Nanggala: Alat Bajak Sawah Tradisional Madura, Riwayatmu Kini

Bata’an

Adalah kayu melengkung dengan panjang kurang lebih 2,5 m yang berfungsi sebagai penggabung antara pangonong dan orong nanggala. Letaknya berada di tengah atau di antara kedua sapi. Bata’an ada yang berbentuk melengkung, dan ada yang lurus. Bata’an yang sangat melengkung biasa disambung ke orong nanggala, dengan istilah ‘rapet toju’. Sedangkan bata’an yang lurus disebut dengan istilah cara rapet pattu. Bahan bata’an nanggala biasanya menggunakan kayu jati.

Orong

merupakan kayu yang bentuknya menyerupai huruf L guna menggabungkan antara bata’an, dan pegangan  kayu si pembajak (to’ bunto’). Orong biasanya dibuat dengan menggunakan bahan akar pohon jati yang sudah besar dan kualitas seratnya bagus. Ada pula yang menggunakan dahan kayu yang bentuknya menyerupai huruf L. Pada ujung bawah orong terdapat cabang kayu berujung lancip yang disebut cabang.

Baca Juga:  Kisah Joko Piturun, Pusaka Sakti Raja Madura Yang Bersembunyi di Kolam Keraton Mandilaras

Cabang

Merupakan kayu berbentuk melengkung agak pipih. Fungsinya untuk memudahkan penggemburan tanah, dan membentuk garis cekung pada tanah. Cabang terbuat dari kayu dan besi. Kayu yang biasa dibuat cabang, yakni jati, akasia, kesambi, bahkan pohon jambu yang besar. Pada ujung cabang terdapat besi, guna mempermudah membelah, atau menggemburkan tanah, yang disebut dengan Kik Gan.

Ket.Foto: Struktur nanggala yang terdiri dari bata’an, cabang, to’bunto’ dan orong. (Mamira.ID)

Kik Gan

Alat ini dipasangkan pada cabang kayu lancip yang terdapat pada orong. Kik Gan ada yang terbuat dari besi, ada pula yang hanya menggunakan kayu. Pemakaian Kik Gan tergantung pada struktur tanah yang akan dibajak.

“Biasanya, ujung orong pada nanggala menggunakan besi, yang dikenal dengan istilah Kik Gan. Ada yang model daun nangka, ada juga yang model daun bambu. Ada yang jepitan, ada pula yang kalaran, atau besi melingkar sebagai pengikat pada cabang. Fungsinya berbeda-beda, untuk membajak di tanah yang berbatu, berlumpur, atau tanah dengan berumput tebal,”ujar petani yang berusia lebih setengah abad tersebut.

Baca Juga:  Menelusuri Jejak Cina Muslim di Madura

To’ bunto

Merupakan bagian dari nanggala yang menyerupai huruf S yang berfungsi sebagai pegangan, guna mengendalikan jalannya sapi saat membajak sawah. Biasanya, bahan dasar to’ bunto menggunakan akar pohon jati yang kualitasnya bagus, mulai serat kayunya, ukuran serta modelnya. Alat pengendali inilah yang dipakai si pembajak untuk mengendalikan laju sapi, dan kedalaman tanah yang dibajak.

Tampar dan Peccot

Bagian terakhir, tentu si pengendali alias si pembajak akan mengikat sepasang sapinya dengan menggunakan tali, atau orang Madura menyebutnya tampar. Tampar biasanya berwarna-warni, dan banyak  dijumpai di pasar-pasar, atau toko pertanian. Alat penting lainnya yang tak boleh ketinggalan si pembajak, yakni Peccot. Peccot dicambukkan pada sapi, tujuannya agar laju sapi bisa dikendalikan.

Baca Juga:  Jalabiya: Kue Manis Legit Khas Daerah Ujung Timur Pulau Garam

“Kalau sekarang sudah jarang dijumpai bahkan nyaris tidak ada orang membajak dengan cara tradisional atau ananggala. Akhir-akhir ini, banyak orang menggunakan media modern seperti traktor. Alasannya, karena lebih cepat selesai membajak sawahnya,” pungkas Pak Absaruddin sambil menyeruput kopi di cangkir putih yang ada di hadapannya.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID