Tanah Perdikan dan Asal-Usul Penamaan Pragaan

Tinggal di Rumah Kiai Gemma

Pada tahun 1913 M, Pragaan dipisah menjadi dua desa yaitu Pragaan Laok dan Pragaan Daya. Sedangkan nama Pragaan sendiri tetap dipakai sebagai nama kecamatan sampai sekarang. Selama menjalankan tugasnya sebagai patih, Kiai Ragasuta menempati rumah dari seorang saudagar yang dermawan dan juga sosok yang sangat peduli akan syiar Islam di sana, beliau bernama Kiai Gemma. Sampai saat ini, nama beliau masih diingat dan diabadikan menjadi nama sebuah mesjid besar di Prenduan yaitu Mesjid Besar Gemma.

“Kiai Ragasuta merupakan sosok yang sangat alim, pendiam, tegas, berwibawa, dan linuih. Selain itu, beliau dikenal karena ucapannya selalu menjadi kenyataan. Orang Madura menyebutnya dengan ‘mandi pangocap’, atau si pahit lidah dalam bahasa Indonesia,” kata Kiai Bahrum, putra Kiai Fathul Wahab, salah satu keturunan Kiai Ragasuta.

Baca Juga:  Kota Tua Kalianget, Saksi Bisu Kejayaan Madura Timur Zaman Kolonial

Kiai Ragasuta wafat di Prenduan dan dimakamkan di Dusun Aengsoka, Desa Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan. Nisan beliau diganti batu marmer yang ditulis dan diukir oleh cicitnya, yaitu Kiai R. Moh Sarkawi Guno Sasmito, Mantri Cacar Panembahan Sumenep, putra dari Kiai Ragasuta III alias K.R. Miftahol Arifin Joyo Sasmito, cucu Kiai Ragasuta pada tahun 1353 Hijriyah, seperti yang tertulis dalam prasasti pada nisan. Lokasi makam beliau berjarak sekitar 5-7 meter dari jalan raya Sumenep-Pamekasan dengan dinaungi rindangnya pohon asam besar yang menambah kesejukan di saat berziarah ke sana.

Ket.Foto: Asta atau makam Nyai Teleng, suadara kandung Kiai Ragasuta yang terletak di utara sumber mata air Mingsoy Desa Baragung, Kecamatan Guluk-guluk. (Mamira.ID)

“Saudara Kiai Ragasuta yaitu Nyai Teleng menghabiskan masa hidupnya di desa Baragung. Beliau juga terkenal linuih dan sakti. Konon, apabila beliau meludah ke daun, maka daun tersebut akan berlubang. Itu semua bisa terjadi karena beliau suka bertapa, bermunajat kepada Allah SWT sampai akhir hayatnya. Beliau tidak menikah dan setelah wafat dimakamkan di sebelah timur makam ayahandanya. Berjarak sekitar 30 meter di utara sumber mata air Mingsoi di Desa Baragung, Kecamatan  Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep,” jelas Kiai Bahrum.

Baca Juga:  Karduluk, Sentra Seni Pahat Madura

Kiai Ragasuta alias Pangeran Raga memiliki keturunan bernama Kiai Ragasuta II alias Kiai R.Moh Irsyad yang juga menjadi penguasa di Pragaan bergelar Ki Demang Pragaan. Sama seperti ayahandanya, beliau wafat di Sumenep dan dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Tumenggung Mangsupati, Kampung Jeruk Purut, Desa Pamolokan, Kecamatan Kota Sumenep.

“Selain Kiai Ragasuta II alias Kiai R.Moh Irsyad, putra dari Kiai Ragasuta adalah Kiai R.Moh Latifih di Karangduak, Kota Sumenep, kemudian Kiai Rada’ie di Kapedi, Bluto. Makam beliau berdua juga ada di Pragaan berkumpul dengan makam ayahandanya,” tutur Iik Guno Sasmito yang juga merupakan salah satu keturunan Kiai Ragasuta.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di yuotube:

Mamira.ID