Masjid Jami’
Masjid ini berdiri megah tepat di sebelah barat alun-alun Kota Sumenep ini disebut dengan nama Masjid Jami’. Masjid yang menjadi ikon Kota Keris ini dibangun oleh Pangeran Natakusuma ibn Tumenggung Tirtonegoro Bindara Saot. Masjid tersebut didirikan pada tahun ba’, yaitu tahun 1200 Hijriah atau 1779 Masehi, di atas tanah waqaf sang Nata dan selesai dibangun pada bulan Ramadlan tahun za’ 1206 Hijriah atau 1787 Masehi. Sementara arsitektur masjid tersebut berkebangsaan Cina bernama Lauw Piango.
Untuk memasuki area dalam masjid, jamaah harus melalui pintu gapura. Di atas gapura bertingkat tersebut akan kita temui ornamen berbentuk dua lubang tanpa penutup. Dikanan dan kiri gapura juga terdapat dua pintu berbentuk lengkung, pintu tersebut bisa dilihat dari dalam pagar, disekeliling gapura juga terdapat ornamen rantai.
Di halaman masjid pun ada pohon sabu (sawo dalam bahasa Indonesia) dan pohon tanjung. Disamping kiri dan kanan pintu utama gapura terdapat prasati bertuliskan aksara jawa dan arab kuno.
Sementara pintu Masjid Jami’ berjumlah sembilan pintu termasuk pintu agung atau pintu utama. Didaun pintu utama terdapat prasasti pembangunan dengan berupa ukiran. Terdapat pula ukiran dikiri dan kanan pintu agung yang bertuliskan huruf arab dan jawa kuno yang berisi tentang pembangunan Masjid Jami’ oleh Panembahan Natakusuma.
Di dalam Masjid Jami’ terdapat tiga mihrab. Mihrab paling kanan terdapat simbol matahari terbit. Sementara mihrab tengah atau tempat imam diatasnya terdapat dua bilah pedang, namun salah satu pedang tersebut raib karena dicuri. Sedangkan mihrab paling kiri merupakan tempat khatib membacakan khutbah. Sementara semua mihrab berdinding keramik bernuansa Cina.
Bangunan masjid jamik tersebut terdapat belasan tiang sebagai penopang kubah atau atap masjid. Dilangit-langit masjid terdapat balok-balok kayu yang ukurannya sangat besar. Langit-langit tersebut semuanya terbuat dari kayu jati. Masjid ini juga dilengkapi minaret yang desain arsitekturnya terpengaruh kebudayaan Portugis, minaretnya dengan tinggi 50 meter yang terdapat di sebelah barat masjid.
Masjid Sokambang
Masjid Sokambang merupakan salah satu masjid kuna yang juga erat kaitannya dengan kerajaan atau penguasa Sumenep tempo dulu. Masjid ini terletak di Kampung Benasokon, Desa Kebunagung, Kecamatan Kota, sekitar satu kilometer dari Asta Tinggi yang merupakan tempat pasarean raja-raja Sumenep atau dua kilo meter ke arah barat daya pusat kota.
Masjid Sokambang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang marupakan putra dari Panembahan Sumolo raja yang menggagas berdirinya Masjid Jami’. Jadi bisa disimpulkan, bahwa Masjid Sokambang merupakan masjid ketiga yang dibangun oleh penguasa Sumenep.
Sebelum mengalami perluasan, Masjid Sokambang hanya memiliki luas kurang lebih 10 meter x 6 meter dengan ketebalan tembok atau dinding kurang lebih satu meter. Masjid ini terdiri dari tiga pintu, masing-masing pintu memiliki dua daun pintu.
Sementara pada bagian dalam masjid masih tampak asli, ada lima mihrab termasuk tempat imam dan khatib berjejer rapi dengan gaya setengah lingkaran, pada masing-masih mihrab dituliskan nama empat sahabat kecuali mihrab tempat imam yang tertulis nama Nabi Muhammad SAW dan kaligrafi bertuliskan kalimat takbir, terdapat loster atau angin-angin disetiap mihrab.
Sementara di atas mihrab dibangun dinding menyerupai pagar alas dan ukiran benbentuk dedaunan tampak menghiasi interior masjid. terdapat pula daun pilar berbentuk bulat berjumlah enam buah, daun pilar ini berfungsi sebagai penopang usuk atap masjid. Sedangkan sebagai penopang atap tengah, masjid ini memiliki empat pilar berukuran besar.
Menurut cerita dari kalangan keluarga bangsawan Sumenep, masjid ini menjadi tempat persinggahan raja atau keluarga bangsawan keraton Sumenep sebelum berziarah ke Asta Tinggi. Sudah menjadi tradisi sejak itu, sebelum ke ziarah kubur ke bukit Asta Tinggi, dibiasakan shalat sunnah terlebih dulu.
Saat ini Masjid Sokambang mengalami perluasan pada sisi kanan dan teras masjid untuk menampung jamaah lebih banyak serta dibangun menara sebagai tempat speaker masjid di pojok kanan masjid. Masjid ini memiliki undakan dengan jumlah 10 undakan disisi kanan, sementara undakan area depan berjumlah 11 undakan. Jumlah undakan tersebut menandakan bahwa masjid ini berada di dataran lebih tinggi bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan disekitarnya.
Penulis: Abd. Warits
Editor: Mamira.id