Site icon MAMIRA.ID

Apen Parsanga: Jajanan Legendaris Khas Sumenep

Mamira.Id – Kabupaten di ujung timur pulau Madura ini dikenal sebagai kota wisata.  Di samping destinasi wisatanya yang memancanegara, berkunjung ke Kabupaten Sumenep tidak sah rasanya jika tidak mencicipi jajanan khas yang legendaris satu ini. Kue Apen namanya, kuliner pemanja lidah yang memiliki cita rasa gurih dan manis.

Tempat penjual apen yang kesohor di Kota Keris ini terletak di Desa Parsanga, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep. Saking kesohornya, nama desa inipun disematkan pada kue berbentuk bulat ini, banyak orang menyebutknya “Apen Parsanga”, seperti tidak ada apen yang punya cita rasa tinggi selain apen tersebut.

Pagi menjelang siang dengan cahaya mentari yang lumayan terik kala itu, tim Mamira.id mengunjungi salah satu warung penjual kue khas Sumenep ini. Suara bising knalpot kendaraan yang lalu lalang ikut mengisi suasana, maklum warung kecil ini letaknya di pinggir jalan Raya Gapura, Desa Bangkal. Warung milik Pak Edi Santoso selalu ramai pengunjung pecinta kuliner. Berbekal resep turun-temurun, Pak Edi bersama keluarganya masih tetap setia menjual makanan tradisional ini.

Dari tampilannya, kue legendaris lintas generasi ini mirip serabi hanya saja bentuknya lebih kecil dan lebih pipih. Sementara dari segi bahan, Apen terbuat dari tepung beras dan santan, sedangkan serabi berbahan baku tepung terigu dengan campuran parutan kelapa. Makanan tradisional berstektur lembut ini sudah ada sejak puluhan tahun silam dan sangat digemari oleh banyak orang hingga sekarang, dari kalangan anak-anak, remaja hingga orang tua.

Tidak begitu susah untuk menemukan lokasi warung-warung penjual Apen, apalagi di jaman saat ini, tinggal memakai aplikasi atau google map dengan mengetik “ Apen Parsanga” maka akan diarahkan langsung ke lokasi.

Sesuai dengan gambar pada banner di teras depan warung Pak Edi, di warung ini tersedia tiga varian menu yakni: Apen Kona, Apen Telor dan Apen Pote. Melihat gambar menu yang terdapat di banner saja sudah bikin penasaran dengan aroma dan rasa dari apen yang satu ini. Maka tak heran jika warung ini selalu ramai dengan pengunjung. Warung Pak Edi bisa dibilang warung apen legendaris karena sudah berdiri sejak puluhan tahun silam, tepatnya pada tahun 90 an.

“Sejak dari embah saya dulu, kemudian warung ini digantikan ke paman saya, setelah itu diganti oleh bapak saya, Mas. Baru beberapa tahun lalu digantikan oleh saya,” tutur Pak Edi saat ditemui tim liputan mamira beberapa hari yang lalu.

Rasa manis pada kuah dan rasa gurih yang terdapat pada apen apen memang menggugah selera, para pelanggan Pak Edi menjadikan apen sebagai menu sarapan pagi, namun kadang juga dijadikan makanan penutup setelah makan siang.

Bahan-bahan dan Cara Membuat Apen

Kue apen merupakan kue dengan bahan-bahan yang mudah  didapat, seperti tepung beras, ragi instant, garam, santan cair. Sementara untuk toppingnya hanya tinggal menambahkan saat adonan apen setengah matang, seperti halnya apen telor dan lain-lain. Untuk apen telur sendiri, Pak Edi menggunakan telur ayam kampung.

“Kalau apen telur di warung saya menggunakan telur ayam kampung, tapi saya juga menyediakan telur ayam biasa, telur ayam kastroli maksudnya,” terang Pak Edi sembari mengaduk adonan yang siap ditungkan keteflon cetakan kue apen.

Sementara bahan dasar kuah apen sendiri terdiri dari santan cair, gula merah, daun pandan dan garam dapur. Meski hanya terdiri dari bahan-bahan yang mudah kita temukan di pasar, namun belum tentu juga mudah cara membuatnya. Maka tak heran jika memang bukan ahlinya selalu gagal membuat kue yang satu ini. Sepertinya memang butuh trik khusus agar apen matang dengan sempurna.

“Kalau dilihat dari bahan-bahannya memang mudah bikinnya, tapi banyak yang gagal juga saat sudah mencoba, seperti adonan yang terlalu cair atau terlalu kental, teksturnya tidak lembut. Ada yang bikin apen, tapi apennya keras,” kata istri Pak Edi sambil tersenyum renyah.

