Mamir.ID – Sultan Abdurrahman Pakunataningrat merupakan penguasa Sumenep yang naik tahta pada tahun 1811 Masehi, dan wafat pada tahun 1854 Masehi. Selain dikenal sebagai sosok penguasa agung, nama dan kepribadiannya melegenda hingga kini. Beliau bertahta dan membawa Sumenep pada era keemasan dan kejayaan.
Begitu pula keturunan beliau, banyak yang menjadi sosok penting dalam lembaran sejarah Sumenep. Bahkan, astanya pun dikeramatkan. Salah satunya adalah Pangeran Letnan Kolonel Kusuma Sinerangingrana alias Pangeran Le’nan.
Pengucapan Le’nan ini merujuk pada pangkat sang Pangeran dalam angkatan kemiliteran, yaitu Luitenant Kornel atau Letnan Kolonel. Warga Sumenep, khususnya keluarga besar keraton, sejak dulu terbiasa menyebut nama sang Pangeran dengan sebutan Pangeran Letnan atau Le’nan.
Pangeran Letnan lahir dengan nama Raden Bagus Mohammad Hamzah, atau Pangeran Aria Suryasinerrangengrana (dalam versi nama keratonnya). Tidak ada catatan mengenai tahun, bulan, maupun tanggal lahirnya. Beliau lahir dari seorang garwa ampian atau selir. Jadi, pangeran ini tidak lahir dari istri utama sang Sultan. Pada nisan sang ibunda tidak ditulis siapa nama aslinya, hanya tertulis kalimat dengan huruf Arab sebagai keterangan bahwa ahli kubur merupakan Umi Pangeran Letnan Kolonel. Sebuah tarikh wafat dengan angka 1231 Hijriah.
“Ibunda Pangeran Letnan merupakan selir Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, tidak ada nama terang tentang sang ibunda. Namun yang jelas, ibunda Pangeran Letnan masih ada hubungan kerabat dengan sang Nata. Ibunda Pangeran Letnan merupakan putri dari Raden Ardikusuma. Raden Ardikusuma sendiri masih keturunan dari Nyai Izzah, istri pertama dari Kangjeng Tumenggung Tirtanegara Bindara Saot,” terang R.B. Jakfar Shadik, salah satu pemerhati sejarah Sumenep
Pangeran Letnan dalam Dunia Angkatan Kemiliteran
Menurut sebagian riwayat mengatakan bahwasanya Pangeran Letnan merupakan anak laki-laki tertua dari Sultan Abdurrahman Pakunataningrat. Namun posisinya masih lebih kuat adiknya, yakni Raden Bagus Mohammad Saleh alias Panembahan Natakusuma II, yang terlahir dari garwa padmi atau permaisuri. Sehingga, pada akhirnya yang menggantikan tahta keraton Sumenep adalah sang Panembahan.
Dalam literasi lain disebutkan pula bahwasanya Pangeran Letnan merupakan salah satu di antara empat anak laki-laki sang Sultan yang ditunjuk sebagai pemimpin angkatan perang. Tiga lainnya ialah Pangeran Kusuma Sinerrangingalaga (Pangeran Kornel), Pangeran Aria Suryasinerrangingyuda (Pangeran Maregem atau Mariyem), dan Pangeran Aria Candraningprang (Pangeran Langsir).
“Pada masa kolonialisme Belanda, Pangeran Letnan pernah diutus dalam ekspedisi perang melawan Belanda di berbagai daerah di Nusantara ini, salah satunya ke bumi Serambi Mekkah atau Daerah Istimewa Aceh,” terang Jakfar.
Cicit Kiai Ali Barangbang Diambil Menantu Pangeran Letnan
Cicit Kiai Ali Barangbang Diambil Menantu Pangeran Letnan
Pangeran Letnan alias Pangeran Hamzah diketahui menikah dengan salah satu putri dari raja Pamekasan. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai beberapa orang putra dan putri. Salah satu putri sang Pangeran bernama Raden Ajeng Zuwaidah.
