Setelah melewati gerbang yang megah dan gagah, peziarah akan menjumpai bangunan yang berbentuk monumen “Warana” yang berisi prasasti bertuliskan bahasa arab dan jawa kuno. monumen tersebut terlihat sangat indah dan megah dengan empat pilar sebagai penopang. Monumen tersebut dilengkapi berbagai ornamentasi ukiran dan enam madalion diatasnya.
Pada monumen tersebut juga terdapat lambang Keraton Sumenep yang bertuliskan prasasti dengan hiasan berupa ukiran yang masih terpahat. Prasasti tersebut memberikan informasi tentang bangunan Asta Tinggi. Isi dari prasasti tersebut yakni:
“Adapun setelah memuji kepada Allah SWT atas karunia-Nya dan mengucap syukur atas segala limpahan rahmat-Nya, maka sesungguhnya bagi orang yang berpegang teguh kepada agama Allah yakni: Sultan Pakunataningrat, Raja di Negeri Sumenep, apa-apa yang diharapkan dari ayahnya Panembahan Natakusuma semoga Allah menyelimuti dengan rahmat-Nya dan semoga Allah memasukkan ke surga”.
“Sultan Pakunataningrat telah melaksanakan wasiat beliau yang disimpan rapi hingga berakhir kekuasaan beliau dengan membuat sebuah bangunan Kubah baginya, dan agar ayahnya dikuburkan di dalam Kubah tersebut.”
“Bahwa beliau Rahmatullahi Ta’ala sebelum wafatnya, sungguh telah melihat kubah itu, selama tiga tahun. Di waktu beliau melihatnya, merasa senang dan nampak dengan wajah yang berseri-seri, sepertinya beliau melihat dirinya sendiri berada pada hari kebangkitan dan hari kiamat.”
“Dan Kubah mulai dibangun oleh Sultan Pakunataningrat pada tanggal 10 Rajab 1227 Hijriyah, sedang beliau wafat pada hari Senin Rabiul awal tahun 1230 Hijriyah dan disemayamkan ditengah-tengah Kubah itu.”
“Ya Allah berikanlah tambahan rahmat-Mu kepadanya dan kumpulkanlah bersama kebaikan-kebaikannya (Wassaabiku wassaabikun ulaikal muqarrabin fi jannatin na’iem ), ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya pekerjaan Kubah pada waktu itu belum selesai atau sempurna untuk memperbagus, termasuk juga pintu masuknya belum selesai.”
“Kemudian Al Mu’tasim billah SWT bersungguh-sungguh menyerpunakan pekerjaan tersebut dengan pertolongan dari Allah, seperti ia perisai yang baik untuk menutupi dan yang berdiam diri. Penyelesaian akhir pekerjaan kubah itu dan perkerjaan termasuk memperbagus dan memperluas, agar indah dan bagus dipandang pada tahun 1233 Hijriyah. Semoga sebaik baiknya Sholawat dan Salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW”.
Setelah melewati tugu, peziarah kembali melewati lorong menuju cungkup Sultan Abdurrahman. Di kanan dan kiri jalan terdapat pendopo yang masih tetap kokoh, namun yang menjadi pembeda yakni terdapat langgar kecil yang berada disebelah kiri jalan dan masih layak untuk ditempati beribadah bagi para peziarah hingga saat ini.
Tidak hanya itu, terdapat pohon pula pohon Sawo Kecik yang sangat besar dan tinggi. Bagi orang Jawa pohon tersebut memiliki arti serba becik atau serba baik. Sebab itu, lokasi ini sangat sakral dan memiliki pengaruh tersendiri bagi para peziarah. Setelah melewati lorong tersebut peziarah sudah sampai pada area utama cungkup Panembahan Sumolo.