Site icon MAMIRA.ID

Makam Joko Tarub dan Rimbun ‘Bambu Cinta’ di Pamekasan

Ket.Foto: Makam Ki Ageng Joko Tarub yang terletak di Dusun Pacanan, Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Madura.

Mamira.ID – Pernah menonton film kolosal Joko Tarub? Bagi generasi 90-an mungkin pernah, karena film tersebut tayang di channel TV Nasional tempo dulu. Tapi apakah mereka mengetahui letak pasarean atau di mana beliau dimakamkan? Sebagaimana tokoh besar masa silam, memang banyak versi tentang hidupnya, termasuk soal makam atau tempat kebesaran namanya di pusara.

Tokoh yang melegenda tersebut bernama lengkap Ki Ageng Joko Tarub. Menurut beberapa versi, Makamnya ada di banyak tempat, yakni di Kebumen, Tegal, Pati, Karanganyar dan Grobokan. Bahkan, di Madura ada dua lokasi makam beliau, yakni di Bangkalan dan Pamekasan.

Dari banyak versi tempat pusara Joko Tarub tersebut, ada yang mengatakan hanyalah berupa sebuah petilasan. Karena sebagai penyebar agama Islam, tentulah beliau singgah ke berbagai daerah, sehingga petilasannya pun tersebar di banyak tempat, termasuk makam dan situs peninggalan Joko Tarub yang berada di Kabupaten Pamekasan.

Makam Ki Ageng Joko Tarub terletak di Dusun Pacanan, Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Madura. Tempat ini mempunyai keunikan tersendiri karena sudah melegenda, dan saat ini menjadi destinasi wisata religi di kota Gerbang Salam tersebut. Lokasi persisnya, makam Joko Tarub tak jauh dari wisata pantai Talang Siring, kurang lebih 200 meter ke arah barat. Tempat wisata religi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan lokal maupun wisatawan luar daerah.

Masyarakat muslim atau peziarah yang datang ke makam Joko Tarub di Desa Montok tersebut bukan hanya peziarah lokal saja, namun juga ada dari luar Madura.

“Dari luar Madura juga banyak yang datang kesini, khususnya wilayah tapal kuda seperti Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Surabaya dan daerah-daerah lain di Jawa Timur. Mereka biasanya datang dengan rombongan setelah lebaran.” ujar Adi Krisno, sebagai juru kunci sekaligus masih keturunan ke-12 dari Kiai Ageng Joko Tarub.

Menurut Adi Krisno, Joko Tarub menikah dengan seorang bidadari bernama Nawang Wulan dari kayangan. Kiai Ageng Joko Tarub merupakan ulama pendatang dari tanah Jawa, yakni daerah Banten. Beliau adalah putra dari Syekh Maulana Maghribi. Kiai Ageng Joko Tarub datang ke Madura dalam rangka menyebarkan agama Islam, khususnya di daerah Pamekasan.

“Kiai Ageng Joko Tarub menikah dengan seorang bidadari dari kayangan bernama Nawang Wulan. Itu makamnya yang ada cungkupnya,” ucapnya sambil menunjukkan sebuah cungkup berwarna hijau.

Ket.Foto: cungkup makam bidadari bernama Nawang Wulan, istri dari Joko Tarub. (Mamira.ID/Gandy)

Di dalam sebuah cungkup berwarna hijau tersebut terdapat empat buah makam, pada masing-masing nisan bertuliskan, Nawang Wulan, Dewi Nawang Sasi, Raden Arjo Bondan Kejawen, dan Nawang Sari. Ada pula di dalam cungkup kain warna-warni yang dipercaya sebagai selendang Nawang Wulan.

Selendang tersebut dipercaya dapat membawa keberuntungan. Sebagian dari peziarah meminta izin kepada juru kunci untuk meminjamnya dan membawa pulang sampai hajatnya selesai.

“Sebagian peziarah ada yang meminjam selendang-selendang ini, jika mereka sudah menyelesaikan hajatnya, kain selendang tersebut dikembalikan lagi,” ungkapnya seraya menunjukkan kain tersebut.

