Gung Seppo, dan Gerbang Salam Pasca Adikoro

Sepeninggal Adikoro III, tahta Pamekasan jatuh ke Raden Ismail, putra Adikoro II. Raden Ismail lantas bergelar Raden Tumenggung Adikoro IV (memerintah 1743-1750). Adikoro IV dikenal dengan gelar anumertanya, yaitu Tumenggung Sedo Bulangan. Beliau gugur bersama Raden Wongsodirejo (saudara Adikoro III), dalam peristiwa pemberontakan Ke’ Lesap pada 1750.

Gung Seppo

Sepeninggal Adikoro IV, diangkatlah putranya yang bergelar Raden Tumenggung Ario Cokroadiningrat. Adipati yang baru ini dikenal dengan sebutan Tumenggung Adiningrat. Namun Adiningrat hanya sebentar menjabat.

Faktor politik kompeni kala itu membuat Tumenggung Adiningrat turun dari tahta. Sebagai gantinya, Pamekasan yang waktu itu berada di bawah campur tangan Kompeni Belanda (VOC), dan berada di bawah pengaruh Madura Barat (Bangkalan), ditunjuklah Raden Alsari salah satu putra dari Adikoro III. Ibu Alsari ialah saudari dari Adikoro IV, alias sama-sama anak Adikoro II.

Jadi hubungan Alsari dengan Adiningrat masih saudara sepupu.

Raden Alsari dinaikkan menjadi adipati Pamekasan dengan gelar yang sama yaitu Raden Tumenggung Ario Cokroadiningrat. Namun dalam sejarah ditulis Raden Tumenggung Ario Cokroadiningrat I.

Baca Juga:  Raden Abdul Rachim Pratalikrama: Putra Madura Perintis Kemerdekaan RI

Cokroadiningrat I dikenal dengan nama Tumenggung Sepuh atau Gung Seppo.

Pasarean Gung Seppo dan permaisurinya. (Foto/Mamira.ID)

Di awal pemerintahannya, suasana Pamekasan masih memanas. Berhubung “dipecatnya” Adiningrat putra Adikoro IV sebagai “raja” yang berhak.

Sementara Gung Seppo hanya dari garis ibunya yang merupakan anak perempuan Adikoro II. Meski ayah Gung Seppo juga adipati Pamekasan (Adikoro III), namun secara nasab bukan garis turunan laki-laki ke Pangeran Gatotkaca alias Adikoro I.

Seperti yang diketahui, Adikoro III adalah pengganti yang ditunjuk Pangeran Jimat Sumenep, pasca kekalahan Adikoro II.

Dari sisi genealogi, Adikoro III adalah anak Pangeran Wiromenggolo yang bukan turunan laki-laki Gatutkaca. Persambungan nasab Adikoro III ke Adikoro I melalui ibunya, atau isteri Wiromenggolo. Seperti yang bisa dibaca di tulisan sebelumnya, ibu Adikoro III adalah anak Pangeran Rama. Dan Pangeran Rama adalah anak sulung Adikoro I.

Baca Juga:  Mengenal Para Pangeran dan Putri Giri Kedaton yang Bertahta di Nusa Madura

Nah, kembali pada memanasnya suasana Pamekasan, keluarga besar Adikoro IV jelas menunjukkan sikap antipati. Sehingga Gung Seppo merasa khawatir akan posisinya.

Terkait itu, akhirnya Gung Seppo mengajukan syarat kepada VOC, bahwa dirinya bersedia tetap menjabat sebagai adipati Pamekasan, asalkan Raden Bilat dijadikan sebagai patih di Pamekasan.

Bilat merupakan sosok keras, pendekar pilih tanding, dan linuih. Beliau masih saudara sepupu Gung Seppo. Ayah Bilat, Pangeran Cakranegara IV alias Pangeran Lolos (adipati Sumenep 1744-1749) masih bersaudara dengan Adikoro III (ayah Gung Seppo).

Keterangan di pasarean Raden Bilat, di kompleks Asta Ronggosukowati, Kolpajng, Pamekasan. (Foto/Mamira.ID)

Masalahnya kala itu Bilat tersandung masalah dengan VOC karena disangka menyiapkan pemberontakan, dan dibawa ke Batavia untuk diadili.

Mengingat kepentingan yang lebih besar VOC akhirnya menyanggupi permintaan Gung Seppo. Bilat dibebaskan dan diangkat sebagai Patih Pamekasan bergelar Raden Tumenggung Wironegoro.

Langkah awal, Wironegoro mengusir seluruh keluarga Adikoro IV (anak-cucunya) dari Pamekasan. Demi menghindari kontak fisik dengan Wironegoro, akhirnya anak cucu Adikoro IV mengalah, dan sebagian memilih hijrah ke Jawa (Tapal Kuda). Meski di masa selanjutnya ada yang kembali dan menjadi pembesar Pamekasan lagi.

Baca Juga:  Kiai Muban: Keturunan Sunan Cendana yang Hijrah ke Ambunten

Gung Seppo didampingi Bilat alias Wironegoro menjalankan tampuk pemerintahan hingga akhir hayatnya. Sepeninggal Gung Seppo pada 1804, kedudukan adipati Pamekasan dijalankan oleh Raden Alsana (adik Gung Seppo). Alsana bergelar Raden Tumenggung Ario Cokroadiningrat II.

Pasarean Raden Bilat alias Raden Tumenggung Wironegoro. (Foto/Mamira.ID)

Berkuasanya Alsana rupanya tanpa perembukan dengan VOC maupun Bangkalan. Hingga dengan politik adu dombanya, VOC menurunkan Alsana dari kursi Adipati. Lalu ditunjuklah adik Sultan Bangkalan II (Sultan Kadirun) menjadi adipati Pamekasan, yang di kemudian hari bergelar Panembahan Mangkuadiningrat (Panembahan Mangko, memerintah 1804-1842).

Alsana lantas meninggalkan Pamekasan dan tinggal di Sumenep. Alsana oleh warga Pamekasan dikenal dengan sebutan Tumenggung Tengah atau Gung Tengnga. Yaitu Tumenggung di antara Gung Seppo dan Panembahan Mangko.

Red