Kisah Kewalian Kiai Agung Jareja dan Jangkrik Peliharaannya

Keturunan Kiai Agung Jareja

Kiai Agung Saiman alias Kiai Agung Jareja menikah dengan Nyai Agung. Keduanya dikaruniai sembilan putra, di antaranya : (1) Bindara Abdul Zaman yang menetap di kampung Togu, Tamedung (2) Bindara Abdul Habi (3) Kiai Su’din (4) Kiai Dulaman (5) Kiai Khabar yang berada di Kampung  Barangbang, Kalimo’ok (6) Kiai Nabir yang berada di Kampung Barangbang, Kalimo’ok  (7) Kiai Sanusi yang berada di Kampung Barangbang, Kalimo’ok (8) Kiai Syafi’ie (9) Kiai Jala yang berada di Kampung Sa’asa, Lanjuk.

Dari beberapa putra Kiai Agung Jareja, hanya Bindara Abdul Zaman yang menetap di Kampung Raden, Desa Tamedung, Batang-Batang, Sumenep. Beliau meneruskan estafet perjuangan pamannya, yakni Kiai Agung Nepa dalam rangka pengembangan agama Islam, khususnya di kampung tersebut. Langgar kuna milik sang wali inilah yang menjadi saksi kebesaran Islam di masa lalu, di daerah tersebut. Dari sosok Bindara Abdul Zaman yang sampai saat ini meneruskan langgar kuna secara turun-temurun.

Baca Juga:  Hidup dari Manisnya Gula Merah

“Tak ada yang tahu tentang istri dari Kiai Agung Jareja, yang jelas masih ada kaitan dengan keluarga besar Bani Ali Barangbang. Sebab, di antara putra-putranya masih menetap di Barangbang dan kental sekali dengan nuansa makam kuna Barangbang. Hal itu jika dilihat dari nisan yang berada di Tamedung, terutama keturunan dari Bindara Abdul Zaman, masih mirip dengan nisan Nyai Tengginah dan Kiai Abdul Alim,” terang Fara’id waktu itu.

Ket.Foto: Asta Bindara Abdul Zaman, salah satu putra Kiai Agung Jareja yang terletak di Kampung Togu, Desa Tamedung, Batang-batang. (Mamira.ID)

Pasarean Kiai Agung Jareja

Pasarean Kiai Agung Jareja berada di Kampung Togu, Desa Tamedung, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep. Tepatnya, di sebelah selatan Madrasah Tarbiyatus Shibyan, atau kurang lebih 500 meter ke arah barat Kampung Raden. Pusara beliau masih terlihat asli. Nisannya terbuat dari batu gunung dengan nuansa Sumenep tempo dulu.

Baca Juga:  Makamnya Dahulu Dikelilingi Sungai, Jasad Raja Sumenep Ini Lenyap Kala Dikuburkan

Sebuah cungkup kecil tampak tetap berdiri kokoh di atas pusara beliau. Di area tersembunyi itu juga terdapat beberapa makam, namun tidak teridentifikasi namanya. Sebab, hanya terdapat tanda nisan batu biasa. Hanya gundukan tanah dan batu gunung yang menjadi tanda bahwa di area tersebut terdapat makam.

“Dulu, asta Kiai Agung Jareja sempat diganti dengan kijing dari semen oleh warga sekitar, karena niatan punya hajat. Namun, hanya berumur semalam. Dari dalam makam itu langsung keluar rayap dengan gundukan tanah (Madura: Gumu’) dan kijing itu rusak seketika. Hal ini sebuah pertanda kalau beliau tidak mau (ta’ kasokan) jika astanya dirubah. Dan kejadian keluarnya gumu’ di asta beliau menjadi sebuah isyarat langit, kalau Kiai Jareja erat kaitannya dengan Asta Gumu’ atau Barangbang,“ pungkasnya.

Baca Juga:  Tajin Sora dan Tradisi Ter-Ater pada Bulan Suro di Madura

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd. Warits

Editor: Mamira.ID