole Aguswedi, Potrana ebu se asomedi, Gua judan ka konco’na, Tenggi jumenneng kantos towana.

 Konco’na gua pajudan, E babat Madura nyata, Omba’na pada akoba’, Ju kajuwan pada aghella’. 

Potre Koneng atapa, Dalem gua keni’ petteng, E bakto pornama raja, Mempe saren so AdiPoday.

 Jokotole Aguswedi, Potrana ebu se asomedi, Gua judan ka konco’na, Tenggi jumenneng kantos towana.

 Konco’na gua pajudan, E babat Madura nyata, Omba’na pada akoba’, Ju kajuwan pada aghellak.

 Dari bara’ dari Ganding, Bara’ dajana Lukguluk, Bada Settong gua raja, Pajudan se asma epon.

Tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Mamira.ID