Raden Ajeng Zuwaidah merupakan salah satu di antara putri sang Pangeran yang menjalin pernikahan dengan keluarga besar Barangbang. Ia menikah dengan Kiai Muharrar ibn Kiai Daud alias Kiai Barangbang II. Kiai Daud merupakan putra dari Nyai Tengginah dan Kiai Abdul Alim. Dengan kata lain, sosok suami dari Raden Ajeng Zuwaidah adalah cicit dari sang Mahaguru yang namanya masyhur di tanah Barangbang.
Pernikahan Raden Ajeng Zuwaidah dengan Kiai Muharrar dikaruniai beberapa putra dan putri, di antaranya : 1) Raden Ajeng Uluwiyah, 2) Raden Ajeng Hafsatun, 3) Raden Bagus Zajjajul Alim, 4) Raden Abd. Syakur, 5) Raden Ajeng Hamidah, 6) Raden Ajeng Zainab, 7) Raden Panji Djaya Asmara, 8) Raden Kiai Hamba, 9) Raden Fadhil Alim, 10) Raden Bagus Syufyanur Alim, 11) Raden Bagus Djondorejo Mudari, 12) Raden Marzukil Alim,13) Raden Bagus Hasan alias Ju’ Hasan.
“Raden Bagus Hasan alias Ju’ Hasan sering mengajar ngaji warga sekitar (Madura: morok ngaji). Sehingga, dari aktifitas itulah menjadi tonggak awal lahirnya Pesantren Loteng, Sar Sore, Sumenep,” terang Jakfar.
Pasarean Pangeran Letnan
Pasarean Pangeran Letnan tidak berada di kompleks utama Asta Tinggi, Sumenep. Asta beliau berada di kawasan luar, tepatnya di Kampung Banasokon, Desa Kebunagung, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep.
Sebuah papan nama “Asta Pangeran Hamzah” terbentang di sisi Jalan Raya Asta Tinggi Sumenep, lebih tepatnya di seberang kantor KPU Kabupaten Sumenep. Pasarean ini sangatlah keramat dan disakralkan. Selain itu, merupakan pemakaman bagi keluarga besar Pangeran Letnan dan anak cucunya.
Sebuah gapura megah dengan gaya khas kolonial berpadu dengan nuansa Jawa, berdiri kokoh di depan pusara sakral ini, dengan nama “Astana Pangeran Hamza Kebunagung Sumenep Madura” pada sisi depan gapura megah itu serta kondisinya masih terjaga keaslianya.
Pasarean Pangeran Letnan berada pada sebuah bangunan kuna berupa cungkup berbentuk rumah adat Jawa. Posisi maqbarah sang Pangeran berada di tengah-tengah bangunan suci ini. Asta beliau diapit oleh maqbarah istri beliau serta anak keturunannya, dengan kain berwarna putih tampak menjadi kelambu pusara sang Pangeran, yang masyhur di Negeri Serambi Mekkah.
Di sebelah maqbarah Pangeran Letnan masih terdapat beberapa maqbarah atau makam yang berprasasti. Salah satu nisan berprasasti tersebut, ada yang sangat indah berhiaskan mahkota di puncaknya, menandakan sebuah nisan yang bergaya khas Pamekasan. Prasasti nisan itu berbunyi “Hadal qubur almarhumah Raden Ayu Pangeran Letnan Kolonel Kusuma Sinerangingrana binti Ratu Pamekasan wafati fi lailatul rabu’ fi syahri Dzulqa’dah Hilal 1274” artinya: Ini kubur atau makam almarhumah Raden Ayu Pangeran Letnan Kolonel Kusuma Sinerangingrana (Istri Pangeran Letnan), putri dari Raja Pamekasan, wafat pada malam Rabu, bulan Dzulqa’dah, tahun 1274 Hijriyah.
“Meski bukan di area Asta Tinggi, para peziarah juga banyak yang berziarah ke Asta Pangeran Hamzah, apalagi pada malam Jum’at Legi, pasti selalu ramai akan para peziarah,” tutup Jakfar.
Tonton juga video Mamira.ID di youtube:
Penulis: Abd. Warits
Editor: Mamira.ID