Tong-tong, Seni Musik Tradisional Madura

Mamira.ID – Musik Tong-tong merupakan jenis musik tradisional Madura, biasanya di mainkan saat patrol membangunkan warga untuk bersantap sahur di bulan Ramadhan. Selain berfungsi sebagai alat untuk membangunkan sahur, penggunaan kentongan pada tempo dulu difungsikan sebagai alat komunikasi sederhana. Peran dan fungsi kentongan dalam kegiatan sehari-hari yaitu sebagai penanda bahaya, pengumuman, penanda waktu, dan alat komunikasi baik saat ronda maupun pemanggil rapat.

Dinamakan musik patrol jika tong-tong yang dibunyikan beragam, baik dari segi bentuk, ukuran dan nada bunyi yang dihasilkan. Jika hanya satu tong-tong saja yang dibunyikan maka tidak dinamakan musik tong-tong atau patrol, melainkan kentongan atau bunyi tong-tong saja.

Baca Juga:  Pelet Kandung: Upacara Tradisional Penyiraman Bagi Perempuan Hamil di Madura

Musik patrol pada mulanya hanya beralatkan tong-tong saja dan gentong dari tanah liat yang diberi ban dalam mobil atau truk pada mulut gentong yang di dalamnya diisi sedikit air sehingga menciptakan bunyi bass. Sementara tong-tongnya sendiri beragam, baik dari segi bentuk, ukuran dan bahan. Tong-tong umumnya terbuat dari batang pohon bambu. Bambu yang digunakan biasanya bambu Ampel atau dalam Bahasa Madura disebut “Perreng Keles” dan bambu duri “Perreng Durih”. Kedua bambu tersebut bisa dipastikan menghasilkan nada atau bunyi yang berbeda.

Ada pula tong-tong yang terbuat dari batang kayu, bahan dasar atau jenis kayu yang dipakai adalah kayu camplong, orang Madura menyebutnya “Kan Nyamplong”. Bunyi tong-tong ini tak senyaring bunyi tong-tong dari bambu namun lebih halus dan lembut.

Baca Juga:  Nyonson, Tradisi Bakar Kemenyan di Madura

Musik patrol era tempo dulu hanya menggunakan alat musik tradisional berupa kentongan atau tong-tong, gentong dari tanah liat sebagai bunyi bass dan kerincing yang terbuat dari tutup botol minuman. Perpaduan alat musik ketiganya sudah sangat menghibur warga bisa dikatakan musik patrol, namun ada pula yang juga menggunakan gendang. Pemain musik patrol tempo dulu hanya dimainkan oleh kurang dari sepuluh orang.

Ket. Foto: Salah satu kelompok musik patrol di Kabupaten Sumenep. (Mamira.id. Ririp)