Mengenal Sosok Bupati Abdurachman, Pendiri Museum Keraton Sumenep

MAMIRA.ID – Sosoknya mungkin tak banyak yang tahu, namun karya tulisannya bertebaran di mana-mana.

Usahanya yang paling fenomenal yaitu mendirikan Museum daerah. Museum itu dibagun tiga tahun setelah ia menjabat sebagai Kepala Tingkat II di Sumenep.

Pendirian museum itu dirasa penting, karena pada masa itu banyak benda bersejarah peninggalan bupati dan keluarga bangsawan Sumenep terbengkalai di sekitar Keraton. Seperti arca peninggalan masa Hindu-Budha, guci keramik, hingga rangka kereta kencana.

Sebagaimana diungkapkan oleh Almarhum Sabirin, sang juru pelihara benda-benda Museum perwakilan dari BPCB Propinsi Jawa Timur saat bertemu dengan Mamira.ID beberapa tahun yang lalu.

Ia menuturkan, sebelum museum berdiri, benda-benda yang kini menjadi koleksi museum tersebar di bangunan dan gudang yang ada di lingkungan Keraton Sumenep. Atas usaha Bupati Abdurachman dan restu dari para sesepuh bangsawan, maka pendirian museum dapat berlangsung singkat dan koleksinya terus mengalami peningkatan.

Baca Juga:  Jejak Tiga Khatib Sumenep Cicit Wali Sanga

Mula-mula museumnya menempati bangunan bekas Kamar Rata atau garasi kereta kencana, kemudian seiring waktu menempati gedung-gedung kosong yang ada di halaman utama Keraton.

Sebagai seorang birokrat yang punya minat besar dalam pelestarian sejarah dan kebudayaan, Bupati Abdurachman juga aktif menulis banyak hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Madura.

Tulisannya yang terkenal adalah “Sejarah Madura Selayang Pandang”. Buku itu ia selesaikan pada pertengahan tahun 1971. Saking larisnya, buku itu dicetak kembali pada tahun 1983.

Selain buku Sejarah Madura, ia juga menulis buku yang berkaitan dengan sejarah peranan orang-orang Madura menuju puncak kebesaran Kerajaan Majapahit.

Ia sengaja mengambil tema itu lantaran banyaknya permintaan dari masyarakat, di samping usahanya untuk meluruskan kisah perjalanan kehidupan Wiraraja, yang oleh banyak sejarawan Belanda dianggap sebagai orang yang berkhianat kepada Kertanegara. Buku setebal 85 halaman itu ia rampungkan pada akhir tahun 1973.

Baca Juga:  Misteri Kereta Kencana Melor, Kendaraan Raja Sumenep dari Negeri British

Sebelum berkiprah di bidang Pemerintahan, Abdurachman muda merupakan seorang republikan. Ia bersama pejuang RI lainnya terlihat aktif dalam mengusir KNIL saat menduduki pulau Madura pada tahun 1947.

Dalam bukunya, ia mengatakan sempat dihujam peluru pasukan Belanda saat dirinya berusaha hijrah ke Pulau Jawa. Karena gagal, ia bersama kawan-kawan republikan lainnya berusaha bertahan dan membuat gerakankan bawah tanah merongrong pemerintahan Negara Madura yang dipromotori oleh Belanda.

Pasca perang revolusi, Abdurachman menyelesaikan studinya di jurusan pemerintahan, Fakulteit Hukum, Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada tahun 1957. Berbekal pendidikannya itu ia mula-mula menyandang gelar BA (Bachelor of Arts), lalu kemudian Drs (Doktorandus).

Setelah cukup lama menempuh pendidikan di Jogjakarta, ia kemudian dipindah ke Surabaya.

Baca Juga:  Loteng, Potret Miniatur Keraton dalam Keraton di Sumenep (4)

Di Kota Pahlawan itu, ia ditunjuk sebagai Kepala Urusan Keprajaan dan Wakil Kepala Sensus Provinsi Jawa Timur. Setahun setelahnya ia dipercaya menjadi asisten luar biasa Ilmu Filsafat, di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Sebagai seorang birokrat yang kompeten, pemerintah memberinya banyak tugas luar untuk menghindari berbagai pertemuan internasional. Selama dua tahun berturut-turut ia ditugaskan untuk menghadiri berbagai konferensi di luar negeri.

Pada tahun 1962, ia sempat ditunjuk sebagai Kepala Inspeksi Keuangan  Provinsi. Sebelum akhirnya pada tahun 1963, pria bertangan dingin itu diangkat sebagai Bupati Sumenep hingga tahun 1974.

Di sela-sela tugasnya sebagai pamong praja, Bupati Abdurachman rutin memberikan seminar dan kuliah umum yang berkaitan dengan ilmu pemerintahan hingga urusan yang berkaitan dengan kebudayaan.