Loteng, Potret Miniatur Keraton dalam Keraton di Sumenep (2)

SUMENEP, MAMIRA.id – Meski maknanya hanya sebatas bangunan bertingkat, namun keempat Loteng di Sumenep yang disebut dalam tulisan edisi sebelumnya itu, begitu sakral.

Hal tersebut tentu saja tidak bisa lepas dari sosok pemilik, yaitu para pangeran utama yang dikenal linuih, waskita, berilmu, dan sekaligus berkharisma tinggi, di antara para putra Sultan Sumenep lainnya.

Keempat loteng yang dimaksud ialah Loteng Pangeran Kornel (Pasarsore, Karangduak), Loteng Pangeran Le’nan, Loteng Pangeran Ami, dan Loteng Pangeran Adi. Tiga loteng yang disebut terakhir berlokasi di Kepanjin. Baik Kepanjin maupun Karangduak saat ini berstatus Kelurahan di Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Madura.

Dari riwayat-riwayat yang berkembang di kalangan generasi keluarga keraton belakangan ini, bangunan-bangunan Loteng para pangeran itu memang diceritakan menyimpan aura mistis yang kuat. Sehingga dalam perkembangannya memang tidak ada yang berani mengubah bentuk, kecuali di masa kini ada upaya pelestarian berupa perbaikan sebagian material yang memang sudah jelas rusak parah.

Baca Juga:  Syekh Ali Akbar dan Makna di Balik Nama Pasongsongan

“Itupun tentu dengan melalui musyawarah keluarga terlebih dahulu dan melibatkan kalangan sesepuh,” kata RB Ja’far Shadiq, salah satu anggota keluarga di Kampung Loteng Pangeran Le’nan Sumenep, Rabu (02/09/2020) lalu.

Dewasa ini, selain Loteng Pangeran Ami (Suryoamijoyo) di Bujanggan Kepanjin, bangunan Loteng para pangeran itu masih berdiri tegak dan utuh.

“Hanya Loteng Pangeran Ami yang saat ini memang sudah tinggal bekasnya,” kata RB Fajar, salah satu keturunan Pangeran Ami di Kelurahan Kepanjin.

Jika dilihat bentuk atau modelnya, bangunan-bangunan Loteng para pangeran itu memang sangat istimewa. Megah, tinggi dan luas. Lengkap dengan ornamen-ornamen yang menyimpan simbol-simbol sarat makna filosofis.

Di bangunan itu sang pangeran dan keluarganya tinggal. Di area Loteng tersebut juga umumnya terdapat ruang khusus seperti paseban. Istilahnya mandhapa, atau pendapa. Fungsinya saat pangeran menerima para abdina atau tamu luar. Biasanya juga terdapat langgar atau musala kuna.

Baca Juga:  Ingin Tahu Alasan Ke’ Lesap Berambisi Taklukkan Madura? Klik di Sini

Seperti bangunan-bangunan kuna pada umumnya di abad 18, kediaman para pangeran itu menghadap ke arah selatan. Ada pintu masuk juga, atau semacam gerbang gapura. Namun, dewasa ini hanya gerbang Loteng Pangeran Le’nan yang masih ada sisanya dan masih bisa disaksikan langsung.

Dari segi tata letak, bangunan-bangunan Loteng para pangeran itu lokasinya selalu berada di belakang bangunan keraton. Atau berada di sebelah utara bangunan keraton di Kelurahan Pajagalan.

“Kalau tata letaknya memang tidak jauh beda dengan kampung para pangeran di Jogjakarta, yang juga berada di belakang kawasan bangunan keraton,” kata RB Hairil Anwar, salah satu pemerhati sejarah di Kabupaten Sumenep.

“Secara etika memang di depan bangunan keraton tidak boleh ada bangunan tempat tinggal para bangsawan. Sebagai bentuk penghormatan sekaligus pengagungan pada penguasa dan leluhur,” sambung Ja’far, narasumber di atas.

Baca Juga:  Konflik Berdarah di Atas Kapal VOC: Kisah Terbunuhnya Pangeran Cakraningrat III

Penulis: Sidi Mufy
Sumber: Media Center