Mamira.ID – Sendir, merupakan sebuah desa yang cukup tua peradabannya. Dahulu daerah ini sangat dikeramatkan oleh warga sekitar, bahkan masyarakat Sumenep pada umumnya. Desa ini termasuk kawasan di bawah Pemerintahan Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura.
Dalam lembaran sejarah, Sendir tentu tak akan lepas dari peran Kiai Agung Rahwan. Beliau merupakan salah satu ulama besar Sumenep yang mendiami kawasan tersebut sekitar abad ke-15. Dari sanalah mentari ilmu terbit. Hampir seluruh pesantren besar di Kabupaten Sumenep bersusur-galur pada Kiai Agung Rahwan.
Dalam catatan Babad ataupun sejarah Sumenep, Kiai Agung Rahwan tercatat sebagai menantu Pangeran Sidingpuri. Putri bungsu sang Nata yang bernama Nyai Susur menikah dengan sang Kiai yang namanya melegenda di tanah Sendir.
“Jejak Kiai Agung Rahwan hanya bisa ditelusuri dari goresan pena sejarah saja. Kijing asta beliau sudah mengalami pemugaran total, keramik kini membalut pusara agung pembabat tanah Sendir. Hanya sebuah nisan tak berprasasti yang dapat kita saksikan pada saat ini,” ungkap RB Jakfar Shadik, salah satu pemerhati sejarah Sumenep.
Kiai Agung Rahwan sejatinya bukan asli Sendir. Beliau merupakan putra dari Kiai Andasmana. Seorang putra mahkota keraton Bukabu yang memilih hijrah keluar dari tembok keraton dan menetap di kawasan Parongpong, Desa Kecer, Kecamatan Dasuk.
Jika ditarik secara nasab, Kiai Rahwan adalah cucu dari Pangeran Bukabu, penguasa Sumenep yang memerintah pada tahun 1339-1348 Masehi.
Pernikahan Kiai Rahwan dengan Nyai Susur dikaruniai putra bernama Kiai Kumbakara alias Kiai Sendir I. Kiai Sendir I dikaruniai putra bernama Kiai Abdurrahim alias Kiai Sendir II. Beliau menikah dengan putri Kiai Abdullah Gunung Galugur, dan dianugerahi putra yang bernama Kiai Abdullah yang berjuluk Kiai Sendir III.
Sosok Kiai Sendir III-lah yang melahirkan tokoh-tokoh penting, sekaligus menjadi pakunya ulama di kawasan Sumenep dan Pamekasan. Nyai Dewi Asri dan Kiai Abdurrahman Raba, salah satu keturunan Kiai Sendir III, yang namanya cukup berpengaruh dalam lembaran sejarah Sumenep dan kota yang berjuluk Gerbang Salam tersebut.
Kiai Agung Rahwan dan Indahnya Rimbun Bambu di Kawasan Sendir
Dahulu, menurut cerita tutur, kawasan Sendir merupakan kawasan yang sangat angker. Namun, berkat karomah Kiai Agung Rahwan, tanah sendir menjadi subur dan makmur. Beliau membabat dan membuka lahan daerah Sendir menjadi kawasan yang berpenghuni dan tumbuh berkembang hingga saat ini.
Hal yang unik dan menakjubkan mata, ketika memasuki Desa Sendir, kita pasti melihat pohon bambu yang hijau nan rimbun. Jejeran pohon bambu tampak serempak menaungi jalan, seolah-olah menjadi terowongan sebagai pintu masuk menuju desa yang subur nan makmur ini. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan pohon bambu di kanan-kiri jalan tampak indah dan asri. Menyejukkan mata dan suasana. Maka, tak heran, keberadaan pohon bambu juga menjadi berkah tersendiri bagi warga setempat.
Kerajinan dari pohon bambu menjadi mata pencaharian masyarakat Sendir sedari dulu hingga era modern ini. Hasil kerajinan tersebut terjual hingga keluar daerah, seperti halnya anyaman bambu untuk dinding, kerai atau tirai bambu, tampah (geddheng), bedek (bidhik), kipas sate, dan alat-alat dapur tradisional lainnya, merupakan hasil kerajinan tangan-tangan kreatif warga Sendir.
“Pohon bambu seakan membentuk atau menjadi atap yang diciptakan alam untuk menaungi jalan masuk hingga ke area kompleks pasarean Kiai Agung Rahwan. Menurut cerita tutur, bambu-bambu tersebut merunduk karena takzim kepada sang Wali,” terang Jakfar.
Pasarean Kiai Agung Rahwan
Pasarean Kiai Agung Rahwan terletak Desa Sendir, Kecamatan Lenteng, Sumenep. Empat pusara tak berprasasti tampak berjejer rapi dengan nisan tampak masih orisinal. Hanya saja, kijingnya kini telah terbalut keramik berwarna hijau muda. Keasliannya sudah tak lagi melekat di pusara Asta Sendir. Meski demikian, sosok Kiai Agung Rahwan tak lekang oleh waktu. Namanya tetap wangi dan tercatat dalam lembaran sejarah Sumenep.
Pusara Kiai Agung Rahwan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter, dengan sebuah gapura tampak berdiri kokoh sebagai pintu masuknya. Asta beliau berdampingan dengan istri dan keturunannya. Pada area atau sekeliling kompleks asta, banyak tumbuh berjejer pohon bambu.
“Asta Sendir mendapat perhatian, dan dibangun pada masa pemerintahan KH Moh. Ramdlan Siradj sebagai Bupati Sumenep. Pembangunan tersebut tentu untuk menjaga dan melestarikan situs cagar budaya tesebut. Bahkan, saat ini sudah diberi cungkup,” pungkas Jakfar.
Jangan lupa juga tonton video Mamira.ID youtube:
Penulis: Abd Warits
Editor: Mamira.ID