Untuk tepung beras bahan dasar apen, Pak Edi memilih menggunakan tepung beras bikinan sendiri, ia tidak menggunakan tepung beras yang dijual di pasar-pasar atau toko. Pak Edi memilih beras super untuk digiling dijadikan tepung. Beras yang sudah menjadi tepung tersebut tidak lantas dijadikan adonan, melainkan tepung beras tersebut masih didiamkan selama 24 jam.

“Didiamkan dulu sehari semalem berasnya, jadi kalau mau bikin apen untuk besok, saya giling berasnya dari kemarin, baru setelah didiamkan selama 24 jam tepung beras dicampur dengan air dan diaduk hingga rata, setelah adonan sudah merata baru adonan ini siap untuk di masak di cetakan Teflon apen,” kata Pak Edi menambahkan penjelasan sang istri seraya tersenyum.

Setelah adonan sudah matang, kue apen disajikan bersama saus gula merah yang diolah dengan santan kental dengan dicampur dengan daun pandan. Gurihnya santan berpadu dengan manisnya gula merah yang pas akan membuat siapapun ketagihan.

Cara penyajian kue inipun cukup sederhana, kue apen yang sudah matang di taruh di atas piring, kemudian disirami saus atau kuah yang sudah diolah tadi.

“Kalau semuanya sudah matang hanya tinggal disajikan saja, kue ditaruh di atas piring kemudian tinggal sirami kuah atau sausnya, udah selesai. Kue apen siap disantap,” kata istri Pak Edi seraya memberikan sepiring kue apen untuk dinikmati tim mamira.

Jajanan ini tak hanya dijual di warung-warung seperti Pak Edi dan beberapa warung lain yang terdapat di Parsanga, namun ada juga penjual yang menjajakan jajanan ini ke pasar, kantor dan juga sekolah.

“Ada juga juga jajakan apen, gak jual di warung-warung seperti saya, di pasar, di dekat-dekat perkantoran, apalagi di sekolah-sekolah, ada yang jual keliling begitu,” terang Pak Edi.

Harga Kue Apen

Selain rasanya yang bikin ketagihan, ternyata harganya juga ramah di kantong. Untuk menikmati hidangan kue apen kita hanya merogoh kocek sebesar lima ribu rupiah perporsi.

Harga yang cukup murah bukan, dengan harga yang begitu bersahabat, kita sudah bisa menikmati manis dan gurihnya kue apen khas Desa Parsanga. Maka tak heran jika warung-warung penjual kue apen di Desa Parsanga selalu ramai oleh pengunjung, termasuk warung Pak Edi.

Biasanya, para pecinta kue apen mengunjungi warung-warung di Parsanga dipagi hari dan siang disaat jam istrahat kantor. Para pengunjung tak hanya menikmati apen di tempat, namun ada juga yang dibungkus untuk dinikmati bersama keluarga di rumah ataupun dengan rekan kerja di kantor.

“Kadang ada pelanggan yang minta dibungkusin tuh buat makan lagi di rumah atau di kantor katanya, mugnkin masih kurang kali ya…makanya nambah,” kata Pak Edi sambil tertawa dan terus sibuk melayani pelanggan.

Selain sudah menjadi makanan khas yang melegenda, tentu kue tradisional ini perlu dijaga kelestariannya, agar kemudian generasi penerus bangsa juga bisa mencicipi kuliner nusantara ditengah menjamurnya jajanan-jajanan kekinian.

“Kue apen khas Sumenep ini merupakan kekayaan daerah yang mesti dijaga, terutama memperkenalkan kepada anak muda-mudi penerus bangsa, dengan tujuan supaya jajanan khas yang satu ini tetap ada,” tutur Bapak Haris Santoso, pengamat kuliner asal Sumenep kepada tim mamira.

Jajanan kekinian memang sangat menggoda dengan berbagai bentuk, rasa dan warna, ditambah lagi dengan iklan-iklan yang menarik yang muncul di televisi ataupun media-media sosial lainnya.

“Karena sering kali anak muda termakan iklan, baik yang ada di telivisi maupun di media sosial lainnya. Sangat berdosa rasanya bagi orang dewasa, orang tua seperti saya jika tidak memperkenalkan asset pribadi daerah ini, selain rasanya yang tidak kalah sama rasa makanan kekinian yang ada di iklan, jajanan tradisional ini juga lebih baik dan lebih sehat,” Pungkas Pak Haris Santoso.

Jangan lupa tonton video ini:

 

Penulis: M. Zainuri

Editor: Mamira.id

Exit mobile version