Dalam buku-buku sejarah dan kisah-kisah terdahulu memang banyak disebutkan trik sekaligus intrik keji tentang pemberontakan Raden Jurit ini.
Apalagi saat itu, memang di tanah Jawa dan luar Jawa, Mataram sekaligus VOC disibukkan oleh perlawanan-perlawanan lokal. Sehingga fitnah dan adu domba yang dimainkan VOC berpengaruh dalam penulisan sejarah.
Kesempatan untuk menyingkirkan Cakraningrat III yang mungkin dipandang kurang potensial dalam menyuplai banyak bantuan bagi kepentingan Mataram yang dibayang-bayangi VOC, menimbulkan angin perubahan di Madura Barat.
Cakraningrat III yang sadar jika dirinya dilawan menantu sekaligus adik kandungnya itu ternyata memilih menyingkir dari keraton dan mencari dukungan ke Surabaya sekaligus VOC.
Kala itu di Surabaya, duduk wakil Mataram yang bernama Patih Cakrajaya. Namun Cakrajaya lebih condong kepada Raden Jurit sehingga laporan ke Mataram justru merugikan Cakraningrat III.
Puncaknya, tahta Madura Barat dialihkan ke Raden Jurit dengan harapan bisa lebih didapatkan tenaganya dalam menopang Mataram yang semakin rapuh.
Raden Jurit pun naik tahta dengan gelar Pangeran Cakraningrat IV. Beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Tonjung Sekar ke Sembilangan.
Sementara Cakraningrat III akhirnya menyingkir ke Kamal. Berlindung di sebuah kapal VOC. Hingga terjadi peristiwa tragis di sana, yang menyebabkan Cakraningrat III gugur di atas kapal.
Red