Site icon MAMIRA.ID

Mengenal Pangeran Bukabu dan Dua Putranya yang Tinggalkan Tembok Keraton

Ket.Foto: Desa Bukabu merupakan tempat dimana Raden Natapraja tinggal dan mendirikan keraton sebagai pusat pemerintahan. Asta atau makam Pangeran Bukabu yang terletak di Desa Bukabu, Kecamatan Ambunten. (Mamira.ID)

Mamira.ID Dalam deretan daftar nama-nama penguasa Sumenep, akan dijumpai nama Pangeran Bukabu sebagai salah satu adipati atau raja di kawasan Madura Timur. Bukabu sejatinya adalah nama tempat. Pangeran Bukabu merupakan nisbat tempat yang kurang lebih maknanya ialah pangeran di Bukabu, atau pangeran yang berdomisili di Bukabu.

Bukabu secara administatif merupakan desa yang berada di Kecamatan Ambunten. Menurut cerita tutur warga setempat, di Desa inilah  sang Pangeran membangun pusat pemerintahan.

Dalam catatan Sumenep, nama asli Pangeran Bukabu ialah Raden Natapraja. Beliau adalah salah satu putra Pangeran Mandaraga salah satu penguasa Sumenep yang pusat keratonnya berada di Desa Keles, Kecamatan Ambunten.  Keles, lokasinya tidak begitu jauh dari Desa  Bukabu. Jika dari arah  Kota Sumenep, Desa Keles berada di sebelah timur Desa Bukabu.

“Menurut cerita tutur, Pangeran Bukabu merupakan penguasa atau raja yang keratonnya tepat berada di Desa Bukabu, atau mendiami kawasan ini. Makanya beliau dikenal dengan sebutan Pangeran Bukabu. Beliau masih saudara kandung Pangeran Baragung yang astanya berada di Desa Baragung Guluk- Guluk Sumenep,” ujar Bapak Satrawi yang saat ini menjabat Kepala Desa Bukabu.

Pangeran Bukabu tercatat memerintah pada tahun 1339-1348 M. Beliau menggantikan ayahandanya, yakni Pangeran Mandaraga. Keraton yang sebelumnya berada di Desa Keles, kemudian oleh Pangeran Bukabu dipindahkan ke arah barat, yakni ke Desa Bukabu. Pemindahan keraton tentu ada alasan tersendiri, dipilihnya Desa Bukabu, karena mungkin lebih strategis guna pusat sebuah pemerintahan.

Dua Pangeran Meninggalkan Tembok Keraton

Pangeran Bukabu alias Pangeran Natapraja yang memerintah di Sumenep selama sembilan tahun tersebut, dikaruniai tiga orang putra dan satu putri, yakni Pangeran Astamana, Pangeran Andasmana, dan Dewi Ratna Sarini.

Dari ketiga keturunan beliau, dua orang Pangeran memiliki pandangan hidup yang berbeda. Keduanya lebih mengedepankan persoalan agama dibandingkan dengan persoalan politik kepemerintahan atau kekuasaan. Mereka tergolong orang yang alim dan karismatik. Sedangkan putri Pangeran Bukabu tetap dalam keraton yang pada akhirnya diperistri Raja Sumenep, yakni Raden Agung Rawit alias Pangeran Secodiningrat II.

Ket.Foto: Asta Pangeran Andasmana dan Pangeran Astamana yang terletak di Desa Kecer, Kecamatan Dasuk, Sumenep. (Mamira.ID)

Sementara, Pangeran Astamana dan Pangeran Andasmana memilih jalan hidup sendiri. Keduanya memutuskan untuk hijrah meninggalkan tembok keraton Bukabu. Mereka menetap di sebuah perkampungan yang dikenal Kampung Parongpong, Desa Kecer, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, sebuah desa yang lokasinya ke arah timur laut pusat pemerintahan keraton Bukabu.

