Kiai Barungbung, Masjid Tertua dan Sumur Bertuah di Timur Daya Sumenep

Mamira.ID – Islamisasi di belahan timur Madura, khususnya Sumenep, tak akan terlepas dari peran serta keluarga besar Pangeran Katandur alias Sayyid Ahmad Baidlawi, sang cucu dari Kangjeng Sinuhun ing Kudus. Bermula dari kawasan Desa Bangkal dan Parsanga, anak cucu pangeran itu menyebar dan membentuk gugusan pelita ilmu di Madura Timur.

Dalam Babad Sumenep karya Raden Musa’ied Werdisastra, disebutkan bahwasanya Pangeran Katandur memiliki tiga putra, yakni Kiai Khatib Paranggan, Kiai Khatib Paddusan, dan Kiai Khatib Sendhang. Dari ketiga tokoh inilah ajaran agama Islam membumi di Negeri Songenep.

Salah satu sasaran dakwah anak cucu dari Pangeran Katandur ialah di kawasan Timur Daya Sumenep. Di ujung kawasan inilah, mentari ilmu dan keimanan terbit. Hal ini terbukti dengan sebuah peninggalan berupa masjid kuna.

Kiai Barungbung menjadi seorang Qodi

Kiai Barungbung, begitulah sebutan tokoh yang melegenda dalam lembaran proses islamisasi di belahan timur daya Sumenep. Beliau merupakan putra dari Kiai Khatib Sendhang, cucu dari Sayyid Akhmad Baidlawi alias Pangeran Katandur.

Baca Juga:  Kiai Abdul Qidam: Leluhur Para Raja Sumenep dan Ulama Besar di Kawasan Tapal Kuda

Nama beliau memang tak begitu populer dalam sejarah Sumenep, akan tetapi peran dan jasa beliau sangatlah berarti, terutama dalam membumikan ajaran Islam di belahan ujung timur daya Sumenep. Orang mungkin hanya tahu jika beliau adalah seorang dai atau mubalig yang mengajarkan ajaran-ajaran kebaikan tentang makna keimanan dan tata kemasyarakatan.

“Selain dikenal sebagai seorang mubalig, nama Kiai Barungbung juga tercatat sebagai seorang qodi atau penghulu agama pada masa keraton Sumenep. Entah pada era keadipatian siapa beliau mengemban tugas mulia tersebut, sebab tidak ada catatan tertulis atau prasasti pada maqbarahnya,” terang R.B. Nurul Hidayat, salah satu Pemerhati sejarah Sumenep.

Peninggalan Kiai Barungbung

Kiai Pangoloh Barungbung mengawali misi dakwahnya di sebuah masjid kuna yang dikenal dengan nama Masjid Barungbung. Barungbung merupakan nama kampung di Desa Lombang, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep

Baca Juga:  Perjuangannya Nyaris Tak Disebut Dalam Sejarah Sumenep, Siapa Tumenggung Mangsupati?

“Masjid Barungbung merupakan salah satu masjid tertua di Sumenep. Pembangunannya jauh sebelum berdirinya Masjid Jami’ Sumenep, diperkirakan masjid ini dibangun pada abad 17 Masehi,” terang Nurul Hidayat.

Masjid Barungbung merupakan peninggalan salah satu ulama besar Sumenep dari keluarga Katandur. Kondisinya masih bagus dan terawat. Kesan klasik masih bisa disaksikan di masjid ini. Tiang, pintu, hingga mihrab dan beduk tampak masih terjaga keasliannya. Begitu juga sumur kuna di samping masjid masih bisa dimanfaatkan sampai saat ini.

“Sumur ini tidak pernah kering walau pada musim kemarau dan diyakini bertuah. Tak jarang para peziarah mengambil air sumur untuk dibawa pulang guna mengharap barokahnya, serta diyakini sebagai perantara penyembuhan bagi orang yang sakit,” kata seorang warga yang kebetulan bertemu dengan Tim Mamira.ID waktu itu.

Ket.Foto: Masjid peninggalan Kiai Barungbung. Masjid ini lebih tua dari Masjid Jami’ di Kota Sumenep. (Mamira.ID)

Pasarean Kiai Barungbung

Asta Kiai Barungbung terletak Kampung Barungbung, Desa Lombang, Kecamatan Batang-batang, Sumenep. Lokasi pemakaman tampak berjejer rapi di atas tanah berpasir dan letaknya berada di sebelah timur, tak jauh dari pasarean Kiai Agung Garing Garing.

Baca Juga:  Samman Madura, Semoga Tidak Tinggal Kenangan

Area kompleks pasarean Kiai Barungbung telah mendapat sentuhan perhatian dari berbagai elemen.  Kondisi asta beliau telah dikelilingi pagar tembok pada sisi utara asta. Sedangkan, maqbarah beliau kini berpagar besi dengan balutan keramik berwarna hijau tua, tampak terkesan indah mengilingi pusara sang Qodi tersebut.

“Selain Asta Kiai Pangoloh Barungbung, di area kompleks ini juga terdapat asta atau makam istri beliau. Kondisi nisan keduanya tampak masih terjaga keasliannya. Sebuah prasasti  terukir indah pada nisan istri beliau. Yang berbunyi: “Hadal qubur zaujah Qodi Barungbung” artinya: ini kubur atau asta istri dari Kiai Penghulu Barungbung,” pungkas Nurul Hidayat.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID