Sempat ketar-ketir awalnya saat Piango menyuguhkan gagasannya mengenai model pintu gerbang masjid keraton. Pasalnya, Piango membuat sketsa pintu gerbang dengan mencontoh bangunan ajaib di tanah leluhurnya: tembok raksasa Cina.
Dengan senyum yang arif, Panembahan Sumolo menyetujui ide Piango. Pekerjaan berat itu dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Seperti diketahui, Piango yang mulai membuktikan bahwa Islam adalah agama yang damai, bertambah merasa berhutang budi pada keluarga besar Bindara Saot. Sehingga ia bertekad mendedikasikan kemampuannya kepada junjungannya, putra Bindara Saot.
Kendati disetujui oleh Panembahan Sumolo mengenai konsep pintu gerbang masjid, namun tentu tidak mudah menyelesaikan bangunan tersebut.
Pasalnya, Piango tidak pernah menjejakkan kakinya sama sekali ke negeri asalnya. Sehingga kisah tentang bangunan-bangunan di negeri leluhurnya itu hanya ia dengar dari sang kakek, Lauw Kate yang sudah di alam baka mendahuluinya.
Ia pun mengingat-ngingat kembali kisah-kisah pengantar tidurnya dulu. Tentang tembok raksasa yang kini menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia.
Tembok yang pada tahun 2009, melalui penelitian ulang Badan Survei dan Pemetaan dan Badan Administrasi Warisan Budaya Republik Rakyat Tiongkok, lebih panjang daripada rentang yang saat sebelumnya diketahui. Menurut pengukuran, panjang keseluruhan tembok mencapai 8.850 km.
Nah, di samping bekal kisah-kisah itu, Piango memang pernah melihat gambar kasar tembok tersebut. Mendiang kakeknya pernah menunjukkannya dahulu. Ia pun “berkunjung” ke tanah asalnya dengan mengendarai imajinasi.
Kolaborasi Dua Pria Istimewa