Site icon MAMIRA.ID

Keramat, Buju’ Tamone Jadi Tujuan Pasutri Sulit Keturunan

Ket.Foto: Cungkup buju' tamone yang terletak di Desa Batuan, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep

Mamira.IDPernikahan merupakan tradisi yang sakral dan sah karena sudah diatur dalam agama Islam. Dalam sebuah pernikahan, hal yang paling diharapkan tentu adalah mempunyai keturunan atau anak. Namun, tak jarang pula ada pasangan suami-istri yang tak kunjung dikaruniai keturunan. Maka tak heran jika mereka rela melakukan apa saja agar segera mempunyai anak, dari ikut program kehamilan hingga berziarah ke makam keramat yang diyakini oleh sebagian masyarakat bisa menjadi perantara dimudahkannya memiliki keturunan.

Di Madura, tepatnya di Desa Batuan, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, terdapat makam yang dikeramatkan oleh warga setempat. Makam keramat tersebut diberi nama Buju’ Tamone atau Asta Paregi. Buju’ berarti asta atau makam, di Madura sendiri, buju’ merupakan sebutan pada makam atau asta yang memiliki kekeramatan atau kekuatan di luar akal. Sedangkan tamone merupakan Bahasa Madura yang berarti ari-ari bayi atau plasenta. Pengunjung asta tersebut mayoritas pasangan suami-istri yang kesulitan mendapatkan keturunan.

Pengunjung atau peziarah yang datang semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin segera mempunyai keturunan. Pengunjung mencurahkan isi hati dan keinginannya kepada juru kunci di Bujuk Tamone itu bahwa telah banyak sekali usaha yang mereka lakukan untuk tujuan yang mulia yaitu ingin mempunyai keturunan, jalur medis pun sudah ditempuh cukup lama, Namun tidak kunjung mendapatkan keturunan.

“Alhamdulillah, yang datang kesini dengan tujuan ingin punya momongan, atas izin Allah SWT, keinginan itu dikabulkan, Buju’ Tamone hanya sebagai perantara saja, semuanya kembali kepada Sang Pencipta,” terang Ibu Fatimah, seorang nenek yang setiap harinya menunggu para tamu di Asta Paregi ketika ditemui tim Mamira.ID beberapa waktu lalu.

Pasangan suami-istri yang datang ke Buju’ Tamone ini tak hanya dari Sumenep atau pulau Madura saja, tapi banyak juga dari daerah luar bahkan lintas provinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta.

“Cukup sering tamu dari luar Madura ke sini, bahkan dari Jakarta juga pernah, tujuannya ya sama agar keinginannya untuk mendapatkan keturunan bisa terwujud,” ucap NenekFatimah.

Lalu mengapa makam tersebut dinamakan Buju’ Tamone? Baca halaman selanjutnya→

Awal musabab diberi nama Bujuk Tamone karena banyak warga yang datang ke tempat ini dengan membawa ari-ari dari bayi yang dilahirkan dan kemudian diletakkan di sebelah barat bangunan makam yang berukuran 6×4 meter ini.

“Tamone dari bayi yang dilahirkan dibawa kesini. Karena banyak yang meletakkan ari-ari bayi di sini jadilah tempat ini dikenal dengan nama Bujuk Tamone,” imbuh nenek Fatimah.

Ada banyak sekali ari-ari di tempat tersebut, bahkan tumpukan ari-ari di lokasi Bujuk Tamone bisa menggunung hingga mencapai ketinggian 4 meter. Selama 40 hari ari-ari tersebut dijaga oleh juru kunci Bujuk Tamone. Anehnya, tumpukan ari-ari yang menggunung hingga 4 meter itu tidak mengeluarkan bau sedikitpun yang bisa mengganggu lingkungan sekitar.

Untuk pasangan suami istri yang jauh dan tidak memungkinkan untuk membawa ari-ari bayi untuk diletakkan di Buju’ Tamone, maka pasangan suami-istri tersebut bisa menebusnya dengan uang. Mereka yang bisa membawa ari-ari untuk dipersembahkan, juga dianjurkan membawa beras, kopi, gula, kelapa, jajanan pasar tujuh warna, seperti halnya sebuah kebutuhan untuk upacara ritual atau selamatan.

Ket.Foto: Tumpukan ari-ari atau tamone yang diletakkan pasangan suami-istri yang telah mendapatkan keturunan setelah berziarah ke buju’ tamone

“Misalkan tidak bisa membawa ari-ari bayi ke sini juga tidak apa-apa, bisa digantikan dengan uang,” ucap Ibu Fatimah kepada media ini kala itu. Tidak disebutkan secara pasti berapa jumlah uang yang diserahkan sebagai pengganti atau tebusan. Uang tersebut nantinya akan dipakai untuk membeli bahan-bahan ritual atau selamatan. baca halaman selanjutnya →

Setiap tamu yang datang ke Bujuk Tamone, disarankan berdoa di dekat dua makam yang ada di dalam sebuah bangunan. Juru kunci Bujuk Tamone juga ikut mendoakan tamu tersebut. Lalu, setelah selesai berdoa di dua makam itu, selanjutnya diperkenankan pulang dengan diberi bunga yang ada di atas nisan Bujuk Tamone.

“Bunga itu setiap hari diambil sedikit dan dicampur air. Lalu airnya diminum oleh suami istri itu. In sya Allah atas ijin Allah SWT dalam waktu dekat akan segera mendapat keturunan. Tapi perlu diingat, bunga yang sudah digunakan tidak boleh sengaja dibakar atau tanpa sengaja terbakar. Bunga itu dibuang saja ke tempat yang aman,” terang Ibu Fatimah.

Namun sayangnya, Mamira tidak diizinkan memasuki bangunan atau cungkup makam, karena kedatangan media ini bukan dengan tujuan seperti pasangan suami-istri yang ingin segera memiliki keturunan. Sehingga tim Mamira.ID hanya bisa mengabadikan foto cungkup dan tumpukan tamone yang ada di sebelah barat cungkup.

“Bagi yang berkunjung ke sini harus berniat atau bernazar sedari awal hanya untuk memohon segera memiliki keturunan, kalau datang dengan mambawa niat atau nazar maka boleh masuk ke Buju’ Tamone ini,” pungkas Nenak Fatimah.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Ananda Indira Gandy

Editor: Mamira.ID

Exit mobile version