Mamira.ID – Sumenep merupakan salah satu kabupaten yang menyimpan segudang wisata dan budaya di belataran bumi Madura. Tak hanya ramai dengan wisatawan lokal setiap harinya, namun juga dari manca negara pun banyak yang berkunjung ke daerah berjuluk Kota Keris ini. Dua ikon monumental peninggalan masa kerajaan pun masih bisa kita saksikan seperti Masjid Jami’ dan Keraton.
Sementara pageleran budaya seperti kerapan sapi dan sapi sonok juga tak luput dari sasaran kunjungan wisatawan lokal maupun manca negara. Disamping itu, destinasi wisata bahari seperti hamparan pasir putih berpagar pohon cemara yakni Pantai Lombang pun tak mau ketinggalan menjadi pesona keindahan bumi nusantara ini.
Dari beberapa kelebihan di atas, tentu yang tak boleh ketinggalan adalah ragam kulinernya yang juga menjadi salah satu daya Tarik tersendiri bagi para wisatawan. Mencoba kuliner daerah terkadang juga menjadi tujuan utama saat berkunjung sambil menikmati keindahan pesona ragam budaya dan wisata saat berkunjung ke Sumenep.
Menikmati kuliner khas nusantara yang beragam tentu akan menambah pengalaman unik lainnya ketika lelah dan letih menghampiri saat berwisata. Kuliner unik satu ini merupakan kuliner berkuah santan, sebut saja kuliner “Campor”. Campor merupakan makanan khas Sumenep berbahan dasar lontong dan kuah soto dengan saus kacang tanah. Dinamakan campor karena ada saus kacang sebagai toping, jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, campor berarti campur. Bercampurnya saus kacang dengan kuah soto dan santan tersebutlah kemudian menu khas Nusantara ini dinamakan campor.
Campor nyaris sama seperti soto madura pada umumnya, yang membedakan hanyalah saus kacang dan santan tersebut. Saus kacang memang menambah ragam rasa dalam satu hidangan kuliner khas ini. Sering pula orang Madura menyebutnya “soto tapi bukan soto”.
Wisatawan atau penikmat kuliner nusantara tak perlu susah payah untuk menemukan warung penjual campor ini, selain di Kecamatan Lenteng, warung tempat menjual menu campor yang terkenal juga terletak di Kampung Banasokon, sebuah perkampungan asri dan permai dilembah dataran bukit, wisata religi Asta Tinggi, Kebunagung Sumenep.
“Warung campor Ibu Aan” begitu banyak orang menyebutnya, warung ini berada di gang kecil diantara jejeran rumah, tepat di sebelah barat masjid kuna peninggalan raja Sumenep, Masjid Sokambang. Meski lokasinya berada di gang kecil namun jangan heran, setiap harinya warung yang cukup sederhana ini selalu penuh sesak dengan pelanggan pecinta kuliner campor dari berbagai daerah di kabupaten Sumenep. Wanita paruh baya itu merupakan penjual campor dengan resep yang sudah secara turun menurun, Ibu Aan mewarisi racikan bumbu leluhurnya sebagai penjual campor.
Menjual campor merupakan penghasilan utama Ibu Aan dan keluarga, jadi tak heran jika kesehariannya selalu disibukkan di dalam dapur bergelut dengan aroma rempah dan lontong serta semerbak aroma kacang sebagai salah satu bahan campuran campor. Tak heran pula usia usaha rumahan ini sudah kisaran 60 tahun, usaha tersebut digagas oleh buyutnya.
“Campor ini dulu buyut saya yang jual, turun-temurun. Saya sudah penerus yang ke empat,” kata Ibu Aan saat ditemui tim Mamira.id beberapa waktu lalu.