Karomah Kiai Ali Barangbang
Kiai Ali Barangbang yang merupakan cucu Pangeran Katandur tentu tak banyak jauh berbeda dengan leluhurnya, beliau dikenal sebagai sosok ulama yang menyiarkan islam sekaligus Kyai yang alim dan berilmu tingga serta banyak disegani oleh banyak orang. Tak hanya santri dan masyarakat Barangbang saja yang menyegani beliau, bahkan raja penguasa Sumenep pun ikut segan akan kewalian Kiai Ali Barangbang kala itu. Dikisahkan bahwasanya Kiai Ali Barangbang adalah sosok ulama yang mampu membuat sesuatu yang diluar nalar manusia yakni membuat seekor kera bisa berbicara bahkan bisa mengaji Al. Qur’an layaknya manusia pada umumnya.
Pada suatu masa saat dinasti kraton Sumenep masih di pegang oleh seorang raja, konon dikisahkan sang raja menitipkan anaknya untuk mengaji di Langgar Kiai Ali Barangbang. Ringkas cerita anak sang raja tersebut mengaji di langgar kuno namun apa yang terjadi anak raja tersebut tidak bisa mengaji lantas Kiai Ali Barangbang memarahi dan memukul anak tersebut. Putra sang raja pun pulang dan melaporkan kejadian itu pada orang tuanya yang tak lain adalah penguasa/raja pada masa itu.
Raja pun murka sebab anak si mata wayangnya sekaligus Pangeran Muda dimarahi dan dipukul oleh guru ngajinya yakni Kiai Ali Barangbang. Kiai Ali pun di panggil ke istana kraton untuk di adili atas perbuatannya. Kiai Ali pun tak gentar atas panggilan raja beliau menghadiri sidang keraton dengan penuh santai tampa rasa takut apa pun, sebab ada diposisi yang benar.
Sidang keraton pun dimulai, sang raja langsung memanggil dan memarahi Kiai Ali karena telah memukul putranya saat mengaji di langgar itu. Sang raja pun dengan nada beringas berkata sekaligus bertanya. “Kenapa sang kyai memukul anakku?” Kata sang raja, Kiai Ali pun menjawab dengan nada tenang. “Hamba memukul anak itu dengan niatan karena kebohodohannya.” katanya. Mendengar jawaban itu, raja pun tambah marah dan sangat tersinggung sebab anaknya dikatakan bodoh. Dengan nada marah raja pun berkata: “Jika Kyai mampu membuat anak pintar dengan cara memukul maka bawalah binatang ini (Kera) ajari mengaji layaknya manusia dan bawalah kesini kembali jika sudah bisa mengaji.” Ucapnya dengan penuh amarah.
Ringkas cerita Kiai Ali pun pulang dengan membawa kera tersebut, sesampainya di rumah beliau kera itu setiap malam diajak memancing ikan, pada suatu malam ke-39 Kiai Ali membuat tali dari sabut kelapa dan diikatkan pada jarinya lalu dibakar. Lalu Kiai Ali berkata: Hai kera jika api ini sampai dijarimu dan merasakan panas maka berteriaklah dan katakanlah panas, dengan izin Allah sekaligus menjadi karomah beliau si kera tersebut bisa berbicara dan bisa pula mengaji.
Kiai Ali Barangbang pun menunaikan perintah sang raja, ia dipanggil kembali ke keraton untuk menagih janji sekaligus syarat atas pembuatan yang telah beliau lakukan. Suasana keraton Sumenep pun sangat ramai dengan para pembesar keraton, para mantri serta para punggawa pun dikumpulkan, pesta meriah pun dirayakan. Kiai Ali Barangbang pun hadir mememuhi undangan sang raja sekaligus membawa kera tersebut. Lalu ditengah kemeriahan tersebut, tiba-tiba sang raja menyodorkan Al. Qur’an guna menagih janji keepada wali agung dari tanah Paddusan itu.
Dengan penuh meyakinkan, Kiai Ali Barangbang menyuruh kera tersebut untuk mengaji, alangkah terkejutnya para punggawa beserta pembesar keraton karena tingkah sang kera itu. Kera itu mulai mengambil dan membaca ayat suci Al. Qur’an, sang raja pun mulai menunduk segan dan tak bisa berkata apa-apa, sebab si kera telah mampu mengaji dengan baik, lantunan kalam kalam yang begitu indah dan suaranya yang begitu syahdu.
Setelah sesesai mengaji Kiai Ali Barangbang pun mulai melemparkan pisang kepada si kera lalu berkata: ” Elmo Kala ka Babathek” yang artinya ilmu kalah sama watak. Kemudian dengan penuh hormat dan bijaksana, raja pun memberikan penghormatan kepada sang alim, seraya berkata, “bahwasanya gudangnya ilmu itu ada di Barangbang, jadi tidak sah bila tidak memuntut ilmu/mengaji di tanah Barangbang. Ini menjadi bukti bahwasanya kewalian serta ilmunya Kiai Ali itu sangatlah tinggi.
“Mon terro ka elmo nika kodhu nemba ka Barangbang sebab Barangbang nika gudangnga elmo. mulae dimen bannya’ oreng se ngakone da’ ka wallianna Ju’ Ali sampe’ manabi bada oreng niteni kendaraan lebat e Asta nika etonthon kendaraanna dari moljana Kiai Ali sareng kawallian tor kajunilanna (kalau ingin menuntut ilmu, maka hendaklah ke Barangbang, sebab Barangbang ini gudangnya ilmu. Sejak dulu banyak orang mengakui kealiman Kiai Ali, sampai-sampai jika ada orang mengendari kendaraan lewat di depan asta Kiai Ali kendaraan tersebut dituntun karena menghormati Kiai Ali)” cerita RB. Moh Fajar yang juga merupakan salah satu penerus langgar kuno di Barangbang. Bersambung……
Jangan lupa tonton juga video ini:
Penulis: Abd. Warits
Editor: Mamira.Id