Pada area luar cungkup makam Nawang Wulan terdapat puluhan makam yang masih terawat, nisannya dibungkus kain yang berwarna-warni. Diantaranya adalah Makam Kiai Ageng Joko Tarub, Syekh Maulana Maghribi, Kiai Poleng, dan Nyai Poleng. Sementara makam Kiai Agung Jakfar Shadik yang merupakan cucu menantu Joko Tarub berada di area yang berbeda, yakni di sebelah barat pintu masuk atau tempat lapor para Peziarah.

Foto silsilah Joko Tarub:

Ket.Foto: foto silsilah keturunan Joko Tarub (Mamira.ID/Gandy)

baca halaman selanjutnya →

Peninggalan atau Situs Joko Tarub

Peninggalan yang masih tersisa dan tetap terawat hingga kini berupa musala kecil yang berbahan dasar kayu. Orang Madura menyebutnya “langgar atau kobung” beratapkan ilalang yang kondisinya tampak masih asli. Konon, langgar  kuna ini milik Kiai Ageng Jakfar Shadik, cucu menantu dari sang tokoh yang sangat melegenda. Selain langgar kuna terdapat pula rumah pegon yang masih berdiri kokoh walau sebagian sudah mulai ada perbaikan karena termakan usia.

“Langgar kuna ini milik menantu cucu Ki Ageng Joko Tarub. Konon, langgar ini pindah dengan sendirinya dan hanya dipental dengan ranting kayu. Atap langgar ini terbuat dari ilalang, dan tidak bisa diganti dengan genting. Pernah suatu hari atap tersebut diganti dengan genting karena sebagiannya telah lapuk. Namun keesokannya, genting-genting tersebut berjatuhan.” ungkap Adi Krisno.

Ket.Foto: Langgar peninggalan cucu menantu Joko Tarub (Mamira.ID/Gandy)

Bambu Cinta atau ‘Perreng Sojjin’

Ada pula keunikan lain yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para peziarah, yakni berupa pohon bambu berdaun rimbun yang mengelilingi area komplek pemakaman Joko Tarub. Bambu-bambu tersebut dipercaya dapat melanggengkan hubungan cinta dan kasih sayang. Hal tersebut dilakukan dengan cara menuliskan nama di pohon bambu tersebut, berupa tulisan si penulis dengan pasangannya.

Bambu yang diyakini sebagai bambu cinta oleh masyarakat setempat disebut juga dengan istilah “perrèng sojjin”. Kepercayaan akan bambu itu sudah terjadi secara turun-temurun sejak puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang silam.

“Bambu ini ditanam oleh Kiai Ageng Joko Tarub dari tusuk satai yang ditancapkan ke dalam tanah. Namun bukan seperti menanam bambu pada umumnya. Bambu tersebut kemudian tumbuh dan kini menaungi area pemakaman. Dulu area sekitar makam adalah kubangan air yang diyakini sebagai pemandian para bidadari kayangan. Airnya bermuara ke sungai dan pantai sehingga banyak perahu yang berlabuh ke sini. Namun, karena beliau khawatir anak cucunya dibawa ke luar pulau Jawa,  maka beliau menggunakan sebuah gong besar untuk menutup sumber air tersebut.” pungkas Adi Krisno sambil menyodorkan air mineral dan makanan kecil.

Ket.Foto: Pohon bambu yang dipercaya dapat melanggengkan hubungan asmara (Mamira.ID/Gandy)

Tak ayal, kini di pohon-pohon bambu tersebut penuh dengan tulisan yang disematkan oleh warga sekitar dan para peziarah. Tulisan pada bambu tersebut banyak berupa nama pengunjung dengan nama pasangan mereka. Mereka meyakini bahwa dengan menuliskan nama mereka pada bambu cinta akan membawa keberuntungan dalam dunia asmara, seperti kisah cinta yang syahdu antara Joko Tarub dan bidadari dari kayangan bernama Nawang Wulan.

Jangan lupa tonton juga video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID

Exit mobile version