Mamira.ID – Kubah kecil di kawasan utama kompleks Asta Tinggi Sumenep itu begitu menarik perhatian pengunjung. Padahal posisinya agak “dipinggirkan”. Selain dekat dengan pagar dinding bagian Selatan, letaknya juga agak jauh dari akses jalan pengunjung. Namun seperti yang disebut awal, meski demikian, keberadaan kubah itu tetap menarik perhatian.
Sebabnya, kubah itu hanya berisi satu makam. Dari bentuk nisannya, tentu sebelum kemudian ada petunjuk nama yang ditempelkan di dinding kubah, menandakan jika yang disemayamkan di dalamnya berjenis kelamin wanita.
Nama yang tertera di plakat dinding kubah juga agak asing. Nyai Andrina, ditulis dengan huruf latin. Sebutan nyai mungkin sudah biasa didengar. Namun sandingannya merupakan nama yang asing. Andrina tentu bukan nama seorang pribumi. Nama itu kental dengan bau eropa.
Ya, Nyai Andrina memang berasal dari Eropa. Lebih tepatnya berkebangsaan Belanda. Bangsa istimewa di masanya. Karena bangsa tersebut yang menguasai Nusantara. Lebih tepatnya juga, menjajah.
Kendati begitu, Andrina dipersunting pria istimewa. Kenapa? Pria itu bukan berkebangsaan Belanda. Pria itu orang pribumi. Yang kala itu merupakan orang nomor satu di bumi Sumekar. Ya, Andrina dipersunting oleh Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat.
Meski dipersunting seorang Sultan, posisi Andrina sebatas garwa ampian. Ia bukan isteri utama. Dan disinilah letak keistimewaan pria yang mempersuntingnya. Pasalnya, Andrina disebut bukan warga Belanda biasa. Ia masih memiliki garis hubungan darah yang cukup dekat dengan penguasa Negeri Kincir Angin kala itu: Willem Frederik George Lodewijk van Oranje-Nassau.
Tidak ada keterangan mengenai biografi Andrina di Sumenep, maupun cerita pertemuannya hingga pernikahannya dengan Sultan Sumenep. Namanya hanya tertulis di catatan genealogi dinasti terakhir Keraton Sumenep dengan ejaan Andriyana. Di sana diriwayatkan bahwa beliau melahirkan salah satu anak laki-laki dan salah satu anak perempuan Sultan Sumenep yang bernama Raden Ario Joyowinoto (Raden Bagus Haji Abdul Manam) dan Raden Ayu Ario Mertonegoro.
Salah satu asumsi yang bisa digunakan, sosok Sultan Sumenep yang selain dikenal kealiman dan kecerdasannya, juga dikenal sebagai diplomat ulung. Sehingga beliau dikagumi dan disegani oleh bangsa Belanda. Buktinya, Sumenep di masanya begitu tenteram dengan perkembangan kebudayaan yang begitu pesat. Sehingga banyak naskah-naskah Sumenep yang tersimpan di negeri Wilhelmina itu hingga saat ini.
Menurut cerita sebagian keluarga bangsawan Sumenep, keberadaan Andrina memang tak banyak dibincang. Sultan juga tidak mengeksplor posisi isteri “istimewanya” itu. Bahkan dalam beberapa generasi, keberadaan makam Andrina di Sumenep disamarkan bagi publik. Kubah itu konon pernah disebut sebagai makam seorang panganju, sebutan bagi inang pengasuh keraton di Sumenep.
Sayang, saat ini makam Andrina mengalami perubahan pada kijingnya. Jejak originalnya tinggal batu nisan tanpa prasasti.
Tonton video menarik Mamira.ID di youtube:
*Tulisan ini pernah dimuat di Media Ngoser.ID dengan judul: Jejak Putri Eropa di Lingkaran Tembok Keraton Sumenep