Mamira.ID – Madura tidak hanya dikenal dengan pulau garam atau pulau dengan segudang situs sejarah dan wisatanya. Jauh dari itu, pulau yang memiliki empat kabupaten ini juga memiliki aneka makanan khas dan masih melegenda hingga saat ini.
Sudah pernah dengar atau sudah tahu makanan jadul bernama rap-orap? Kali ini, tim Mamira.ID akan mengulas tentang makanan khas tersebut. Makanan tradisional lintas zaman, namun masih disukai oleh semua kalangan.
Rap-orap, begitulah sebutan makanan khas ini bagi orang Madura. Makanan jadul ini masih dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional atau lapak di pinggir jalan. Seperti halnya yang terdapat di pasar tradisional Ganding, Kecamatan Ganding, Sumenep. Pedagang rap-orap biasanya menjamur saat memasuki bulan Ramadan. Rap-orap kerap kali dijadikan santapan pelengkap buka puasa.
Rap-orap adalah hasil perpaduan dari beberapa sayuran yang ada di Madura. Biasanya, makanan khas ini disantap dengan nasi atau lontong. Semua bahan yang digunakan bersumber dari alam atau hasil kebun para petani. Nah, sayur-mayur yang telah direbus, nantinya dicampur dengan parutan kelapa.
“Cara membuat makanan rap-orap ini cukup sederhana, hanya menggunakan bahan daun singkong, daun pepaya, bunga toroy, jantung pisang, kacang panjang, dan toge alias kecambah. Semua direbus sampai matang, dan air rebusannya dibuang agar tidak ada rasa pahit dan sepet. Kemudian, setelah bahan-bahannya siap dan matang, maka tinggal ditaburi parutan kelapa dan dicampur hingga merata,” terang Mak Mus, begitulah namanya akrab dipanggil, dia salah satu pedagang rap-orap di Pasar Ganding, Kecamatan Ganding, Sumenep.
Sebelum parutan kelapa tersebut dicampur dengan sayur-mayur yang sudah direbus, parutan kelapa tadi terlebih dahulu diberi bumbu atau rempah yang dihaluskan. Seperti bawang putih, bawang merah, kencur, daun jeruk, sedikit gula, garam, dan penyedap rasa.
“Bahkan, orang yang beli terkadang menanya parutan kelapa yang dibakar (Madura: Sekkol tonoh) yang hanya dikasi garam. Lebih orisinal rasanya, katanya sih begitu,” ujar Mak Mus
Untuk harga sebungkus rap-orap sangatlah terjangkau dan tidak perlu merogoh gocek terlalu dalam. Harga rap-orap milik Mak Mus, mulai dari Rp1.000,00 dan tergantung yang mau membelinya. Seribu rupiah saja sepertinya porsi sedang, cukup untuk dijadikan sebagai menu pelangkap saat makan nasi atau lontong. Biasanya, rap–orap tersebut dibungkus dengan daun pisang yang dapat menambah aroma khas saat dibuka. Dan tentunya, kesan tradisionalnya masih sangat terlihat.
Bagi sahabat Mamira.ID yang penasaran dan sudah lama tidak mencoba makanan tradisional ini, atau ingin mencoba rap–orap racikan Mak Mus kalian bisa langsung datang ke Pasar Ganding, lapaknya sebelah kantor Kecamatan Ganding, buka mulai jam 3 sore hingga menjelang azan Magrib. Namun, terkadang jam 5 sore, menu rap–orap Mak Mus sudah ludes terjual.
Setiap harinya ramai akan pembeli. Mulai dari yang tua, muda, bahkan pegawai, dan anak milenial juga menggemari makanan jadul ini. Selain rap-orap, ibu yang berusia sudah lebih dari separuh abad ini juga menjual aneka gorengan. Seperti bakwan, tahu isi, pepes, tegette (kacang bercampur gula merah), kerupuk, dan lain sebagainya.
“Saya berjualan sudah puluhan tahun dan masih menggunakan bahan-bahan alami. Dan cara penyajiannya juga masih tradisional. Saya berharap, makanan jadul ini tetap eksis meski sudah banyak makanan kekinian. Sebab, makanan tradisional seperti rap-orap ini merupakan warisan nenek moyang kita di Madura,” pungkas Mak seraya melepas senyum.
Jangan lupa tonton video Mamira.ID di youtube:
Mamira.ID