Kisah Munculnya Api Tak Kunjung Padam di Pamekasan

Apoy Lake’ dan Apoy Bine’

Ada dua lokasi Api Tak Kunjung Padam di daerah tersebut, letaknya tak jauh dari Api Tak Kunjung Padam yang selalu dipadati pengunjung. Area Api Tak Kunjung Padam yang selalu ramai pengunjung itu kini diberi pagar besi melingkar berbentuk delapan segi beraturan atau dalam geometri disebut oktagon dengan diameter kurang lebih enam meter.

“Yang biasa dikunjungi ini disebut apoy lake’ (api laki-laki), tempat ini yang selalu ramai pengunjung, ada satu lagi sebelum pintu masuk itu, apinya tak pernah padam juga, tapi kecil, yang disebut apoy bine’ (api perempuan),” terang Pak Helmi.

Kini, lokasi tersebut menjadi tempat wisata keluarga dan tak pernah sepi pengunjung. Pengunjung yang datang tak hanya wisatawan lokal saja, namun dari berbagai daerah pelosok nusantara bahkan wisatawan manca negara.

Baca Juga:  Legenda Mata Air Patellessan, Peninggalan Pottre Koneng Yang Bisa Bikin Awet Muda

“Kalau disini ramai terus pengunjung, lebih banyak itu pengunjung dari luar Madura yang biasanya mampir setelah selesai berziarah, atau juga ada masyarakat pamekasan sendiri yang bersama keluarganya. Tempat ini kan nyaman untuk santai bersama keluarga, bisa santai sambil bakar jagung, juga menikmati hangatnya api alam. Saya sering kesini sama keluarga kalau ada waktu libur, jadi tak jauh-jauh liburannya,” kata Bapak Jaelani, salah satu wisatawan lokal yang Mamira.ID temui di lokasi saat itu.

Untuk mengunjungi api abadi tersebut, pengunjung hanya cukup membayar biaya parkir saja Rp 5000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil, sementara untuk bus pariwisata sebesar Rp 25.000. Disana juga dijual jagung yang siap dibakar di api alam dengan harga Rp 5000 untuk 2 buah jagung.

Baca Juga:  Hari Purbakala Ke-108, dan Menyingkap Misteri Jejak Migrasi Masa Prasejarah di Kangean

Selain itu, ada juga penjual baju dan aneka peralatan dapur hingga aksesoris- aksesoris khas Madura seperti kaos sakera, kuda lumping, dan cemeti (Madura: Peccot). Di tempat wisata ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet, tempat parkir dan musholla.

Ket.Foto: Warga memanfaatkan Api Tak Kunjung Padam untuk memasak. (Mamira.ID/Gandy)

Waktu paling ramai pengunjung memadati Api Tak Kunjung Padam yakni pada malam hari, biasanya di malam minggu. Pada malam hari, api-api yang terus menyala tersebut akan tampak lebih jelas dan indah jika dibanding pada siang hari. Pengunjung memilih menghabiskan waktu malam minggu di wisata api alam tersebut. Bersantai ria sambil menikmati jagung bakar serta masakan-masakan kuliner khas Madura lainnya.

Selain itu, api abadi tersebut juga sering kali dimanfaatkan masyarakat setempat untuk memasak. “Warga sekitar sini, atau yang pada jualan disini kalau mau masak ya tinggal masak di atas api ini,” pungkas Pak Helmi.

Baca Juga:  Asal-Usul Nama Bangselok, Tempat Bangunan Ikonik Sumenep Berdiri

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di Youtube:

Penulis: Ananda Indira Gandy

Editor: Mamira.ID