Mamira.ID – Dungkek, merupakan sebuah kecamatan di ujung timur Pulau Garam, tepatnya di Kota Keris, Sumenep. Selain kaya akan potensi lautnya, juga menyimpan sejuta keunikan dan kekhasan, terutama jajanan tradisionalnya. Jalabiya begitulah sebutan jajanan khas daerah tersebut.
Awalnya, jajanan ini hanyalah kue buatan rumahan yang disajikan pada saat acara keluarga saja. Namun, pada perkembangannya, kue manis legit ini menjadi jajanan yang khas dan banyak diminati para penikmat kuliner lokal. Maka tidak heran, jika kue jadul yang satu ini masih tetap lestari.
Tidak semua warga Dungkek bisa membuat kue jalabiya. Kue ini memang hanya ada di Desa Lapa Taman, Kecamatan Dungkek.
“Jalabiya ini merupakan jajanan atau kue lokal yang ada sejak zaman dahulu. Tidak tahu pasti, kapan dan siapa yang membuat kue itu pertama kali, yang pasti nenek moyang kami sudah lama mengenalkan kue ini, sekaligus cara membuatnya. Makanya, kelestarian kue ini perlu dipertahankan,” ujar Fatimah, salah satu penjual kue jalabiya yang berada di Pasar Tradisional Dungkek.
Sejak tahun 1990-an, kue ini seolah-olah menjadi jajanan yang wajib ada pada saat acara-acara atau hajatan di lingkungan masyarakat Dungkek. Kue jalabiya biasanya dihidangkan pada acara-acara keluarga seperti acara hajatan, pernikahan, atau acara-acara keluarga lainnya.
Untuk membuat jalabiya gampang-gampang susah. Bahan yang dibutuhkan juga sederhana, yakni tepung beras, tepung terigu, gula, fermipan atau pengembang kue lainnya. Setelah bahan-bahan di atas telah dicampur, kemudian diberi air secukupnya. Setelah adonan kue tercampur sempurna, maka dibentuklah kue jalabiya tersebut. Cara membentuk kue ini pun tidak perlu menggunakan alat khusus, cukup menggunakan tangan. Bentuknya mirip angka delapan.
Setelah kue dibentuk, kemudian didiamkan selama kurang lebih 2 sampai 3 jam agar adonan tersebut mengembang. Setelah kue mengembang, proses selanjutnya yakni digoreng. Setelah digoreng, ditiriskan dan diangkat dari penggorengan. Kue tersebut kemudian langsung dicelup atau disiram dengan gula aren, orang Madura menyebutnya tangguli.
“Setelah matang di penggorengan, lalu diangkat, dan dimasukkan ke wadah yang telah bersisi gula cair atau tangguli, ” jelasnya.
Tak heran, jika kue jalabiya terasa sangat manis. Sebab, larutan gula aren atau gula merah sangat dominan pada kue khas ini. Begitu dimakan, gula aren seakan meleleh di lidah. Rasa manis dan krispi berpadu dan terasa legit di lidah saat menikmati jajanan lokal ini. Sebab, gula merah atau tangguli meresap di dalamnya.
Meski kue jalabiya boleh dibilang jajanan tradisional atau jadul, tapi hingga saat ini tetap menjadi kue lokal yang digemari oleh setiap kalangan, mulai dari anak-anak, orang tua, bahkan anak milenial pun gemar menikmatinya.
“Jajanan khas ini bisa dijumpai di pasar-pasar lokal, terutama daerah pesisir Dungkek. Dan sangat cocok untuk oleh-oleh saat ke pasar untuk anggota keluarga yang ada di rumah,” pungkasnya.
Tonton juga video Mamira.ID di youtube:
Mamira.ID