Makam Joko Tarub dan Rimbun ‘Bambu Cinta’ di Pamekasan

Headline, Jejak0 views

Peninggalan atau Situs Joko Tarub

Peninggalan yang masih tersisa dan tetap terawat hingga kini berupa musala kecil yang berbahan dasar kayu. Orang Madura menyebutnya “langgar atau kobung” beratapkan ilalang yang kondisinya tampak masih asli. Konon, langgar  kuna ini milik Kiai Ageng Jakfar Shadik, cucu menantu dari sang tokoh yang sangat melegenda. Selain langgar kuna terdapat pula rumah pegon yang masih berdiri kokoh walau sebagian sudah mulai ada perbaikan karena termakan usia.

“Langgar kuna ini milik menantu cucu Ki Ageng Joko Tarub. Konon, langgar ini pindah dengan sendirinya dan hanya dipental dengan ranting kayu. Atap langgar ini terbuat dari ilalang, dan tidak bisa diganti dengan genting. Pernah suatu hari atap tersebut diganti dengan genting karena sebagiannya telah lapuk. Namun keesokannya, genting-genting tersebut berjatuhan.” ungkap Adi Krisno.

Baca Juga:  Mengenal Situs-situs Bersejarah di Pamekasan
Ket.Foto: Langgar peninggalan cucu menantu Joko Tarub (Mamira.ID/Gandy)

Bambu Cinta atau ‘Perreng Sojjin’

Ada pula keunikan lain yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para peziarah, yakni berupa pohon bambu berdaun rimbun yang mengelilingi area komplek pemakaman Joko Tarub. Bambu-bambu tersebut dipercaya dapat melanggengkan hubungan cinta dan kasih sayang. Hal tersebut dilakukan dengan cara menuliskan nama di pohon bambu tersebut, berupa tulisan si penulis dengan pasangannya.

Bambu yang diyakini sebagai bambu cinta oleh masyarakat setempat disebut juga dengan istilah “perrèng sojjin”. Kepercayaan akan bambu itu sudah terjadi secara turun-temurun sejak puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang silam.

“Bambu ini ditanam oleh Kiai Ageng Joko Tarub dari tusuk satai yang ditancapkan ke dalam tanah. Namun bukan seperti menanam bambu pada umumnya. Bambu tersebut kemudian tumbuh dan kini menaungi area pemakaman. Dulu area sekitar makam adalah kubangan air yang diyakini sebagai pemandian para bidadari kayangan. Airnya bermuara ke sungai dan pantai sehingga banyak perahu yang berlabuh ke sini. Namun, karena beliau khawatir anak cucunya dibawa ke luar pulau Jawa,  maka beliau menggunakan sebuah gong besar untuk menutup sumber air tersebut.” pungkas Adi Krisno sambil menyodorkan air mineral dan makanan kecil.

Baca Juga:  Hari Purbakala Ke-108, dan Menyingkap Misteri Jejak Migrasi Masa Prasejarah di Kangean
Ket.Foto: Pohon bambu yang dipercaya dapat melanggengkan hubungan asmara (Mamira.ID/Gandy)

Tak ayal, kini di pohon-pohon bambu tersebut penuh dengan tulisan yang disematkan oleh warga sekitar dan para peziarah. Tulisan pada bambu tersebut banyak berupa nama pengunjung dengan nama pasangan mereka. Mereka meyakini bahwa dengan menuliskan nama mereka pada bambu cinta akan membawa keberuntungan dalam dunia asmara, seperti kisah cinta yang syahdu antara Joko Tarub dan bidadari dari kayangan bernama Nawang Wulan.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID