Kiai Baroya: Penerus Estafet Perjuangan Kiai Faqih

Keturunan K. Baroya dan Kehidupan Pesantren Saat Ini

Baroya menikah dengan Nyai Roimah putri dari K. Shaleh salah satu ulama terkemuka keturunan dari K. Bungso yang tak lain merupakan saudara dari K. Faqih. Beliau dikaruniai putra bernama K. Sihah. Dari K. Sihah ini banyak bermunculan ulama ulama yang menjadi penerus sekaligus mengembangkan pesantren di berbagai daerah di wilayah Sumenep.

Anak cucu dari K. Sihah inilah yang meneruskan perjuangan leluhurnya guna mengembangkan ilmu agama, pesantren dan lembaga pendidikan pada umumnya. Didaerah Lembung Barat terdapat dua pesantren yang masih eksis sampai saat ini, yang di kenal dengan langgar timur dan langgar tengah karena di dua langgar ini mengalir darah K. Baroya yang meneruskan perjuangan di bidang agama dan pendidikan moral.

Langgar Timur yang menjadi sentra utama tempat berawalnya pusat pendidikan kepesantrenan di tanah Lembung, Langgar tersebut menjadi saksi sejarah tempat K. Baroya mengembangkan keilmuannya dan menjalankan misi dakwahnya. Di langgar inilah mulai bermunculan lembaga pendidikan umum yang sampai saat ini masih aktif di tengah tengah masyarakat. Pesantren tersebut bernama Arrahman serta Lembaga pendidikan formalnya bernama Al. Huda. Lembaga formalnya meliputi lembaga pendidikan PAUD, TK, MI, MTs dan SMA.

Baca Juga:  Bindara Bungso: Leluhur Para Raja Sumenep

Masih berada di tanah lembung, satu lagi lembaga yang masih termasuk rintisan dari K. Baroya, lembaga ini terletak di sebelah barat asta K. Baroya, Langgar Tengah begitulah banyak orang menyebutnya. Di sana juga berkembang pesantren Nurul Yaqin dan lembaga pendidikan formal bernama Nurul Yaqin yang juga punya pendidikan formal meliputi PAUD, MI, MTs hingga SMAI.

Tak hanya di daerah Lembung saja keturunan K. Baroya mengembangkan pesantren dan lembaga pendidikan. Sebut saja salah satunya di daerah Gadu Barat, Kecamatan Ganding. Di daerah ini juga berdiri pesantren yang di prakarsai oleh KH. Abd. Hamid yang tak lain masih ada nasab K. Baroya.

Baca Juga:  Hidup dari Manisnya Gula Merah

“Lembaga Raudlatul Iman nama yang sudah masyhur di kalangan masyarakat Ganding, lembaga ini di asuh oleh tiga kyai bersaudara yakni KH. Mufti Hamid, K. Sidqi Hamid dan K. Sahli Hamid. Di lembaga ini selain berkembang pesantren ada juga lembaga formal mulai tinggat usia dini sampai perguruan tinggi, kesemuanya tak lain adalah salah bentuk pengabdian anak cucu K. Baroya akan dunia pesantren dan lembaga pendidikan pada umunya,” ujar K. Sahli Hamid yang juga masih termasuk keturunan K. Baroya.

Pasarean K. Baroya dan Istrinya

“Kullu nafsin daiqatul maut” begitulah kalam ilahi dalam Al. Qur’an. K. Baroya dan istrinya Nyai Roimah dikebumikan diarea yang sama yakni di belakang masjid Jami’ K. Faqih, tepatnya di Desa Lembung Barat, Kecamatan Lenteng. Kondisi pagar pembatas maqburah keduanya berdinding susunan batu putih yang kondisinya tampak masih asli dan tak ada perubahan.

Baca Juga:  Kisah Joko Piturun, Pusaka Sakti Raja Madura Yang Bersembunyi di Kolam Keraton Mandilaras

Sementara maqburah keduanya sudah ada perubahan dari bentuk aslinya mulai jirat dan nisan sudah tak asli lagi. Asta keduanya sudah dibalut dengan semen menjadi variasi nisan dan jirat pasarean K. Baroya. Namun nisan Ny. Roimah tetap asli tapi tanpa ada pahatan prasasti yang menjadi sumber sejarah tentang wafatnya tokoh tersebut.

Pada pusara K. Baroya dan istrinya terdapat dua gunungan tampak masih berdiri kokoh dan keasliannya masih terjaga betul. Gunungan adalah simbol keagungan pada dua tokoh ulama yang bersemayam di sana, keduanya adalah pasangan suami istri yang semasa hidupnya banyak disibukan dengan dunia pesantren dan pengembangan ilmu keagamaan guna mencetak kader-kader santri yang berwawasan tinggi, agamis dan bermoral baik. Semoga kelak anak cucu dari tokoh ini masih mampu mengembangkan jejak sang tokoh dalam dunia pesantren dan lembaga pendidikan pada umumnya.

Jangan lupa tonton video ini:

Penulis: Abd. Warist

Editor: Mamira.id