SUMENEP, MAMIRA.id – Nama Agung Sayyid Tembing selama ini barangkali cukup asing di kalangan sejarawan Sumenep berikut dzurriyah Syekh Mahfudz Gurang Garing.
Sebelumnya, waliyullah yang astanya di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep itu masyhur bagi peziarah, diketahui para dzurriyah sebagai putra dari Sayyid Syarif Abdurrahman Rombu (Gung Rombu) Desa Gapura Barat, Kecamatan Gapura.
Tak ada nama Agung Sayyid Tembing, yang di kemudian hari diketahui sebagai penyambung silsilah di antara Syekh Mahfudz Lombang, Batang-Batang dengan Syekh Abdurrahman Rombu Desa Gapura Barat, Kecamatan Gapura.
Pengetahuan tentang Syekh Mahfudz sebagai putra dari Syekh Abdurrahman Rombu selama ini setidaknya bersumber dari silsilah yang masyhur di kalangan masyayikh Lambi Cabbi, Desa Gapura Tengah, Kecamatan Gapura.
Dalam silsilah keluarga yang berujung pada Sayyid Syekh Ja’far Shadiq Kudus, Jawa Tengah itu tercatat bahwa Syekh Abdurrahman Rombu merupakan ayah dari Syekh Mahfudz Gurang Garing.
Belakangan, setelah ditemukan catatan yang menyebut “K. Agung Gurang Garing bin Agung Sayyid Tembing”, barulah nama Agung Sayyid Tembing alias Syekh Abdullah dimasukkan dalam silsilah masyayikh Lambi Cabbi sebagai ayah dari Syekh Mahfudz Gurang Garing.
Pada tahun 2011, manuskrip silsilah masyayikh Lambi Cabbi yang berinduk pada Agung Sudagar itu diperbaharui dan dibukukan oleh Tim Nyambung Aseh dengan nama “Buku Induk Silsilah & Dzurriyah Agung Sudagar. Adapun penyusunnya adalah alm. KH A. Quraisyi Shanhaji.
Ditemukan dalam Manuskrip dari Curah Kalak
Cerita bagaimana silislah Agung Sayyid Tembing terkuak sebagai putra dari Sayyid Syarif Abdurrahman Rombu ini disampaikan K. Tirmidzi Mas’ud, saat Haul Agung Sayyid bin Sayyid Syarif Abdurrahman Rombu di lokasi Asta di Dusun Tembing, Desa Banjar Barat, Kecamatan Gapura pada Ahad (4/10/2020) lalu.
Ketua Panitia Haul sekaligus salah satu dzurriyah Agung Sayyid Tembing itu menceritakan riwayat singkat bagaimana Syekh Abdullah akhirnya bisa masuk dalam silsilah yang masyhur di kalangan masyayikh Lambi Cabbi, Gapura Tengah.
Awalnya, dahulu dalam silsilah almahgfurlah K. Masyhuri Azhari Lambi Cabbi hanya tertulis nama K. Agung Gurang Garing dan Syekh Abdurrahman Rombu. Sedangkan nama Agung Sayyid yang merupakan orang tua K. Agung Gurang Garing tidak ada.
“Hingga suatu ketika, alhmaghfurlah KH Jailani Mas’ud, orang tua K. Junaidi Sema, kebetulan bertemu dengan KH Zaini Romli Curah Kalak (Cora Kalak), Situbondo dalam suatu kesempatan, kemudian saling bertanya berasal dari daerah mana,” ujar Kiai Tir waktu itu.
Ketika KH Jailani Mas’ud menyebutkan berasal dari Lambi Cabbi, Gapura Tengah, waktu itu Kiai Zaini Romli langsung bercerita dirinya memiliki leluhur di Sumenep yang diketahui bernama Sudagar.
Mendengar nama Sudagar, yang tak lain putra dari Syekh Mahfudz Asta Gurang Garing Lombang, Kiai Jailani langsung mengakui Kiai Zaini sebagai famili.
“Kalau Sudagar, berarti sampean dengan saya ini famili,” demikian kiranya percakapan almarhum Kiai Jailani dengan Kiai Zaini Romli waktu itu seperti dituturkan K. Tirmidzi.
Singkat cerita, Kiai Zaini Romli berjanji untuk segera silaturahim ke kediaman Kiai Jailani. Di mana Kiai Zaini kebetulan memiliki manuskrip silsilah yang ditulis tangan di kertas kapas kuno dan dibawa saat berkesempatan silaturahim.
“Ternyata di dalam manuskrip itu ada silsilah K. Agung Gurang Garing bin Agung Sayyid Tembing, cuma sampai di situ saja putus. (Silsilah) ke atas tidak tidak ada,” ujar putra KH. Mas’ud, pengasuh Ponpes Al-In’am Desa Banjar Timur itu.
Setelah ditemukannya silsilah dari Curah Kalak itulah, nama Agung Sayyid Tembing kemudian dimasukkan dalam catatan silsilah masyayikh Lambi Cabbi sebagai putra dari Syekh Abdurrahman Rombu sekaligus orang tua dari Syekh Mahfudz Gurang Garing.
Penulis: Rafiqi
Editor: MAMIRA.id