Resep dan Penyajian Campor
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB, antrian panjang tampak sudah terlihat di warung sederhana tersebut. Maklum, di jam-jam itu waktunya makan siang. Terkadang dibutuhkan kesabaran menunggu giliran pelayanan.
“Setiap harinya tak pernah sepi dengan pembeli rata rata 70 porsi setiap hari, apa lagi kalau hari libur seperti hari sabtu dan minggu, bisa-bisa sampai 250 porsi,” ujar Ibu Aan sambil sibuk melayani para pelanggannya.
Sedari dini hari, Ibu Aan sudah sibuk mempersiapkan menu jualannya. Mulai dari meracik rempah, menumbuk kacang tanah, memasak lontong dan memasak daging sapi sebagai bahan utama kuah compor. Dibantu beberapa anggota keluarga seperti suami, anak termasuk menantu perempuannya, mereka begitu kompak guna melayani dan memberikan kepuasan pelayanan para penikmat kuliner compor. Penggemar campor racikan Ibu Aan ini begitu beragam, mulai anak muda melinial, para pejabat bahkan kaum sarungan pun juga ramai mengunjungi warung tersebut.
Proses panjang dari menu campor ini yakni saat perebusan lontong, butuh waktu hingga 5 jam lamanya. Biasanya Ibu Aan merebus lontong dari jam dua siang hingga jam delapan malam.
“Dilamain rebus lontongnya biar matang sempurna, kalau kata orang Madura ‘Makle Leppa’, berasnya juga pakainya yang kualitas super, biar lontongnya enak,” ungkap Ibu Aan dengan keringat yang mulai tampak di wajahnya karena sudah melayani pembeli yang begitu ramai.
Sembari menunggu lontong matang, tetap dengan di bantu keluarga yang lain, Ibu Aan sibuk meracik bumbu seperti mengupas bawang putih, kemiri, cabe merah besar, merica, kayu manis serta bumbu-bumbu lain yang menjadi rahasia kenikmatan kuliner tersebut. Salah satu dari mereka juga ada yang memarut kelapa untuk diambil santannya, santan tersebut untuk dijadikan kuah campor. Kuah campor disertai potongan daging sapi berbentuk dadu menjadi ciri dari makanan khas ini.
Setelah persiapan panjang mulai rampung, kini tinggal ke langkah selanjutnya, yakni penyajian menu makanan khas ini. Embun pagi masih tampak membasahi kuncup dedaunan, matahari sesaat lagi mulai menampakkan dirinya di ufuk timur, tepat pukul 06.00 WIB Ibu Aan membuka warung campor miliknya. Warung campor ini sudah mulai ramai dengan pembeli yang ingin sarapan pagi, sebagian dari mereka makan di tempat, namun sebagian yang lain di bungkus untuk dimakan di rumah ataupun tempat kerja.
Lontong mulai di potong potong dan ditaruh di atas piring dengan tambahan bihun serta bergedel singkong dengan saus kacang pertanda siap untuk di santap, hanya tinggal disiram dengan kuah santan saat pelanggan datang. Bumbu kacang serta kuah santan beraroma khas disertai dengan potongan daging dan taburan bawang goreng dan daun bawang sudah siap menggoyang lidah para penikmatnya.
“Saya memang langganan di sini, campor Ibu Aan memiliki aroma nikmat memikat dan rasanya sangat nagih,” ujar Diana, salah satu pelanggan setia campor Ibu Aan kala itu.
Buka Setiap Hari
Demi menjaga kepuasan pelanggan dan penikmat campor setianya, warung Campor Ibu Aan ini buka setiap hari di jam yang sama, yakni jam 06 pagi hingga siang hari.
“Terkadang tutupnya tidak sampai segitu (jam 12 siang), karena dari banyaknya pembeli serta stok bahan dasar sudah habis semua,” ujar Ibu Aan.
Antian mengular pasti terlihat pada hari-hari libur seperti halnya sabtu dan minggu atau hari libur lainnya, para pelanggan campor sangat ramai menyerbu warung campor Ibu Aan.
“Kalau hari libur ramai banget, mas. Sampai harus harus rela berpanas-panasan antri. Udah kaya uji kesabaran demi seporsi campor,” tambah Diana disertai senyuman.
Di warung ini terdapat satu meja Panjang dengan tempat duduk saling berhadapan, sementara dindingnya dilengkapi dengan lukisan berisi kata-kata unik berjejer menambah keunikan dan membuat betah para pelanggan khususnya muda-mudi melenial dengan berselfi ria baik sebelum ataupun seusai makan.
Selain itu, Ibu Aan juga menyediakan tempat menikmati campor di seberang warung. Di sana terdapat sebuah tempat duduk lesehan beratapkan kalsibot. Tempat tersebut dibikin karena saking membludaknya pembeli serta sebagai sarana tempat duduk jika antrian di warung sudah penuh. Hamparan kramik menjadi alas tempat santai sembari menunggu seporsi campor datang.
Harga Seporsi Campor
Selain rasanya yang nikmat dan bikin ketagihan, tentu yang bikin pelanggan bolak-balik mengunjungi warung ini karena harganya yang sangat ramah di kantong. Tak butuh merogoh kocek terlalu dalam guna memanjakan lidah para penikmat campor atau kuliner berkuah santan ini, cukup dengan uang Rp. 9.000 saja sudah dapat menikmati seporsi campor.
Sebagai pemasukan tambahan, warung campor ini juga menjual aneka macam kerupuk, keripik dan snack-snack lainnya sebagai pelangkap saat menikmati campor. Tersedia pula aneka minuman hangat dan dingin.
“korang kobessa (kurang mantab) mas kalau makan campor tidak ada kerupuknya, mantab tuh kalau makan campor ditemani keripik singkong atau kerupuk-kerupuk lainnya.” Pungkas Diana yang sedang menikati seporsi campor.
Bagaimana sahabat Mamira, tertarik untuk mencoba menu menggugah selera ini? Jika berkunjung ke Sumenep jangan lupa untuk mencoba ragam kuliner khasnya, yaa…
Jangan lupa juga tonton video di youtube mamira.id:
Penulis: Abd. Warits
Editor: Mamira.id