” Dua putra Pangeran Bukabu meninggalkan keraton dan menetap di Desa Kecer, Kecamatan Dasuk, kurang lebih 8 kilometer dari Desa Bukabu,” ujarnya sambil  menunjuk ke arah timur laut.

Dari kedua putra Pangeran Bukabu tersebut, lahirlah ulama dan umara. Keduanya tercatat sebagai leluhur ulama-ulama besar Sumenep hingga Pamekasan. Bahkan, kelak menjadi leluhur ulama madura dan kawasan tapal kuda. Simak selengkapnya=>

Keturunan Pangeran Astamana dan Pangeran Andasmana

Di sinilah keduanya mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat sekitar, dan dari keduanya melahirkan ulama-ulama yang cukup berpengaruh di bumi Sumenep dan sekitarnya.

Pangeran Astamana menurunkan Kiai Ali Talang Parangpong. Dari sosok Kiai Ali Talang, yang pada akhirnya menurunkan ulama sekaligus umara yang cukup terkenal, yakni Kangjeng Tumenggung Tirtanegara Bindara Saot, Penguasa Sumenep yang memerintah tahun 1750-1762 Masehi.

Sedangkan Pangeran Andasmana menurunkan sosok kiai yang cukup alim sekaligus menjadi pembabat tanah Sendir, Kecamatan Lenteng, Sumenep. Sosok tersebut bernama Kiai Agung Rahwan. Kiai Rahwan melahirkan sosok ulama yang cukup terkenal kealimannya, orang Madura bilang “Pakona Madura” yakni Kiai Abdurahman Raba, sosok guru sekaligus saudara dari ibu dari Kiai Abdullah Batuampar.

Karena kedua Pangeran tersebut meninggalkan tembok keraton Bukabu, maka tahta pemerintahan setelah wafatnya Pangeran Bukabu diserahkan kepada adik kandungnya yakni Raden Nataningrat alias Pangeran Baragung.

Ket.Foto: Lokasi asta Pengeran Bukabu (Raden Natapraja) tampak dari udara. Area tersebut saat ini juga menjadi tempat pemakaman umum. (Mamira.ID)

Pasarean Pangeran Bukabu

“Kullu Nafsin Dzaaiqatul Maut” begitulah kalam Ilahi. Pangeran Bukabu wafat dan dikebumikan di Desa Bukabu, tempat beliau menetap dan menjalankan roda pemerintahan.

Lokasi Pasarean Pangeran Bukabu tertetak di Kampung Bukabu, Desa Bukabu, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep. Sebuah jalan desa, tepat di sebelah barat balai desa, membentang ke arah utara. Sebuah papan nama “Bukabu Lestari” semboyan sebuah desa yang menjadi saksi bisu kejayaan sekaligus keraton dari Pangeran Natapraja.

Tepat di sebelah timur daya kediaman Kepala Desa Bukabu, terdapat pemakaman yang cukup kuna, dan sekarang sudah menjadi pemakaman umum. Di tengah-tengah deretan makam yang cukup banyak, terdapat sebuah pusara yang diyakini oleh masyarakat sekitar adalah pasarean Pangeran Bukabu.

Ket.Foto: Asta Pangeran Bukabu yang terletak di Kampung Bukabu, Desa Bukabu, Kecamatan Ambunten. (Mamira.ID)

Tampak kijing makam sudah terbalut dengan keramik. Namun, nisan dan gunungan makam tampak masih asli dan terkesan kuna. Pada nisan makam, tidak ada keterangan berupa prasasti kuna yang bisa diidentifikasi. Namun masyarakat meyakini kalau pusara kuna itu merupakan pasarean Pangeran Bukabu.

” Kalau sekarang kompleks pasarean Pangeran Bukabu sudah menjadi pemakaman umum. Sudah ada kepedulian dari Pemerintah Desa, dengan cara memberi tembok atau pagar di area pemakaman tersebut,” pungkasnya.

Jangan lupa juga tonton video Mamira.ID di youtube:

Penulis: Abd Warits

Editor: Mamira.ID

Exit mobile version