Jelajah Asta Pangeran Baragung, Makamnya Nyaris Sama dengan Asta Sang Ayah

Mamira.ID Baragung atau Bragung merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Wilayah ini tepatnya berada di ujung utara pusat pemerintahan Kecamatan Guluk-guluk. Di abad 14 Masehi, wilayah ini pernah menjadi salah satu pusat pemerintahan keadipatian Sumenep.

Secara geografis, Desa Baragung berada di antara lembah perbukitan tepatnya di sebelah timur Gua Payudan. Kondisinya cukup subur dan makmur, sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebuah pusat pemerintahan saat itu. Maka tak heran jika Pangeran Nataningrat atau yang bergelar Pangeran Baragung bertahta atau memusatkan pemerintahannya di sana, sehingga nama kawasan itu pun disematkan kepada sang Pangeran.

Dalam deretan daftar nama raja atau penguasa Sumenep, Pangeran Baragung merupakan penguasa Sumenep ke-8, menggantikan sang kakak yakni Pangeran Bukabu. Keduanya merupakan putra dari Pangeran Mandaraga atau Raden Piturut.

Dahulu, Pangeran Natapraja alias Pangeran Bukabu membangun pusat pemerintahannya di daerah bernama Bukabu yang secara administratif masuk wilayah Kecamatan Ambunten. Selama sembilan tahun memerintah, dan pada akhirnya sang Pangeran wafat.

Baca Juga:  Berkendara Imajinasi, Arsitek Masjid Kuna Ini Membuat “Duplikat” Tembok Raksasa Cina

“Meski dalam catatan kuna keraton Sumenep, Pangeran Bukabu mempunyai dua anak laki-laki, yakni Pangeran Astamana dan Pangeran Andasmana. Namun yang menggantikan pemerintahannya ialah Pangeran Nataningrat alias Pangeran Baragung, sebab dua pangeran muda itu memilih jalan hijrah keluar dari tembok keraton Bukabu guna kepentingan dakwah di Tanah Parangpong,” ujar RB. Ja’far Shadiq, salah satu pemerhati sejarah di Kabupaten Sumenep.

Pangeran Nataningrat  memindahkan pusat pemerintahan ke Baragung yang pada masa sebelumnya berada di kawasan Bukabu. Dalam catatan keraton Sumenep, beliau memerintah pada tahun 1348 sampai dengan  1358 Masehi.

“Saat ini bekas keraton Baragung senasib dengan dua keraton sebelumnya, yakni keraton Bukabu dan Mandaraga yang sama-sama  tidak ditemukan jejaknya. Hanya sebuah pusara kuna yang diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai peristirahatan terakhir Pangeran Baragung, meski kesitusannya sudah mulai hilang  karena telah dilakukan pemugaran,” terangnya.

Dalam Babad Songennep, Pangeran Baragung mempunyai putri yang bernama Endang Kelengan yang bersuamikan Bramakanda alias Pangeran Secodiningrat I, penguasa Sumenep yang memerintah di kawasan Banasare, Kecamatan Rubaru, Sumenep. Dari pernikahannya, Endang Kelengan dikaruniai putra yang bernama Agung Rawit atau versi lain bernama Wagung Rukyat.

Baca Juga:  Jelajah Situs Adikoro Pamekasan, dan Mengenal Tokoh-tokohnya

Agung Rawit alias Wagung Rukyat juga menjadi penguasa Sumenep dan beristrikan Raden Ayu Dewi Sarini putri Pangeran Bukabu. Dari pernikahan tersebut lahirlah Raden Ayu Saini atau yang dikenal dengan sebutan Pottre Koneng, ibunda Jokotole, tokoh agung yang sangat melegenda dalam lembaran sejarah Sumenep.

Ket.Foto: Cungkup Asta Pangeran Baragung yang terletak di Kampung Togur, Desa Baragung, Kecamatan Guluk-guluk. (Mamira.ID)

Asta Pangeran Baragung berada di Kampung Togur, Desa Baragung, Kecamatan Guluk-guluk. Kabupaten Sumenep. Lokasi tetap di sebuah area persawahan lembah lereng sebuah perbukitan. Bicara soal postur makam, asta Pangeran Baragung nyaris sama dengan asta ayahandanya, yakni Pangeran Mandaraga yang berukuran tidak lazim atau tidak sama dengan ukuran makam-makam pada umumnya. Postur makam Pangeran Baragung memang jauh sekali berbeda bila dibandingkan dengan postur makam saudaranya, Pangeran Bukabu.

“Soal postur makam memang jauh berbeda dengan asta saudaranya, asta Pangeran Baragung panjangnya sekitar 3 meteran. Sementara asta kakak kandungnya, Pangeran Bukabu, ya sama seperti ukuran makam pada umumnya. Asta Pangeran Baragung nyaris mirip dengan postur makam ayahnya, Pangeran Mandaraga. Cuma, kalau asta Pangeran Mandaraga lebih panjang lagi,” ucap Ja’far.

Baca Juga:  Tanah Perdikan dan Asal-Usul Penamaan Pragaan

Asta ini sudah mengalami pemugaran  total dan hanya tinggal nisan tak berprasasti yang bisa dikatakan asli atau original. Asta Pangeran Baragung telah mendapat perhatian pemerintah Kabupaten Sumenep, yakni pada masa Bupati K. H. A. Busyro Karim. Pada tahun 2014 telah dilakukan pemugaran total berupa pemasangan cungkup sebagai tempat para peziarah, sarana kamar untuk tempat berwudu, serta pemasangan pagar di area asta yang cukup disakralkan oleh masyarakat Baragung.

“Area Asta Pangeran Baragung cukup subur dan makmur. Besar dugaan tempat ini merupakan bekas keraton Pangeran yang berjuluk Beragung itu. Asumsi ini didasarkan pada raja Sumenep lainnya seperti asta Tumenggung Kanduruwan yang berada di Karang Sabu, konon beliau dikebumikan tepat di lokasi bekas keratonnya, ”pungkas Ja’far.

Jangan lupa tonton video Mamira.ID di Youtube:

Mamira.ID