Spirit ‘Bapak Pembangunan’ di Abad 18 dari Madura Timur

MAMIRA.ID – Pasca wafatnya Bindara Saot alias Tumenggung Tirtanegara pada tahun 1762 Masehi, pucuk kepemimpinan di Sumenep jatuh kepada putra beliau dari pernikahannya dengan Nyai Izza, yaitu Asiruddin atau Panembahan Natakusuma I. Pilihan tersebut terjadi karena dari pernikahan dengan Ratu Rasmana, Bindara Saot tidak mempunyai keturunan. Tentu penunjukan tersebut atas istruksi dari Ratu Rasmana sendiri

Di era kepemimpinan Panembahan Natakusuma I, infrastruktur pembangunan di Sumenep mengalami banyak kemajuan di segala bidang. Di antaranya yang paling fenomenal adalah pembangunan Masjid Jami’ Sumenep yang bersamaan dengan pembangunan keraton di Pajagalan.

Seperti yang dituturkan oleh Ketua Wakaf Panembahan Somala R.B. H. Hasanuddin, dalam sebuah wasiat disebutkan bahwa masjid tersebut didirikan pada Tahun Ba’ (1200 Hijriyah) dengan nama Masjid Pangeran Natakusuma diatas tanah waqaf sang Nata.

Baca Juga:  Kate, dan Cerita Pelarian Cina Yang Membawa Mutiara Bernama Piango

“Selanjutnya disebutkan juga dalam wasiat tersebut bahwa masjid selesai didirikan pada bulan Ramadan tahun Za’, atau bertepatan 1206 Hijriyah, dan penyempurnaan dilakukan kembali enam tahun setelahnya tepatnya pada 1212 Hijriyah, dan sampai detik ini masjid tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi salah satu ikon Sumenep,” jelas Hasanuddin.

Selain itu, Panembahan Natakusuma I juga merubah suasana pemerintahan dari aristokrat sejati ke nuansa kaum santri. Pembangunan yang dilakukan beliau bukan hanya secara fisik, saja tapi menyentuh semua elemen.

Banyak peninggalan beliau yang menunjukkan kepeduliannya pada tokoh-tokoh penting dengan merawat dan membangun tempat peristirahatannya. Seperti merenovasi makam leluhur dan para sahabatnya dengan pemberian nisan-nisan yang indah dari bahan yang istimewa, pemagaran dan lain-lain. Konon, dari beberapa riwayat, beliau juga tidak segan-segan mengawasi langsung kegiatan tersebut.

Baca Juga:  Menguak Kembali Penemuan Asta Panaongan pada 22 Tahun Silam Part I

Beberapa makam yang sempat dilakukan pemugaran ialah:

  1. Makam Syaikh Abdurrahman Raba alias Kiai Agung Raba di Pademawu Pamekasan (paman sekaligus ayah angkat dari Kiai Abdullah alias Entol Bungso. Kiai Abdullah ini adalah ayah dari Bindara Saot,
Kisah Karomah Wali di Pamekasan, Diberkahi Ludah Rasulullah SAW dan Empat Sahabat
Makam Kiai Agung Raba dan isterinya. (Foto/Mamira.ID)

2. Komplek Makam Batuampar Guluk-guluk Sumenep ( Komplek makam Kiai Abdullah alias Entol Bungso),

Spirit ‘Bapak Pembangunan’ di Abad 18 dari Madura Timur
Komplek Makam Kiai Entol Bungso di Batuampar Guluk-guluk Sumenep. (Foto/Ngoser.ID)

3. Makam Raden Tumenggung Kanduruan di Sumenep (Adipati Sumenep, putra dari Sultan Demak pertama),

Spirit ‘Bapak Pembangunan’ di Abad 18 dari Madura Timur
Cungkup Makam Raden Tumenggung Kanduruan di Asta Sabu Sumenep. (Foto/Mamira.ID)

4. Dan lainnya.

Bahkan tidak hanya di Madura, perhatian beliau pada tokoh-tokoh ulama juga terlihat dari pemberian hadiah nisan dari bahan berkualitas meski berada di luar Pulau Madura. Salah satunya pada makam Sayyid Husain bin Ahmad Al-Qadri Mempawah, yaitu ayah dari pendiri Kesultanan Kadriyah di Pontianak. Pemberian nisan marmer bertarikh pada 1195 Hijriyah yaitu 1781 Masehi bertepatan dengan 10 tahun berdirinya Kesultanan Kadriyah Pontianak.

Baca Juga:  Loteng, Potret Miniatur Keraton dalam Keraton di Sumenep (2)
Spirit ‘Bapak Pembangunan’ di Abad 18 dari Madura Timur
Nisan Sayyid Husain di Mempawah. (Foto/Istimewa)