MAMIRA.ID, Surabaya – Selain pesarean agung Kangjeng Suhunan Ampel di Surabaya, salah satu titik sasaran panah wisata religi di Kota Pahlawan adalah makam agung Sentono Botoputih. Kawasan Botoputih merupakan Kawasan “tetangga” Ampel. Di sana ada situs bersejarah berupa makam Kiai Brondong alias Pangeran Lanang Dangiran alias Sunan Botoputih.
Siapa tokoh ini, dan sekaligus asal usulnya?
Kiai Brondong diperkirakan merupakan tokoh awal yang dimakamkan di Kawasan Botoputih. Sejatinya sang kiai merupakan sosok pendatang di kawasan Botoputih. Menurut sumber yang didapat Mamira, sebenarnya sebelum Kiai Brondong datang ke sana, Botoputih sudah menjadi pemukiman, khususnya mereka yang nyantri pada Sunan Ampel di abad 15 Masehi.
Dikutip dari radarsurabaya.jawapos.com, Pegiat Sejarah Surabaya Nur Setiawan mengatakan, kawasan Botoputih merupakan tetangan dari kawasan Ampel. Saat ini banyak santri dari Sunan Ampel yang membuat barak-barak sebagai rumah singgah. Karena kawasan Ampel padat sehingga barak tersebut meluas hingga di seberang Ampel.
Fenomena tersebut tentu saja dipengaruhi oleh banyaknya santri dari Sunan Ampel yang berasal dari seluruh Nusantara. “Jadi karena saking banyaknya santri dari Sunan Ampel sehingga kawasan seberang, yaitu Botoputih juga dijadikan tempat tinggal oleh para santri yang ingin berguru ke Sunan Ampel,” katanya.
Setiap barak santri mempunyai pengampu. Pengampu itulah yang menjaga barak para santri. “Pengampu itu juga yang membuat barak atau asrama para santri. Jadi para pengampu ini juga penduduk lama di kawasan Botoputih,” jelas Wawan, panggilan akrabnya.
Kembali pada Kiai Brondong, tokoh ini disebut juga dalam literatur buku Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe, karya Dukut Imam Widodo. Kiai Brondong dijelaskan sebagai tokoh berlatar kaum bangsawan yang melepaskan diri dari lingkaran tembok keraton. Sang kiai merupakan seorang pangeran berdarah Blambangan.
(bersambung)