Olet: Makanan Khas Lenteng yang Mulai Langka

Alat-alat Membuat Olet

Tidak hanya Oletnya saja yang merupakan makanan tradisional, tapi alat-alat yang digunakan juga masih menggunakan peralatan dapur jadul. Dari tungku yang terbuat dari tanah liat, alat pengukusnya juga terbuat dari tanah, alat ini mirip dandang namun bentuk bawahnya lebih mengerucut dengan ujung agak bulat dengan beberapa lubang-lubang kecil. Ada juga periok sebagai tempat air yang ditaruh di bawah dandang saat pengukusan nanti.

Demikian pula dengan alat mengaduk untuk membolak-balik rebusan singkong saat masih berada dalam dandang, Ibu Umbiya menggunakan irus atau sothil yang terbuat dari kayu. Sementara tampah sebagai alat untuk menuangkan singkong yang sudah dikukus tadi.

Alasan Ibu Umbiyah tetap menggunakan peralatan dapur tradsisional agar tidak mengurangi atau merubah aroma dan rasa dari Olet itu sendiri. “Kalau pakai alat lain pasti rasa dan aromanya beda, gak harum seperti menggunakan alat dari alumenium. Kekhasan dari Olet itu sendiri akan hilang,” ujarnya kepada tim mamira yang sudah tidak sabar ingin segera mencicipi Olet buatannya.

Baca Juga:  Laras Slendro, Komparasi Karawitan Madura dengan Jawa

Proses Membuat Olet

Dibutuhkan kesabaran dalam membuat olet, karena harus melalui proses panjang untuk mendapatkan sajian olahan singkong yang satu ini. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih sekitar empat jam dari awal pengupasan singkong hingga akhirnya menjadi olet dan siap untuk disajikan.

Proses awal tentu dengan mengupas singkong terlebih dahulu, setelah selesai dikupas, singkong dicuci bersih. Setelah semua singkong dicuci bersih, kemudian singkong diparut atau dihaluskan dengan mesin.

“Kalau dulu pakai parutan, kalau sekarang pakai mesin ini. Hanya agar lebih cepat saja prosesnya. Kalau cuma ini ga bakalan merubah rasa dan aromanya,” ujarnya sambil terkekeh-kekeh.

Setelah semua singkong diparut, kemudian dengan hati-hati Ibu Umbiyah memasukakan parutan ssingkong kedalam alat pengukusan yang saat sebelumnya sudah dipanaskan terlebih dahulu. Dibawah dandang tersebut terdapat periuk, orang Madura menyebutnya “Polok” sebagai wadah air yang diletakkan dibawah dandang. Dibagian bawah dandang dilapisi plastik dengan bonggol jagung sebagai pembatas air dan parutan singkong.

Baca Juga:  Nyai Nurima: Ibunda Sang Nata, Leluhur Penguasa Keraton Sumenep Dinasti Terakhir

“Proses paling lama membuat olet ini ya pas saat ngukusnya, butuh waktu kurang lebih satu jaman. Tapi tergantung banyak singkong ya dibuat, kalau saya kan banyak sekali buat, makanya agak lama. Selama pengukusan parutan singkong harus dibolak-balik agar matangnya merata” katanya.

Setelah matangnya merata, parutan singkong di dandang kemudian dituangkan ke tampah yang sebelumnya sudah diberi daun pisang dan rebusan ketan hitam merata diatasnya. Kukusan singkong kemudian dipipih-pipih dengan cara ditekan hingga bercampur dengan rebusan ketan hitam tadi hingga permukaannya rata.

Proses selanjutnya, kukusan singkung diatas tempah tersebut didiamkan hingga dingin. Waktu yang dibutuhkan sekitar satu jam. Baru kemudian olahan tersebut bisa dipotong-potong atau iris tipis dan siap disajikan.