Asta Tinggi Bagian III: Cungkup Bindara Saot

Ornamentasi Ukiran

Dari sisi ornamentasi atau ragam hiasnya, pada cungkup Makam Bindara Saot masih tetap menunjukkan nuansa kebhinekaan atau keragaman budaya. Perpaduan atau akulturasi budaya masih sangat kental. Perpaduan budaya Arab, Cina, Jawa dan Madura menjadikan makam ini memiliki keunikan tersendiri.

“Ukiran dinding pembatas ini pindahan dari rumah beliau juga, gaya ukirannya memang menggunakan bentuk ukiran cina dan jawa, karena sumenep itu dari dulu merupakan negeri yang sangat toleran dan menerima kultur budaya dari luar Madura atau bahkan luar jawa,” jelas Pak Husni.

Bentuk kontinuitas budaya sendiri masih nampak jelas di cungkup makam Bindara Saot, dimana hiasan atau ornamentasinya masih mendapatkan pengaruh dari era-era sebelumnya.

Pada cungkup makam ini, ragam ornamentasi masih di dominasi oleh motif floral yang berupa sulur-suluran. Motif ini disematkan tentu saja karena sarat dengan makna simbolis. Motif sulur-suluran terpahat secara apik dan menarik pada nisan Makam Bindara Saot.

Baca Juga:  Pangantan Jaran: Tradisi Unik Orang Madura Saat Pernikahan

Memang dalam sebaran budayanya, motif ragam hias sulur-suluran ini tersebar dan menjadi ciri budaya Jawa (atau dikenal dengan istilah lung-lungan), Bali (dikenal dengan istilah patra) dan Madura. Motif sulur-suluran yang biasanya terpahat di tempat-tempat suci memiliki makna simbolis tentang sebuah pengharapan dalam kehidupan yang berkembang, kemakmuran, kejayaan dan kesejahteraan. Dari ragam hias ini dapat membaca dengan jelas cita-cita mulia penguasa Sumenep pada zaman dahulu.

Ornamentasi atau ragam hias lainnya yang masih berupa pahatan tentang motif flora dan fauna tersemat pada dinding kayu pembatas atau gebyok di cungkup makam ini. Pengaruh budaya dari Cina dapat kita lihat dengan jelas pada pahatan-pahatan yang berupa binatang mitologi Cina.

Keberadaan pahatan burung phoenix yang merupakan simbolisasi kejayaan, kemakmuran. Binatang ini memang merupakan binatang agung yang selalu menggambarkan tentang kekuasaan sang raja.

Phoenix dianggap sebagai burung yang mampu membawa kedamaian, memperbaiki keadaan dan terhindar dari malapetaka. Selain itu pada beberapa panel, nampak terpahat pula dengan indah keberadaan keharmonisan alam.

Baca Juga:  Tanah Perdikan dan Asal-Usul Penamaan Pragaan

Panel-panel dalam gebyok makam menggambarkan keberadaan burung-burung dan tanaman-tanaman yang menarik untuk kita amati. Tentu saja ini merupakan gambaran tentang bagaimana kita belajar menjaga keharmonisan dengan alam.

Pahatan ragam hias ini seolah-olah mengajarkan pada kita tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan alam sekitar (Hablum minal Alam). Berbagai macam petaka atau bencana bisa muncul saat kita tidak mampu menjaga keselarasan dengan alam sekitar.

“Kalau yang ada gunungan atau prasastinya begini hanya ada tujuh makam, hal ini menunjukkan tokoh yang dimakamkan, cuma satu diantara yang enam ini,” terang Pak Husni sambil menunjukkan gunungan yang bertulis arab dan jawa.

Ornamentasi lainnya yang mejadi pelengkap dalam cungkup makam ini dan berbeda dengan cungkup-cungkup lainnya di komplek ini adalah keberadaan gunungan. Gunungan yang berupa dinding batu dan memiliki ukuran tidak begitu tinggi ini merupakan salah bentuk ciri khas makam Islam Kuno di Madura.

Baca Juga:  Makam Joko Tarub dan Rimbun ‘Bambu Cinta’ di Pamekasan

Pada gunungan makam Bindara Saot terdapat kaligrafi Arab dan tulisan carakan yang berisi tentang keterangan tokoh yang dimakamkan ditempat ini.

Penggunaan kaligrafi Arab menjadi bukti keragaman budaya yang terjaga dengan baik di masa pemerintahan tokoh yang dimakamkan di tempat ini, yaitu Bindara Saot. Gunungan ini terletak menjadi bagian pembatas antara keberadaan makam dan gebyok itu sendiri.

Asta tinggi selalu ramai dengan para peziarah, bisa dipastikan setiap hari selalu berdatangan peziarah dari berbagai penjutu daerah.

“Peziarah pasti setiap hari ada, cuma karena era pandemi ini sudah berkurang, biasanya menjalang puasa begini sangat membludak sekali. Dari subuh sampai magrib pun ramai,” tutup pak Husni.

Jangan lupa tonton video ini:

Penulis: Fauzi

Editor: Mamira.id