Pangonong
Pangonong adalah kerangka kayu berukir yang diletakkan di atas leher sapi guna menyatukan sepasang sapi. Pangonong ini tak hanya digunakan untuk membajak sawah saja, namun juga digunakan pada sapi kerapan dan kontes sapi sono’. Kerangka pangonong berupa kayu panjang yang disebut ‘rampang’ oleh orang Madura.
Ada berbagai bentuk dan motif dari pangonong itu sendiri. Dari bentuknya, ada yang lurus dan melengkung. Sementara motifnya, ada yang polos dan ada pula yang diukir. Pangonong motif polos biasanya terbuat dari pohon bambu duri. Sedangkan yang diukir, terbuat dari kayu jati atau nyamplong.
Pada kedua ujung pangonong terdapat sepasang kayu untuk mengapit leher sapi. Dua pasang kayu tersebut disebut somela. Somela pangonong bisa dibuat dari kayu bidara (Madura: bukkol) dengan ragam motif seperti bunga dan dedaunan. Dipilihnya kayu bidara, sebab kayu tersebut mudah saat diukir, motif ukirannya tidak mudah patah, dan awet.
Selain rampang dan somela, pada pangonong juga terdapat ‘raet’, yakni semacam tali guna mengikat leher sapi, agar pangonong yang digunakan membajak, menempel pada sepasang sapi tersebut. Pada bagian tengah pangonong terdapat pula pengait (Madura: butombu atau taccer) yang berfungsi sebagai alat menyatukan atau menyantolkan nanggala ke pangonong.
“Bentuk pangonong itu beragam, ada yang dibuat berukir dengan bahan kayu nyamplong, ada pula yang menggunakan bambu duri. Kelengkapan pangonong terdiri dari rampang, somela kayu, raet, butombu atau taccer, seperti ini misalnya,” ujarnya seraya menunjukkan pangonong lawas miliknya.
Nanggala
Nanggala merupakan alat yang digunakan untuk membajak sawah atau ladang dengan berbahan kayu dan terdapat besi meruncing pada bagian bawah. Nanggala biasanya terbuat dari bahan kayu jati. Ada pula yang menggunakan kayu akasia dan nyamplong. Namun, kebanyakan menggunakan kayu jati, karena kayu tersebut termasuk kayu yang berkualitas super, tidak mudah patah dan pecah, serta kualitas seratnya sangat bagus.
Nanggala terdiri dari beberapa struktur, yakni bata’an, orong, to’ bunto’ cabang dan kik gan. Pasti sebagian sahabat Mamira tidak tahu bagian-bagian dari struktur nanggala tersebut. Nama atau istilah tersebut pasti terasa asing bagi anak muda milenial saat ini, karena nanggala perlahan-lahan sudah mulai ditinggalkan. Saat ini, anak muda milenial lebih banyak melihat traktor saat membajak sawah dibandingkan dengan nanggala yang merupakan media atau alat tradisional yang penuh sejarah.
“Pangonong dan nanggala itu satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Jadi, kalau hanya ada pangonong saja, atau nanggala saja, tidak akan bisa membajak sawah. Kalau mau ‘a nanggala’ ya harus ada dua-duanya,” jelas Pak Absaruddin disertai tawa kecil.
Enam struktur atau bagian-bagian nanggala. Baca halaman selanjutnya →