Tongkat Sang Raja Tumbuh Menjadi Pohon
Makam Syekh Yusuf, begitu orang Madura menyebutnya memang tak pernah lengang dari peziarah. Di makam tersebut terdapat sebuah pohon besar yang menurut sejarahnya merupakan tongkat Raja yang ditancapkan disana.
“Saat Raja Sumenep Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat beserta para prajuritnya hendak melanjutkan perjalanannya ke pulau Dewata Bali. Raja kemudian menancapkan tongkat disana guna memberi tanda. Konon, tongkat tersebut menjadi pohon,” terang Abdullah Kamal kepada tim Mamira.id.

Namun, juga ada kisah unik dari pohon besar ini yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tanda akan datangnya musim kemarau atau penghujan.
“Saat akan datang musim kemarau, pohon ini kering seperti pohon mati. Lalu, pada saat akan datang musim penghujan, pohon ini akan mengeluarkan bunga merah yang cantik kemudian berubah menjadi randu lalu muncul daun yang bersemi,” ujarnya.
Setelah selesai menyelesaikan misi penyebaran dakwah islam di pulau Dewata, Bali, Raja Sumenep mendatangi lagi makam Sayyid Yusuf. Beliau kemudian mendirikan sebuah cungkup atau pendopo kecil pada makam. Namun keanehan terjadi, makam Sayyid Yusuf pindah tempat dengan sendirinya ke sebelah timur yang tandanya tidak menghendaki adanya cungkup tersebut.
“Hingga saat ini, makam Sayyid Yusuf hanya dilindungi atau dinaungi oleh 3 pohon besar yang ranting dan daunnya rindang diatas makam Sayyid Yusuf ini,” ujar Abdullah Kamal.
Selain mendirikan cungkup, Raja Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat juga membuat sumur guna sebagai tempat berwudhu, namun saat ini sudah mulut sumur tersebut diratakan dengan semen cor karena dijadikan jalan. Tapi airnya masih dikonsumsi hingga saat ini.
“Air dari Sumur ini begitu segar dan bersih, bahkan pernah ada seseorang yang meletakkan air sumur hingga 2 tahun lamanya, namun air dari sumur ini tidak berubah warna sedikitpun dan tetap bersih. Pendopo yang dibangun oleh Raja Sumenep yang masih berdiri kokoh hingga saat ini,” terangnya.

Akses Menuju Asta
Bagi peziarah yang ingin berziarah ke makam Sayyid Yusuf, harus menyebrangi laut dengan menggunakan kapal dengan biaya Rp.2500/Orang, Rp.4000/Motor, dan Rp.14.000/Mobil. Selain menggunakan kapal, peziarah juga bisa menggunakan perahu dengan biaya Rp.2500/Orang dan Rp.5000/Motor. Sementara jarak tempuh penyebrangan dari Pelabuhan Kalianget ke Pulau Poteran ditempuh kurang lebih selama 15 menit.

Lalu setelah melakukan penyebrangan, para peziarah bisa berjalan kaki menuju makam Sayyid Yusuf dengan Jarak 850 meter dari Pelabuhan Talango, namun bagi yang ingin lebih cepat sampai ke tujuan, peziarah bisa juga menggunakan jasa tukang becak dengan biaya Rp.10.000. Tentu dengan menaiki becak ini tak hanya lebih cepat sampai ke asta, namun juga memberikan penghasilan pada pengayuh becak itu sendiri.
Jangan lupa tonton juga video mamira.id di link youtube:
Penulis: Ananda Indira Gandy
Editor: Mamira.Id