Drama Dibalik Pernikahan Nyai Dewi Asri, Nenek Bindara Saot

Mamira.ID – Sosok Nyai Asri atau Dewi Asri mungkin tidak banyak diperbincangkan  dalam lembaran sejarah Sumenep. Beliau adalah perempuan salihah yang melahirkan tokoh-tokoh agung sekaligus penguasa di negeri tersebut.

Nyai Asri merupakan putri Kiai Abdullah alias Kiai Sendir III, Desa Sendir, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, atau adik kandung Kiai Abdurrahman Raba, Pademawu, Kabupaten Pamekasan.

“Nyai Asri merupakan istri dari Kiai Abdul Qidam. Menurut para sepuh Sumenep, sang suami dari Nyai Dewi Asri itu pernah menetap di Kampung Raba dalam rangka berguru kepada Kiai Agung Raba. Nyai Asri sendiri menurunkan Kiai Abdullah Batuampar alias Bindara Bungso,”  terang R.B. Nurul Hidayat, salah satu pemerhati sejarah Sumenep.

Seperti diketahui, Kiai Abdullah atau Bindara Bungso memiliki beberapa orang putra, salah satunya ialah Bindara Saot, tokoh legendaris keraton Sumenep di abad 18, sekaligus pembuka dinasti terakhir.

Baca Juga:  Jelajah Asta Pangeran Baragung, Makamnya Nyaris Sama dengan Asta Sang Ayah

Dikisahkan suatu ketika, Nyai Asri hendak ditunangkan dengan seorang dari kalangan bangsawan, dan ibunda beliau di Sendir sudah menyetujui pertunangan itu. Mendengar kabar tersebut, Kiai Abdurrahman Raba merasa keberatan.

Maka, Kiai Agung Raba bermaksud menjemput Nyai Asri di kediamannya, yakni Desa Sendir. Sang Kiai pun mengutus salah seorang santrinya untuk mengabarkan maksud dan tujuannya. Mendengar Kiai Agung Raba akan datang menjemput adik kandungnya, dengan spontan Nyai Sepuh memerintahkan kepada sanak keluarganya untuk menjaga Nyai Asri.

Waktu pun berlalu, berangkatlah Kiai Agung Raba ke tanah kelahirannya di Desa Sendir untuk menjemput Nyai Asri. Dengan karamah dan kewalian sang Kiai, para penjaga itu dibuat tertidur, sehingga Kiai Agung Raba dengan leluasa mengajak Nyai Asri untuk dibawa ke tanah Raba, Pademawu, Pamekasan.

Baca Juga:  Gua Payudan: Tempat Para Raja Sumenep Bersemadi, Siapa Saja Mereka?

“Setelah Kiai Agung Raba berhasil membawa adik kandungnya dari Sendir, semua penjaga dan Nyai Sepuh pun terbangun dan terkejut, karena Nyai Asri telah hilang entah ke mana,” terang Nurul Hidayat.

Sesampainya di Raba, Nyai Asri dinikahkan dengan Kiai Abdul Qidam, putra dari salah satu ulama masyhur di tanah Parongpong. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada ibundanya, Kiai Agung Raba mengutus salah seorang santrinya untuk mengabarkan pernikahan itu kepada ibunda dan sanak keluarganya di Sendir. Akhirnya, Nyai Sepuh memaklumi sikap Kiai Abdurrahman alias Kiai Agung Raba.

Tindakan Kiai Agung Raba, seakan menjadi sebuah isyarat langit, bahwa kelak yang akan mengganti kedudukannya adalah keturunan dari Nyai Dewi Asri. Terbukti, keturunan dari Nyai Dewi Asri dan Kiai Abdul Qidam lah yang menjadi orang-orang mulia, ulama, sekaligus umara yang banyak menyebar di bumi Sumenep dan Kota Gerbang Salam, Pamekasan.

Baca Juga:  Kisah Kewalian Kiai Agung Jareja dan Jangkrik Peliharaannya

“Setelah cukup lanjut usia, Nyai Asri pun wafat, beliau dimakamkan di kompleks Asta Batuampar, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep. Posisi maqbarah beliau berada di samping barat asta Kiai Abdullah alias Bindara Bungso, pusaranya tampak selalu terbungkus kain sebagai penanda kesucian dan keagungan perempuan berdarah Sendir tersebut,” pungkas Nurul Hidayat.

Tonton juga video Mamira.Id di youtube:

Mamira.ID