Mamira.ID – Rumah itu tampak berbeda sekali dengan rumah-rumah di sekitarnya yang berdinding tembok bata dan semen. Sementara, rumah bercat warna hijau ini hanya berdinding kayu. Meski begitu, usia rumah tersebut sudah mencapai ratusan tahun dan tak pernah tersentuh rayap.
“Rumah ini tak pernah tersentuh oleh rayap. Padahal, semuanya terbuat dari kayu. Aneh memang, bahkan bisa dibilang ajaib,” ujar pewaris rumah kuna bersejarah, Kiai Junaidi setelah berbincang lama tentang Nyai Talaga pada pagi menjelang siang kala itu.
Rumah bersejarah ini memang nyaris luput dari pembahasan sejarah yang berkaitan dengan Sumenep tempo dulu. Padahal, rumah kuna ini erat kaitannya dengan salah satu ikon kabupaten yang berjuluk Kota Keris, yakni Masjid Jami’. Pemilik asal rumah kuna ini tak lain dan tak bukan adalah saudara kandung Kangjeng Tumenggung Tirtanegara Bindara Saot, Nyai Hamilah yang kesohor dengan sebutan Nyai Talaga.
Konon, Nyai Talaga bersama sang suami selalu berpuasa setiap hari. Bahkan, saat membangun rumah tersebut dikerjakan dengan kondisi berpuasa.
“Menurut cerita sesepuh saya, Nyai Talaga dan sang suami, Kiai Agung Hafiya, tetap sambil berpuasa saat membangun rumah ini. Makanya, rayap saja enggan menggerogoti rumah kayu ini. Mungkin itu salah satu penyebabnya. Ini lapuk karena terkena air hujan saja makanya disemen sama saya. Ini dalamnya kayu,” ujar Kiai Junaidi sambil menunjukkan dasar rumah tersebut yang juga terbuat dari kayu.
Seusia dengan Masjid Jami’ Sumenep
Sebagai bentuk penghormatan sekaligus kepedulian Sang Nata, maka semasa proses pembangunan Masjid Jami’ Sumenep, sang penguasa menghadiahkan kayu guna membangun rumah kepada Nyai Talaga. Konon, rumah tersebut bahan material kayunya merupakan dahan (Madura: ranca’) dari kayu jati yang dipakai untuk pembangunan Masjid Jami’.
Dalam catatan sejarah, Masjid Jami’ Sumenep dibangun oleh Panembahan Natakusuma pada tahun 1200 Hijriah atau 1785 Masehi, dan selesai pada 1206 Hijriah atau 1791 Masehi.
“Rumah ini terbuat dari kayu jati. Kayunya diberi oleh Raja Sumenep kala itu. Semuanya, material kayunya ini merupakan dahan dari pohon jati yang digunakan untuk pembangunan Masjid Jami’,” ujarnya kepada tim Mamira.ID.
Raja Sumenep kala itu mengatakan bahwa dahan kayu yang roboh ke arah barat laut, maka dahan kayu jati tersebut akan diberikan kepada Nyai Talaga untuk dibangun rumah. “Jadi, rumah ini hanya terbuat dari satu dahan pohon jati saja. Saya tidak bisa membayangkan sebesar apa kayu jati tersebut, dahannya saja bisa jadi rumah begini,” terang Kiai Jumla, paman Kiai Junaidi dengan menyimpan rasa heran dalam pikirannya.
Jadi, bangunan rumah Nyai Talaga ini seusia dengan bangunan monumental yang penuh sejarah. Bisa dilihat juga saat ini bagaimana bangunan Masjid Jami’ tersebut, kondisinya tampak masih asli, utuh dan terjaga kelestariannya. Klik halaman selanjutnya→
Ditempati oleh Tujuh Turunan
Lokasi rumah kuna Nyai Talaga berada di dataran tinggi, atau orang sekitar menyebutnya bukit. Tepatnya di Kampung Talaga Timur, Desa Talaga, Kecamatan Ganding. Saat ini, rumah Nyai Talaga ditempati oleh keturunannya. Yaitu keluarga almarhum K. Muhammad Syukri, dan sekarang dihuni oleh Kiai Ahmad Junaidi yang tak lain merupakan putra almarhum.
“Menurut riwayat, sudah tujuh turun yang menempati rumah ini. Mulai Nyai Talaga-Kiai Agung Ibrahim-Kiai Bukhari-Nyai Khatijah- Kiai Marzuki- Kiai Muhammad Syukri hingga kami sekeluarga. Dan rumah ini masih sangat layak huni. Jadi, sudah delapan turun rumah ini sampai anak saya nanti,” ujar Kiai Junaidi seraya tersenyum.
Hingga saat ini sekitar sembilan puluh persen bangunan rumah Nyai Talaga masih orisinal. Bahkan, hingga ranjang (Madura:lencak) yang juga terbuat dari kayu dengan ukuran kurang lebih 3×2 meter masih ada di dalam rumah bersejarah ini.
“Mulanya, jumlah ranjang ini ada tiga buah. Namun, hanya tinggal dua yang tetap berdiri kokoh di dalam rumah ini. Satu lencak kayu lainnya itu dipindahkan ke sebelah timur asta Nyai Talaga yang juga masih keturunan beliau. Kayunya dijadikan musala atau langgar, masih ada sampai saat ini,” kata Kiai Jumla sembari memperlihatkan ranjang di dalam rumah kuna yang hanya satu ruangan itu kepada tim Mamira.
Tombak Berpamor Emas
Selain rumah kuna dan seisinya, ada peninggalan lain yang tak kalah unik, penting, dan bersejarah lainnya dari Nyai Talaga dan suaminya. Peninggalan tersebut berupa sebuah tombak dengan sebutan ‘jenengan’ atau “Se Talaga”.
“Ujung tombaknya itu berpamor emas. Sampai saat ini masih disimpan, tidak ada yang berani membuka atau melihatnya kecuali ibu saya. Saya saja tidak berani melihatnya, khawatir cangkolang,” ujarnya.
Tim Mamira.ID kurang beruntung kala itu untuk melihat tombak tersebut, karena ibu Kiai Junaidi sedang tidak di rumah. Bahkan, beliau sempatkan mencari sang ibu yang sedang pergi entah kemana untuk memperlihatkan tombak tersebut kala itu.
“Ibu sedang pergi, tidak tahu ke mana, dicari di sekitar rumah tidak ada. Kalau ada ibu, in sya Allah, mas-mas ini bisa melihat tombak itu, kalau saya sendiri ga berani membukanya,” pungkas Kiai Junaidi.
Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:
Penulis: Abd Warits
Editor: Mamira.ID