Nyai Labbuwan: Wali Perempuan Penuh Karomah Putri Kiai Ali Barangbang

Peninggalan Nyai Labbuwan dan Sang Suami

Rumah tabing telah tiada. Bahkan, bekasnya pun sudah musnah. Hanya sebuah pohon tanjung yang tampak subur di tengah deretan sawah yang selalu hijau akan hasil buminya. Nyai Labbuwan dan suaminya mendidik para santri serta kegiatan ubudiah lainnya di sebuah langgar kuna berbahan dasar kayu. Mirip dengan langgar kuna Kiai Ali Barangbang. Namun, langgar kuna itu telah dilakukan pemugaran total serta dipindahkan lokasinya. Hanya tinggal tiang sokoguru penyanggah atap bangunan langgar dan sebuah tongkat bilal yang masih tersimpan rapi di langgar tersebut.

Ket.Foto: Musholla atau langgar peninggalan Nyai Labbuwan. (Mamira.ID)

“Langgar kuna itu, dulunya, ada di sebelah timur tepat di kediaman beliau. Namun, karena berbagai hal, langgar itu dipindahkan. Dulunya, yang terbuat dari kayu, kini dirubah total menjadi langgar berbahan dasar batu putih layaknya langgar atau musala masa kini. Sebab, langgar itu sudah termakan usia serta butuh pelebaran guna menampung jamaah dalam hal aktifitas keagamaan. Hanya tinggal empat tiang kayu yang masih diletakkan di tengah-tengah musala tersebut,” terang pak Rofiqi sambil menunjukkan kayu bersejarah itu.

Baca Juga:  Benteng Kalimo’ok: Jejak Kejayaan VOC di Sumenep

Pasarean Nyai Labbuwan

Nyai Labbuwan wafat dan dikebumikan di Kampung Lao’ Saba, atau orang menyebutnya Kampung Asta, Desa Banjar Timur, Kecamatan Gapura. Lokasinya berada tepat di sebelah barat kediaman beliau. Sebuah pemakaman kuna tampak berjejer dengan rapi. Asta beliau, kini telah dirubah total. Kijing dan nisan makam diganti dengan keramik.

Kini, hanya tinggal nisan yang bersejarah itu tampak diselipkan di tengah-tengah lubang makam. Nuansa kuna dan kemistikan serta nilai-nilai sejarah telah hilang ditelan waktu. Entah apa tujuan mereka yang merubah total kedua makam wali tersebut. Kini, situs bersejarah di tanah Labbuwan itu tidak orisinal lagi.

Ket.Foto: Asta Nyai Labbuwan dan Kiai Labbuwan dibalut dengan keramik hijau. (Mamira.ID)

Bagi sahabat Mamira.ID yang ingin berziarah ke tanah Labbuwan, rute perjalanan menuju ke sana bisa dengan dua jalur, yakni Jalan Rabat Beton, Desa Banjar Timur, tepatnya ke arah selatan Jalan Raya Gapura Sumenep. Sementara, rute kedua yakni melalui jalur laut. Dari Pelabuhan Kalianget menuju Pelabuhan Gersek Pote. Dari sana, menuju ke arah barat hingga pertigaan menuju Kampung Labbuwan dan Kampung Lao’ Saba.

Baca Juga:  Asal Usul dan Sejarah Asta Tinggi, Keramat Madura Timur

“Dulu, asta Nyai Labbuwan dan suaminya terbuat dari batu gunung dengan kijing batu putih bernuansa Sumenep tempo dulu. Posisinya memang ada di paling ujung. Dan di area itu masih banyak makam-makam kuna yang masih belum teridentifikasi namanya serta masih ada di dalam semak-semak. Hanya tiap tahun yang dibersihkan dengan cara gotong royong,” pungkasnya.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Mamira.ID