Site icon MAMIRA.ID

Kiai Agung Abbas dan Tanah Sakral di Belahan Utara Sumenep

Ket.Foto: Pasarean Kiai Agung Abbas terletak Desa Tambak Agung Barat, Kecamatan Ambunten. Tepatnya di perbatasan desa, antara Tambak Agung Barat dengan Ambunten Tengah, yakni Kampung Komere

Mamira.ID – Tambak Agung merupakan daerah yang terletak di belahan utara Madura. Tambak Agung terbagi menjadi empat kawasan, yakni Tambak Agung Barat, Tambak Agung Tengah, Tambak Agung Ares, dan Tambak Agung Timur. Secara administratif, semua kawasan tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Ambunten, salah satu kecamatan di bagian pantai utara (Pantura) Sumenep. Namun, dalam tulisan ini hanya akan mengulas tentang Desa Tambak Agung Barat.

Secara geografis, Desa Tambak Agung Barat terletak di daratan berbatu atau pegunungan. Meski begitu, desa ini tetap terasa sejuk dan asri. Hijaunya dedaunan dan banyaknya lahan pertanian yang masih produktif, sebagai penanda sebuah kesuburan di daerah tersebut. Maka tak heran jika salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Tambak Agung Barat sebagai petani.

Kesejukan dan keasrian desa ini salah satunya tentu karena barokah keberadaan sang wali Allah yang menetap di sana, yakni Kiai Agung Abbas. Beliau merupakan sosok ulama yang cukup terkenal di kawasan Tambak Agung. Beliau merupakan sosok ulama yang berhasil melanjutkan perjuangan leluhurnya dalam proses islamisasi di belahan bumi Sumenep bagian Pantura.

Kiai Agung Abbas merupakan putra dari Kiai Muban yang merupakan cucu dari Sayyid Zainal Abidin yang masyhur dengan sebutan Sunan Cendana, Kecamatan Kwanyar, Bangkalan. Kakek Kiai Agung Abbas bernama Sayyid Syits.

“Sosok ayahanda Kiai Agung Abbas adalah seorang pendatang di kawasan Ambunten. Beliau hijrah ke sini dalam rangka menyebarkan agama Islam,” ujar Bapak Syamsul Arifin, selaku Kepala Desa Tambak Agung Barat saat ditemui tim Mamira kemarin siang.

Maksud dan tujuan kedatangan sang wali tentu dalam rangka membumikan ajaran agama yang sesuai dengan kalam Ilahi serta hadits Nabi. Semasa hidupnya, beliau hanya disibukkan dengan melaksanakan hal-hal yang bersifat ubudiah dan ukhrawi.

Proses islamisasi menjadi tujuan utama sang ulama di tanah Pantura itu. Beliau meneruskan jejak sang ayah. Dari sosok Kiai Abbas, lahirlah ulama-ulama yang cukup terkenal di kawasan Pantura dan Sumenep pada umumnya.

“Tanah Tambak Agung memang mulai sejak dulu sangat disakralkan. Karena, di kawasan inilah bermukim para ulama yang cukup berjasa dalam proses islamisasi di kawasan Ambunten. Leluhur Kiai Abbas juga awalnya hijrah ke sini guna kepentingan dakwah. Menurut cerita para sepuh, kawasan ini sering dikunjungi oleh raja atau Rato Songennep. Bahkan, kayu yang dipakai untuk membangun Masjid Jami’, sebagian diambil dari tanah Tambak Agung,” ujarnya.

Hubungan Kiai Abbas dengan Kiai Ali Barangbang

Klik halaman selanjutnya→

Sebuah pernikahan tentu adalah salah satu cara  guna menyambung tali silaturrahmi dan ikatan tali kasih antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Hal ini juga terjadi ketika masa hidup Kiai Agung Abbas. Beliau menikahkan putranya yang bernama Kiai Abdul Alim dengan sosok wanita muslimah berdarah Barangbang. Wanita tersebut bernama Nyai Tengginah, yang tak lain merupakan putri dari Kiai Ali Barangbang.

Pernikahan keduanya tergolong pernikahan kekerabatan. Sebab, di antara keduanya masih mengalir satu aliran darah dari Sunan Cendana, Kwanyar, Bangkalan. Keduanya bertemu di garis Sunan Cendana. Leluhur Kiai Abdul Alim yang bernama Sayyid Syits, bersaudara dengan Nyai Aminah Lembung, Bangkalan, yang tak lain adalah leluhur Nyai Tengginah dari jalur ibunya.

Pernikahan Kiai Abdul Alim dengan Nyai Tengginah dikaruniai putra yang bernama Kiai Daud. Kiai Daud menikah dengan Nyai Aisa, dan dikaruniai empat anak, yakni Kiai Muharrar, Kiai Fahrur Rozi, Kiai Yahya, dan Nyai Toan.

“Menurut cerita sesepuh, antara Ambunten dengan Barangbang itu sangat erat kaitannya. Sebab, keduanya diikat dalam sebuah perkawinan biar tidak terputus tali persaudaraannya di antara kedua daerah tersebut,” ujarnya.

Ket.Foto: Asta Kiai Agung Abbas hanya dibangun pagar tembok tanpa cungkup. Tidak terdapat asta atau makam lain di area ini.

Pasarean Kiai Agung Abbas

Pasarean Kiai Agung Abbas terletak Desa Tambak Agung Barat, Kecamatan Ambunten. Tepatnya di perbatasan desa, antara Tambak Agung Barat dengan Ambunten Tengah, yakni Kampung Komere. Pusara beliau masih terlihat orisinal, mulai dari kijing dan nisannya. Pahatan batu gunung bercampur batu putih tersebut memunculkan aura mistik tersendiri. Namun, tidak ada prasasti yang menunjukan tentang ahlil qabri.

Di dataran tinggi tersebut hanya terdapat asta Kiai Agung Abbas. Tidak ada pusara lain di dekat beliau. Namun tak jauh dari sana, tepatnya di sebelah barat daya, tampak pemakaman kuna berjejer rapi. Kondisi pemakaman tersebut tampak terlihat asli, dengan nuansa pemakaman Sumenep tempo dulu.

Selain maqbarah Kiai Agung Abbas yang masih tampak asli, di area tersebut juga terdapat batu besar tempat beliau bermunajat kepada Sang Khalik, serta sebuah tempat wudu yang terbuat dari batu (Madura baca: tambiu).

Sedangkan, batu tempat Kiai Abbas bermunajat, kini telah tiada, karena dibongkar oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kini, hanya tinggal tambiunya saja.

“Menurut cerita sesepuh desa, yang membongkar batu tersebut mendapat semacam bala atau kutukan. Berupa hilang akal atau gila. Bahkan, keturunannya pun juga mengalami hal sama, gila juga,” terang Pak Syamsul Arifin.

Pusara Kiai Agung Abbas sekarang sudah dilengkapi dengan tempat mengaji atau tempat berdoa bagi para peziarah. Tempat tersebut dibalut dengan keramik dan area asta juga sudah dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter.

“Kalau setiap malam Jum’at banyak orang yang berziarah. Terutama warga lokal. Bahkan, kadang dari luar Madura pun ada yang berziarah ke sini. Dan diyakini masih terkesan kemistikannya dan banyak  orang yang terkabul apa yang dihajatkan. Dan memang tidak dibangun cungkup, karena beliau sepertinya tidak suka (Madura: Ta’ Kasokan). Sudah pernah dibangun cungkup, tapi selalu rusak alias roboh, ” pungkas kades Syamsul Arifin.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID

Exit mobile version